28
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Operasional
Kabupaten Sukabumi sebagai Kabupaten terluas di Propinsi Jawa Barat memiliki angka kerawanan pangan, kemiskinan dan gizi buruk yang cukup
signifikan. Adanya faktor kemiskinan tentu akan berdampak signifikan pada ketahanan pangan pada rumah tangga yang memiliki multiplier effect terhadap
status gizi dan kerawanan pangan. Perubahan terhadap produksi pangan akan berdampak pada ketersediaan dan stabilitas pangan yang akan berdampak pula
terhadap ketahanan pangan di daerah tersebut. Pada kenyataannya banyak ditemukan kelembagaan pangan yang tidak memiliki kemampuan untuk
berkembang sehingga tidak memiliki kemampuan untuk berkembang. Kelemahan kemampuan kelembagaan diindikasikan akibat adanya kelemahan kultur yang ada
di masyarakat serta kurangnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap tata kelola dan aturan kelembagaan yang dibuat.
Kelembagaan lumbung pangan masyarakat merupakan sebuah wadah yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga.
Lumbung pangan masyarakat erat kaitannya dengan dua aspek yaitu 1 potensi sektor pertanian; dan 2 peran kelembagaan pangan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Potensi sektor pertanian dikelola melalui kelembagaan sehingga masing- masing masyarakat kasepuhan dapat mengakses sumberdaya secara adil dan
merata. Pengelolaan yang demikian diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dalam rumahtangga masyarakat kasepuhan. Namun kelembagaan itu
sendiri seringkali kurang mengapresiasi kepentingan masyarakat. Oleh karenanya,
29 perlu diadakan penelitian mengenai kinerja kelembagaan dalam mencapai
tujuanya. Ketahanan pangan bagi masyarakat adalah kondisi terpenuhinya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Agar anggota masyarakat mendapat pangan yang cukup untuk dikonsumsi maka
ketersediaan pangan juga harus dipenuhi. Oleh karena itu, untuk memenuhi kecukupan pangan tersebut masyarakat harus memiliki akses terhadap pangan
baik secara fisik maupun ekonomi. Akses secara fisik dapat dijelaskan dengan ketersediaan pangan di suatu daerah yang dapat menjamin kebutuhan pangan
individu di daerah tersebut sedangkan akses secara ekonomi dapat dijelaskan dengan daya beli masing-masing rumah tangga untuk mendapatkan pangan
tersebut. Menurut Kinseng 2009 preferensi masyarakat terhadap pangan juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan lingkungan budaya setempat yang
secara langsung dapat mempengaruhi ketahanan pangan di daerah tersebut. Kelembagaan pangan lokal dipengaruhi beberapa faktor seperti ekonomi,
sosial, budaya, dan politik sehingga diperlukan kajian dalam berbagai bidang studi. Dalam hal ini, aspek yang akan dikaji yaitu kelembagaan pangan lokal
secara struktural dan kultural yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini merupakan keterkaitan
antara tahapan penelitian dengan tujuan penelitian. Tujuan pertama dan kedua penelitian dilakukan melalui metode survey dengan unit analisis rumah tangga
miskin. Kajian mengenai faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan bertujuan untuk mengetahui faktor ketahanan pangan dalam rumah tangga miskin yang
tinggal di desa dengan kelembagaan lokal.
30 Keterangan:
: Aspek yang dikaji : Aspek tidak dikaji
: Lingkup biaya transaksi
Gambar 1. Kerangka Operasional
KELEMBAGAAN LUMBUNG PANGAN
Potensi Sektor
Luas Lahan
Pendapatan Kinerja Kelembagaan
Produksi Pangan Ketersediaan Pangan
2. Keefektifan Kelembagaan:
- Pencapaian
tujuan -
Partisipasi 1. Kejelasan
Kelembagaan: -
Struktur -
Kejelasan aturan
- Pengetahuan
terhadap kelembagaan
Faktor Input
Ketahanan Pangan Rumahtangga
Preferensi konsumsi
Biaya Transaksi
31
IV. METODE PENELITIAN