Pandangan Gerakan Islam terhadap Fatwa Haram Golput

cxlv jujur siddiq, terpercaya amanah, aktif dan aspiratif tabligh, mempunyai kemampuan fathonah, dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib. Kelima, memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam butir 1 satu atau tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram. Selanjutnya fatwa ini diikuti dengan dua rekomendasi, yakni: pertama, Umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya yang mengemban tugas amar makruf nahi munkar; kedua, Pemerintah dan penyelenggara pemilu perlu meningkatkan sosialisasi penyelenggaraan pemilu agar partisipasi masyarakat dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi.

1. Pandangan Gerakan Islam terhadap Fatwa Haram Golput

Pro kontra ditetapkannya fatwa haram golput terjadi di berbagai kalangan baik elit politik maupun aktivis gerakan Islam. Sebagaimana pernyataan salah seorang anggota KPU, Andi Nurpati yang menyatakan KPU sebagai penyelenggara pemilu merasa optimis dengan dikeluarkannya fatwa ini karena dengannya partisipasi politik akan meningkat lantaran memilih dalam pemilu merupakan suatu ibadah. Alasan teologis yang dibawa ke ranah politis ini, mendapatkan tentangan dari elit politik lain seperti ketua DPD, Ginanjar Kartasasmita yang menyatakan ragu akan efektifitas fatwa karena yang dibutuhkan rakyat saat ini adalah pendidikan politik yang mengarahkan rakyat untuk memiliki kesadaran politik dan memahami kerugian cxlvi demokrasi apabila golput dilakukan oleh pemilih. Selain itu, penganjur golput Gus Dur juga menilai, faktor kesiapan KPU sebenarnya yang akan menentukan efektifitas tingginya partisipasi pemilih. Pendapat ini didasari oleh fakta adanya indikasi ketidaksiapan KPU dalam menjalankan agenda pemilu. 75 Tanggapan kontra juga datang dari kalangan aktivis gerakan Islam anti demokrasi yang merasakan dampak fatwa tersebut seakan- akan diarahkan kepada mereka yang sejak semula tidak sepakat dengan sistem demokrasi. Meskipun menurut pernyataan pengurus MUI Ahmad Hakim, latar belakang ditetapkannya fatwa tersebut bukanlah dalam rangka meng-counter gerakan Islam non demokrasi. Tetapi sebagai bentuk antisipasi turunnya angka partisipasi politik di pemilu setelah adanya pertanyaan bagaimanakah hukum golput kepada ulama dan ulama pun akhirnya memberikan jawaban dengan fatwa tersebut. Jadi tidak ada tendensi politik yang ditujukan untuk keuntungan maupun kerugian bagi kekuatan politik tertentu. 76 Namun demikian, tentangan keras tetap datang dari gerakan Islam Anti demokrasi bahkan sampai terjadi perdebatan mengenai fatwa tersebut antara MUI dengan MMI, sebagai gerakan Islam Anti Demokrasi yang telah menetapkan haram terlibat dalam pemilu. 77 75 www.seputar-indonesia.comedisicetak 28 Januari 2009 76 Pernyataan ini disampaikan Sekretaris MUI Jateng, KH Ahmad Hakim menjawab pertanyaan penulis, apakah tujuan fatwa haram golput untuk mengcounter gerakan Islam anti Demokrasi? dalam Seminar Nasional “Golput; Halal atau Haram?” di Aula Perpustakaan UNS Surakarta, 26 Februari 2009 77 Debat TV One, 28 Januari 2009 cxlvii Amir JAT yang juga mantan MMI, Abu Bakar Ba’asyir menyatakan menolak fatwa MUI tersebut dan menyarankan lebih baik MUI memfatwakan haramnya demokrasi baru mengharamkan golput. Dia sepakat dengan pertimbangan MUI dalam pengambilan fatwa tersebut yaitu masalah imamah atau kepemimpinan harus menjadi perhatian utama kaum muslimin Indonesia akan tetapi dalam konteks Indonesia, dia berpendapat sistemnya dulu yang harus diubah, demokrasi harus diganti dengan syariat Islam yang menurutnya lebih komprehensif. 78 Lebih jauh, aktivis JAT – MMI bersama dengan aktivis dari gerakan Islam yang anti demokrasi lainnya seperti HTI terlibat di dalam pertemuan ulama yang diselenggarakan Komite Penegakan Syariat Islam KPSI menyelenggarakan acara Ijtima’ Ulama Dan Tokoh Islam membahas tema “Hukum Demokrasi dan Golput Dalam Pandangan Islam”. Acara ini secara khusus menjadi jawaban atas fatwa haram golput yang dikeluarkan MUI. Semacam penolakan keras dan menetapkan “fatwa tandingan” yang mengatakan golput dalam pemilu hukumnya wajib bagi seorang muslim. Dalam pertemuan itu dihasilkan kesepakatan ijma’ sebagai berikut: 79 a Sistem demokrasi adalah syirik akbar dan kufur akbar, hukumnya haram b Golput dalam sistem demokrasi hukumnya wajib c Sistem demokrasi akan menjerumuskan rakyat kepada kemusyrikan 78 http:www.surya.co.id 7 Februari 2009 79 dikutip dari situs yang disebut-sebut sebagai situs resmi aktivis MMI, dan saat ini telah ditutup negara karena kasus terorisme. http:www.arrohmah.com 27 Maret 2009 cxlviii d Harus ada pencerahan sosialisasi tentang konsep syari’at Islam terhadap pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia e Agar umat Islam lintas lembaga ormas dan tokoh agama Islam bersatu untuk menegakkan syari’at Islam dan menghapus sistem jahiliyah f Pada seluruh ulama’ dan muballigh diamanahkan untuk menyampaikan pentingnya penegakan syari’at Islam dengan mensosialisasikan hasil ijtima’ ulama’ dan tokoh Islam yang diadakan oleh KPSI pusat g Menolak pandangan sebagian umat bahwa tidak ikut pemilu golput itu hukumnya haram Mengenai hukum pemilu, pejabat Humas HTI Solo Raya, Sholahudin mengungkapkan bahwa dalam Islam hukum memilih pemimpin negara eksekutif adalah fardhu kifayah yaitu kewajiban yang dibebankan secara kolektif kepada orang Islam, apabila sudah ada sebagian kaum yang melaksanakan maka gugur kewajiban sebagian yang lain maka tidak tepat apabila MUI menetapkan menjadi fardu ain kewajiban yang dibebankan kepada individu, personal. Sedangkan memilih wakil rakyat legislatif adalah hak maka tidak tepat apabila diwajibkan. Dimana namanya hak boleh digunakan, boleh tidak digunakan dengan pertimbangan bahwa yang dipakai di Indonesia bukanlah hukum Islam melainkan hukum sekuler dan pertimbangan tidak adanya wakil rakyat yang dianggap tegas menyuarakan penegakan cxlix syariat Islam maka memilih untuk tidak memilih golput adalah pilihan terbaik dalam pemilu. 80 Berbeda dengan gerakan HTI, JAT-MMI yang melawan fatwa haram golput haram dari MUI dengan melakukan gerakan politik tolak pemilu dan wajib golput, gerakan Salafy, meskipun tetap konsisten pada pilihan golput akan tetapi tidak secara terbuka menentang fatwa tersebut. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masalah golput adalah masalah politis, bukan masalah teologis dimana dalam penerapannya semua dipegang oleh pemerintah sedangkan Salafy hanya mengikuti pemerintah dalam masalah yang ma’ruf ibadah yang baik saja.

2. Dampak bagi Gerakan Islam Anti Demokrasi