xcviii
tegaknya syariat
Islam ,
yaitu Majelis
Mujahidin. Awwas,2001:331.
Untuk menandai lahirnya institusi tersebut diadakan kongres I Majelis Mujahidin di
Yogyakarta tanggal
5 -
7 Agustus 2000
. Saat itu hadir kira-kira 1500 orang dari berbagai gerakan di seluruh tanah air, bahkan hadir pula beberapa perwakilan dari
negara sahabat, seperti Moro
, Malaysia
, dan Arab Saudi
. Awwas,2001; 336.
49
b. Dari MMI Terbentuk JAT
Seiring berjalannya waktu, Majelis Mujahidin Indonesia MMI mengalami “perpecahan” pada saat kongres ketiga pada
tahun 2008 di Yogyakarta. Amir MMI sekaligus salah seorang pendiri Abu Bakar Ba’asyir menyatakan diri keluar dan mendirikan
wadah baru, Jama’ah Anshorut Tauhid JAT. Keluarnya Abu Bakar Ba’asyir disebabkan karena
perbedaan ijtihad pandangan masalah bentuk organisasi antara dirinya dengan pimpinan lainnya salah satunya Abu Thalib. Abu
Bakar Ba’asyir mempunyai pandangan bahwa bentuk organisasi MMI yang mengadopsi bentuk organisasi modern tidak lagi patut
dipertahankan karena mengarah kepada bentuk organisasi yang tidak sesuai dengan sunnah nabi karena kewenangan amir dibatasi
oleh masa jabatan dan keputusan tertinggi di tangan kongres
49
dikutip dari blogsite MMI http:majelismujahidin.wordpress.com20080131profil-majelis-
mujahidinmore-4
xcix
sebagai pemegang wewenang tertinggi. Padahal dalam ajaran sunnah Nabi Muhammad, kewenangan amir tidak pernah dibatasi
oleh masa jabatan, masa jabatan selama hidup dan wewenang tertinggi bukan dalam kongres.
Sedangkan pandangan berbeda dari faksi Abu Thalib yang berpendapat apabila kekuasaan amir seperti pandangan Abu Bakar
Ba’asyir dianggap tidak sesuai dengan ajaran sunnah dan mendekati ajaran Islam sesat seperti halnya golongan syiah atau
ahmadiyah yang mengkultuskan individu sebagai satu imam. Oleh karena perbedaan pandangan ini kemudian faksi Abu
Bakar Ba’asyir menyatakan diri keluar membentuk wadah baru. Kongres menyatakan bentuk organisasi tidak berubah dan
menetapkan Abu Thalib sebagai Amir pemimpin Ahlul hall wa Aqdi menggantikan Abu Bakar Ba’asyir.
50
c. Visi – Misi
Visi dan misi perjuangan MMI – JAT masih mempunyai persamaan, bermuara pada satu tujuan yaitu terciptanya formalisasi
syariah Islam dalam kehidupan bernegara yang dilakukan melalui perjuangan ekstra parlementer. Karena keduanya memandang
aktivitas politik praktis dengan sistem demokrasi adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dibenarkan oleh dua
sumber hukum Islam yang utama, Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, gerakan ini memilih untuk
tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan politik praktis.
50
Wawancara dengan aktivis MMI-JAT, Endro tanggal 28 Agustus 2009
c
Visi Majelis Mujahidin adalah tegaknya Syariat Islam dalam kehidupan umat Islam. Sedangkan Misi Majelis Mujahidin
adalah berjuang demi tegaknya syariat Islam secara menyeluruh kaffah sehingga memperoleh keberuntungan hidup dunia-akhirat
dan membawa rahmat bagi bangsa, negara, umat manusia, dan alam semesta. Misi tunggal ini memiliki penjabaran sebagai
berikut: 1 Pengamalan Syariah Islam harus dilakukan secara bersih dan
benar. Berdasarkan kepada aqidah yang bersih dari kemusyrikan dalam berbagai bentuknya. Diantara bentuk
kemusyrikan yang tersebar di negara yang penduduknya mayoritas ummat Islam ini ialah sistem Demokrasi Sekuler
yaitu meninggalkanmenolak Allah swt sebagai sumber hukum. Kepemimpinan ummat harus bersih dari pimpinan kaum kafirin
yang ingkar kepada Allah, termasuk orang munafiq dan orang yang berpandangan sekuler.
2 Syariat Islam harus ditegakkan secara menyeluruh kaffah Syariah Islam wajib ditegakkan secara menyeluruh di semua
bidang kehidupan manusia, meliputi syariat yang terkait dengan masalah individual-ritual seperti ibadah mahdhah,
masalah kekeluargaan seperti hubungan suami-isteri-anak dan waris, dan masalah sosial-kenegaraan seperti memilih
pemimpin, menetapkan hukum positif, dan mengatur kehidupan ekonomi negara. Tidak boleh satupun aspek syariat
ci
Islam yang diabaikan atau sengaja dibekukan dengan berbagai dalih dan kepentingan.
Majelis Mujahidin bermaksud menyatukan segenap potensi dan kekuatan kaum muslimin mujahidin. Tujuannya adalah untuk
bersama-sama berjuang menegakkan Syariah Islam dalam segala aspek kehidupan, sehingga Syariah Islam menjadi rujukan tunggal
bagi sistem pemerintahan dan kebijakan kenegaraan secara nasional maupun internasional. Syariat Islam yang dimaksudkan
disini adalah segala aturan hidup serta tuntunan yang diajarkan oleh agama Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw.
51
d. Struktur Pengurus dan Jaringan