Sarana dan Prasarana Desa

42

5.4 Mata Pencaharian

Penduduk Desa Sinar Resmi memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan mata pencaharian sampingan yang terdapat diberbagai sektor. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya. Tabel 10. Jumlah Penduduk Desa Sinar Resmi Menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian JumlahJiwa Persentase 1. Tani 2.818 88,01 2. Pertukangan 221 6,90 3. Wiraswasta 163 5,09 Total 3.202 100 Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sinar Resmi, 2009 Berdasarkan Tabel 4. sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi sumber penghidupan utama penduduk Desa Sinar Resmi yaitu mencapai 88,01 atau 2.818 jiwa. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian sudah menjadi tradisi bagi masyarakat adat Sinar Resmi. Pertanian juga didukung oleh kondisi alam Desa Sinar Resmi yang cocok untuk kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian oleh penduduk Desa Sinar Resmi dibagi menjadi tiga bagian yaitu padi dan palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Berdasarkan luas lahan yang digunakan, sekitar 260 ha ditanami dengan padi dan palawija, 7 ha ditanami dengan sayur-sayuran, dan 8 ha ditanami dengan buah-buahan. Mata pencaharian lainnya yaitu dalam bidang pertukangan dan wiraswasta masing-masing sebesar 221 jiwa 6,9 dan 163 jiwa 5,09. Kegiatan pertukangan dan wiraswasta sebenarnya bukan sumber nafkah utama melainkan hanya usaha sampingan selain bidang pertanian. Masyarakat menggunakan waktu menunggu musim panen dengan kegiatan tersebut. 43

5.5 Sejarah Kasepuhan Sinar Resmi

Kasepuhan Sinar Resmi bukan satu-satunya kasepuhan yang ada di Desa Sinar Resmi. Ada dua kasepuhan yang lain yaitu, Kasepuhan Cipta Gelar dan Kasepuhan Cipta Mulya. Ketiga kasepuhan ini satu sama lain saling terikat dan memiliki sejarah yang cukup panjang yang sampai generasi kesembilan ini kasepuhan masih cukup eksis. Berdasarkan keterangan beberapa orang sesepuh komunitas, munculnya masyarakat kasepuhan berawal dari hancurnya Kerajaan Pajajaran sebagai akibat peperangan dengan Banten. Pada saat itu juga terjadi pemberontakan dari dalam sehingga penguasa saat itu tidak dapat bertahan dan untuk menyelamatkan “harta- benda” kerajaan pasukan yang setia terhadap penguasa melarikan diri ke arah selatan menuju tiga daerah yang berbeda. Pasukan pertama yang menjaga harta kekayaan kerajaan melarikan diri ke daerah Galuh dan sampai sekarang dikenal sebagai orang-orang yang sukses dan kaya di daerah Ciamis dan sekitarnya. Pasukan kedua diminta untuk menyelamatkan ajaran agama wiwitan dan melarikan diri ke arah Banten Selatan dan sampai saat ini masi bertahan dengan ajaraan tersebut dan dikenl sebagai komunitas Badui. Pasukan terakhir melarikan diri ke arah Barat dan diminta menuju ke Gunung Halimun untuk menyelamatkan sistem pertanian dan sampai saat ini bertahan sebagai komunitas kasepuhan yang tinggal di sekitar Gunung Halimun dan Gunung Salak. Berdasarkan tapak tilas yang sampai saat ini masih dapat dilihat, diketahui bahwa komunitas kasepuhan pertama kali didirikan di Bogor yaitu di kampung Cigudeg, Leuwiliang. Sebelum Indonesia merdeka komunitas kasepuhan