82 Gambar 8 di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja kelembagaan pangan
akan berpengaruh terhadap peningkatan ketahanan pangan rumahtangga. Beberapa aturan Kasepuhan yang dianggap berkontribusi terhadap peningkatan
ketahanan pangan yaitu adanya sistem pembagian lahan garapan dan sistem penyimpanan padi di leuit serta adanya larangan bagi anggota kasepuhan untuk
menjual padi mereka sehingga stok pangan tetap terjaga. Sistem pembagian lahan seperti ngepak, gade, dan maro memungkinkan masyarakat yang tidak memiliki
lahan pribadi dapat menggarap lahan milik orang lain sehingga mereka dapat memperoleh pangan yang cukup. Terlebih lagi dengan adanya lahan komunal
milik bersama yang bebas di manfaatkan oleh anggota kasepuhan sehingga produksi pangan mereka dapat tercukupi.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, total jumlah hasil panen padi masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi tahun 2011 mencapai 250 ton gabah
kering. Jumlah total penduduk Kasepuhan Sinar Resmi tahun 2011 mencapai 561 KK. Asumsi dalam 1 KK terdiri dari tiga sampai empat orang. Jika konsumsi
pangan sekitar 1 kg per KK per hari, maka kebutuhan pangan penduduk Desa Sinar Resmi mencapai 204.765 kg per KK per tahun. Apabila diasumsikan 4 kg
gabah kering menghasilkan 3,5 kg beras, maka produksi per tahun mencapai 218.750 kg per tahun. Jadi terdapat surplus pangan sebesar 13.985 kg per tahun.
Adanya surplus pangan tersebut mengindikasikan bahwa ketahanan pangan masyarakat Desa Sinar Resmi cukup baik.
7.4.1 Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan adalah tingkat ketersediaan pangan masyarakat kasepuhan dalam skala rumahtangga. Pengukurannya dilakukan dengan
83 menggunakan stok jumlah padi yang dihasilkan oleh masing-masing
rumahtangga. Komoditi beras yang dihasilkan umumnya adalah untuk dikomsumsi pribadi bukan untuk diperjualbelikan. Alasan tersebut didasarkan
pada adanya larangan adat masyarakat untuk menjual beras mereka. Kegiatan kelembagaan yang mengatur tentang pertanian diyakini telah memberikan
pencapaian terhadap stabilitas stok pangan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, didapatkan hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 22. Sebaran Tingkat Ketersediaan Pangan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi
Ketersediaan Pangan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi
Jumlah Persentase
Lebih 11 35,58
Cukup 20 64,42
Tidak Cukup
Jumlah 31 100
Sumber: Data Primer, 2011 diolah Berdasarkan Tabel 22 dapat disimpulkan bahwa masyarakat kasepuhan tidak ada
yang mengalami kekurangan pangan. Sebagian besar masyarakat 64,42 berpendapat bahwa ketersediaan pangan mereka cukup dan sisanya 35,58
menyatakan lebih.
7.4.2 Tingkat Pendapatan
Responden sengaja dipilih berdasarkan tingkatan kemiskinan menggunakan ukuran rumahtangga miskin yang disesuikan dengan kondisi
masyarakat kasepuhan. Penentuan garis kemiskinannya yaitu dengan ukuran jumlah hasil panen padi yang diperoleh masyarakat kurang dari 300 ikat. Konsep
tersebut cocok diaplikasikan penelitian ini karena masyarakat menggunakan hasil pertaniannya untuk konsumsi. Menurut hasil pengamatan dilapangan, dapat
84 disimpulkan bahwa masyarakat memiliki hasil panen kurang dari 300 ikat
sehingga dapat di kategorikan sebagai rumahtangga miskin. Tingkat pendapatan adalah tingkat perolehan dari kegiatan mata
pencaharian masyarakat yang diukur dalam uang. Pengukurannya dikelompokkan berdasarkan per kapita yaitu pendapatan rumahtangga dibagi dengan jumlah
tanggungan dalam keluarga. Tingkat Pendapatan dikelompokan dalam tiga katogori yaitu 1 tinggi Rp 750.000, 2 sedang Rp 350.000- Rp 750.000, 3
rendah Rp 350.000. Berikut ini gambaran mengenai sebaran tingkat pendapatan responden yang tersaji dalam Tabel 23 di bawah ini.
Tabel 23. Sebaran Tingkat Pendapatan Masyarakat Sinar Resmi Tingkat Pendapatan
Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Jumlah
Persentase
Tinggi 0 Sedang 0
Rendah 31 100
Jumlah 31 100
Sumber: Data Primer, 2011 diolah Beradasarkan data dilapangan dapat dilihat bahwa responden rata-rata adalah
rumahtangga miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari Rp 350.000.
7.4.3 Preferensi Pangan