Struktur Pengurus dan Jaringan

ci Islam yang diabaikan atau sengaja dibekukan dengan berbagai dalih dan kepentingan. Majelis Mujahidin bermaksud menyatukan segenap potensi dan kekuatan kaum muslimin mujahidin. Tujuannya adalah untuk bersama-sama berjuang menegakkan Syariah Islam dalam segala aspek kehidupan, sehingga Syariah Islam menjadi rujukan tunggal bagi sistem pemerintahan dan kebijakan kenegaraan secara nasional maupun internasional. Syariat Islam yang dimaksudkan disini adalah segala aturan hidup serta tuntunan yang diajarkan oleh agama Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. 51

d. Struktur Pengurus dan Jaringan

Perbedaan yang tampak antara MMI – JAT adalah dalam bentuk struktur organisasi dan jaringan yang mempunyai tugas menjalankan roda organisasi. Dalam hal ini, MMI mempunyai struktur yang relatif lebih mapan dan jaringan lebih luas dibandingkan JAT yang terbilang masih baru. Struktur kepengurusan Majelis Mujahidin dibagi menjadi dua komponen 52 , yaitu: 1 Ahlul Halli wal Aqdi yang disingkat dengan AHWA Dewan Pimpinan Majelis Mujahidin, 2004:37. AHWA berfungsi 51 Ibid 52 Ibid. cii sebagai lembaga legislatif bagi Majelis Mujahidin. Ia memiliki beberapa tugas, antara lain: a Menetapkan kodifikasi hukum Islam dalam seluruh bidang kehidupan b Memfatwakan pelaksanaan Syariat Islam . c Memilih badan pelaksana Lajnah Tanfidzi. d Mengawasi, mengontrol dan meminta pertanggungjawaban Lajnah Tanfidzi. Aktifitas AHWA dikoordinasikan oleh seorang ketua yang dinamakan dengan Amirul Mujahidin. Dalam pelaksanaannya, Amirul Mujahidin ini dibantu oleh beberapa anggota AHWA. DPMM,2004;37-38 2 Lajnah Tanfidziyah berfungsi sebagai lembaga eksekutif Majelis Mujahidin. Sebagai lembaga eksekutif, ia bertugas antara lain: a Menjalankan segala keputusan musyawarah AHWA baik ke dalam maupun ke luar b Mengajukan saran dan usulan kepada AHWA c Bertanggung jawab kepada AHWA. Setelah Abu Bakar Ba’asyir menyatakan keluar dari MMI dan mendirikan JAT, untuk saat ini Amir Majelis Mujahidin dipegang oleh Abu Thalib dari Jogjakarta dan Irfan Suryahardi Awwas tetap menjabat sebagai ketua Lajnah Tanfidziyah Pusat. ciii Berbeda dengan MMI yang mengadopsi pola organisasi modern, JAT mendasarkan pola organisasi sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW yaitu dengan konsep jamaah dan imamah. Dimana menempatkan seorang amir atau imam pemimpin jamaah yang menjabat selama masih hidup, mampu menjalankan amanah dan tidak melanggar syariat. Amir membentuk Majelis Syuro dari kalangan tokoh ulama dan intelektual yang membantu pemikirannya akan tetapi amir tidak terikat dengan keputusan Majelis Syuro 53 .

e. Keanggotaan dan Pola Kaderisasi