59 serentak bersama-sama agar waktu panen juga dilaksanakan secara bersamaan.
Hal tersebut merupakan sebuah bentuk kekompakan dan kekeluargaan yang erat antar anggota masyarakat kasepuhan.
6.2.3.2 Aturan Kelembagaan Pangan dalam Menanam Padi
Jenis lahan pertanian yang terdapat di masyarakat kasepuhan terdiri dari tiga jenis lahan yaitu: lahan kering atau huma, sawah tadah hujan, dan sawah
setengah irigasi. Huma merupakan sistem pertanian yang secara turun-temurun diwariskan oleh leluhur mereka. Lahan yang digunakan dalam huma yaitu lahan
kering yang biasanya cara penanaman padi berada disela-sela tanaman hutan. Sedangkan lahan sawah tadah hujan dan setengah irigasi yang membedakan hanya
asal sumber airnya. Sawah tadah hujan sumber air berasal dari air hujan sedangkan sawah setengah irigasi sumber airnya dari mata air dengan irigasi yang
masih sedarhana. Sawah tadah hujan lebih mendominasi dibandingkan sawah setengah irigasi karena tidak ada infrastruktur irigasi yang memadahi.
Lahan pertanian masyarakat desa sinar resmi sebagian besar berada di areal hutan yang berstatus taman nasional yang sebelumnya dikelola oleh
perhutani. Luas kepemilikan lahan masyarakat sulit diukur secara universal karena mereka mempunyai ukuran sendiri yang biasa disebut patok. Pola kepemilikan
lahan masyarakat berasal dari orang tua yang diwariskan kepada anak-anaknya. Antara laki-laki dan perempuan akan mendapat porsi yang sama. Lahan untuk
areal pertanian biasanya digarap sendiri. Terdapat dua tipe petani dalam status kepemilikan lahan yaitu petani pemilik dan petani penggarap. Petani pemilik
lahan biasanya mengelola lahannya sendiri atau dikelola orang lain. Sedangkan
60 petani penggarap tidak memiliki lahan sendiri sehingga mereka hanya menggarap
lahan orang lain. Sistem pengelolaan dalam penggarapan lahan antara lain: 1.
Maro, sistem pengelolaan pertanian dengan membagi dua hasil panen setelah dipotong modal.
2. Ngepak, sistem pengelolaan pertanian 5:1 yang artinya bila mendapat hasil
lima ikat, maka satu ikat untuk petani penggarap sedangkan empat ikat untuk petani pemilik lahan. Penggarap hanya bermodalkan tenaga kerja
saja sehingga pemilik lahan harus menyediakan alat, benih, pupuk, dan input lainnya. Sistem ini yang paling sering dilakukan oleh masyarakat
kasepuhan. 3.
Gade, sistem pengelolahan pertanian dengan pembayaran jaminan sesuai dengan kesepakatan. Lahan yang digadai dapat diambil kembali oleh
pemilik lahan setelah jaminan tersebut telah dikembalikan. Dalam menggarap lahan pertanian, kedudukan laki-laki dan perempuan seimbang,
saling bekerjasama, dan ada bagian yang harus dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, misalnya dalam hal ngaseuk melobangi tanah, tugas laki-laki
melubangi tanahnya, selanjutnya perempuan yang memasukkan padinya. Jenis padi yang ditanam merupakan padi lokal yang biasa disebut pare
ageung . Jenis padi tersebut memiliki perbedaan dengan jenis padi varietas pada
umumnya. Perbedaan yang mencolok pada usia tanam, tinggi tanaman, dan bulir- bulir padi yang memiliki bulu halus berwarna hitam. Pemerintah telah mencoba
untuk mengganti padi lokal dengan padi verietas unggulan tetapi masyarakat menolak dengan alasan padi lokal lebih baik dan cocok dengan kondisi iklim dan
topografi Desa Sinar Resmi. Padi lokal memiliki beberapa jenis yang disesuaikan