Pandangan Politik Gerakan; Penerapan Syariat Islam

cxii Mahasiswa HTI, Gema Pembebasan GP se Solo Raya 2005 Arifah 27 Menikah Koordinator HTI bagian Kampus Solo Raya Tahun 2000 ketika masih mahasiswa di Universitas Negeri Malang Guru SDIT M. Sholahudin 36 Menikah Pejabat Humas HTI Solo Raya Sekitar tahun 1998 Dosen UMS Surakarta Agung 30 Lajang Aktivis Salafy Sekitar tahun 2001 Wiraswasta Niela 23 Menikah Aktivis akhwat Salafy Sejak 2005 ketika mahasiswa di Poltekes Surakarta Bidan Endro 36 Menikah Mantan Pengurus MMI Surakarta, Pejabat Humas JAT Jawa Tengah Sejak 2002 menjadi pengurus MMI dan 2008 pindah ke JAT Guru Ponpes Al Mukmin Ngruki Sukoharjo

B. Sikap Politik Gerakan Islam

1. Hizbut Tahrir Indonesia Surakarta

a. Pandangan Politik Gerakan; Penerapan Syariat Islam

Sebagai gerakan yang mempunyai jaringan internasional dan mendunia, HTI mempunyai keseragaman pandangan dan langkah dalam urusan politik salah satu yang utama adalah penerapan syariat Islam secara formal di tataran negara bahkan dunia secara umum. Dengan istilah yang dinamakan kekhalifahan yaitu cxiii pemerintahan yang dipegang seorang khalifah dan memerintah seluruh negara-negara Islam sedunia. Khilafah adalah sebuah kekuasaan yang menerapkan syariah Islam secara kaffah menyeluruh. Hal ini merupakan sebuah kebutuhan bagi umat Islam untuk mengangkat seorang Khalifah yang akan memimpin Daulah Khilafah dan menerapkan syariah Islam secara kaffah. 59 Pewacanaan penerapan syariat Islam dan pembentukan kekhalifahan merupakan agenda utama dari gerakan ini karena menganggap bentuk ideal negara yang akan sejahtera di bawah naungan ridho Illahi seperti fakta sejarah yang telah lalu dicontohkan dalam pemerintahan Rasulullah Muhammad SAW di Madinah diteruskan pemerintahan khulafaur rasyidin Kekhalifan yang empat, terdiri dari Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib kemudian berlanjut ke pemerintahan khalifah dinasti Umayyah, Abbasiyah, sampai pada Turki Utsmani. Fakta sejarah yang menyatakan bahwa pemerintahan khalifah pernah menguasai dua pertiga dunia dengan pemerintahan yang adil dan bijaksana menjadi alasan mendasar untuk kembali memperjuangkan tegaknya khilafah. Seperti ungkapan dari pejabat Humas HTI Solo Raya, M. Sholahudin dalam suatu kesempatan wawancara, “Islam yang mempunyai konsep jelas dalam bidang ekonomi, politik dan telah ada sejak lama dan itu sudah sempurna. Perkara 59 Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia. HTI Tahun 2009. Hal 14 cxiv di dalam penerapannya di kemudian hari banyak penyimpangan- penyimpangan itu perkara lain. Tetapi dalam upaya menerapkan hukum-hukum Islam dalam negara maka detail secara praktis adalah sistem khilafah. Dan ketika rasulullah menyampaikan tentang khilafah itu kan sesuatu yang pernah terjadi, terimplementasi” Wawancara tanggal 27 Agustus 2008 Oleh karenanya, aktivis HTI mempunyai arah perjuangan utama mengembalikan kembali bangunan khilafah islamiyah setelah diruntuhkan oleh kekuatan sekuler, yang dianggap membawa kesejahteraan melebihi nation state negara kesejahteraan idaman demokrasi. Inilah yang disebut dengan arus utama perjuangan HTI sebagaimana disampaikan oleh pendirinya Syaikh Taqiyudin An Nabhani: 60 Khilafah adalah arus utama Islam, dan apa yang selalu dikelilingi... Dengannya, agama akan terjaga, dan Islam pun akan terlindungi. Hudud akan bisa ditegakkan. Berbagai kejahatan akan bisa dicegah. Dengannya perbatasan akan bisa dijaga. Wilayah yang dilindungi akan tetap terjaga, dan tidak akan dilanggar..” Dengan demikian, penerapan syariat merupakan keniscayaan yang diperjuangkan oleh HTI sebagai gerakan sosial yang mempunyai tujuan merubah tatanan masyarakat yang saat ini dinilai sekuler di bawah pemerintahan kapitalis menuju masyarakat Islam dibawah pemerintahan khalifah. Meskipun khilafah merupakan wacana global dalam bentuk dan sistemnya. Akan tetapi dalam tataran lokal para aktivis HTI 60 Risalah HTI: Dari masjid al-aqsha Menuju khilafah: Sejarah awal Perjuangan Hizbut Tahrir. Hal 4 cxv tetap bergerak untuk menyuarakan aspirasinya agar syariat diterapkan secara legal formal di tataran negara maupun wilayah kedaerahan. Dalam konteks Surakarta, HTI Soloraya sering menyampaikan gagasan-gagasan penerapan syariat dalam beberapa kasus seperti pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Minuman Keras Raperda Miras. Dengan berdasarkan pada dalil syar’i dari Al Qur’an dan sunnah Nabi, HTI memandang Miras yang dalam istilah Islam disebut khamr, adalah sesuatu yang memabukan dan diharamkan maka dalam pembahasan raperda mereka ikut berpartisipasi meskipun dari luar pemerintahan. “Jadi begini, kita pernah diundang terkait hal itu. Ini lho masalah minuman keras itu tidak bisa dipisahkan dengan masalah lain. saya sampaikan mengenai konsep-konsep kita kepada salah satu LSM. tetapi ketika pembahasan rancangan perdanya kita tidak bisa ikut. Karena sudah masuk dalam tataran praktis ya kita tidak memungkinkan untuk membenahi secara parsial. Paling yang dibenahi hanyalah pasal-pasal tertentu mereka juga tidak mau membenahi keseluruhannya. Seperti UU Pornografi Pornoaksi itu kita juga bicaran dengan teman-teman muslim yang ada di dalam walaupun mereka tidak dari partai Islam kita datangi atau diundang dalam acara-acara kami kemudian kita kasih masukan, konsep, buku-buku. Akan tetapi, dalam pembahasan rancangan UU secara mendalam kita tidak bisa ikut. Buktinya sekarang malah mereka mengatakan ini bukti keberhasilan kita, nyatanya malah campur aduk antara hak dan batil. Perundang-undangan saat ini terjadi campur aduk, partisional partisipatif Wawancara Sholahudin, tanggal 27 Agustus 2008 Konsistensi sebagai gerakan di luar parlemen diwujudkan dalam tindakan menyampaikan kritikan dan masukan melalui petisi maupun media yang dikelola gerakan dengan satu tujuan untuk menyampaikan gagasan penerapan syariah secara legal formal dan tegaknya khilafah di dunia. Terbaru dilakukan oleh HTI adalah cxvi mengeluarkan Manifesto HT untuk Indonesia. Di dalam manifesto itu dimuat bagaimana konsepsi negara Islam dan bentuk Khilafah Islamiyah yang diharapkan atau diperjuangkan oleh HTI.

b. Pandangan Terhadap Sistem Demokrasi