Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 4.10 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes kedua kelas didapatkan nilai t hitung sebesar 0.43 dan t tabel sebesar 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t hitung t tabel 0.43 2.00. Dengan demikian H o diterima dan H 1 ditolak pada taraf signifikansi 5 α = 0.05. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas eksperimen pada konsep jamur.

2. Postes

Hasil perhitungan menggunakan uji-t, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretes 10 Keterangan Nilai Rata-Rata Kelompok Eksperimen Kontrol X 83.29 77.43 t hitung 2.99 t tabel 2.00 Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan Berdasarkan tabel 4.11 dari pengujian hipotesis hasil terhadap rata-rata pretes kedua kelas didapatkan nilai t hitung sebesar 2.99 dan t tabel sebesar 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t hitung t tabel 2.99 2.00. Dengan demikian H o ditolak dan H 1 diterima pada taraf signifikansi 5 α = 0.05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 87 Jakarta dengan sampel kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep fungi jamur dengan ketentuan kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Problem Based 10 Ibid. Learning, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Saintific. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi mengenai keadaan siswa kelas X di SMAN 87 Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran biologi khususnya kelas X MIPA pada sekolah tersebut, diketahui bahwa kelas X MIPA pada sekolah tersebut memiliki kemampuan yang sama, atau dengan kata lain tidak ada pengelompokkan atau pembedaan kelas antara siswa pintar dengan siswa yang kurang pintar. Hal ini diperkuat oleh hasil rata-rata pretes kedua kelas yang tidak jauh berbeda. Hasil perhitungan uji-t pada kedua kelas untuk nilai pretes pun menunjukan nilai yang tidak jauh berbeda. Rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen yaitu 36.14, sedangkan skor rata-rata pretes pada kelas kontrol yaitu 37.29. Hasil pengujian yang diperoleh dengan uji-t pada rata-rata skor pretes tersebut pun menunjukan bahwa hasil t hitung t tabel . Sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas, artinya kedua kelas memiliki pengetahuan awal yang sama khususnya pada konsep jamur. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dalam proses pembelajaran di SMAN 87 Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Setelah dilaksanakan pretes, masing-masing kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kelas X MIPA 3 sebagai kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, sedangkan kelas X MIPA 4 sebagai kelas kontrol mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan Saintific. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen, siswa masih bingung dalam mengerjakan lembar kerja siswa LKS yang disajikan. Hal ini dikarenakan siswa lebih sering belajar di kelas dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan presentasi serta baru pertama kali melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. Namun pada pertemuan selanjutnya terjadi perubahan yang lebih baik. Siswa sudah mulai memahami model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga siswa dapat dengan baik mengerjakan LKS yang disajikan mulai dari mengidentifikasi masalah sampai pada akhirnya membuat kesimpulan dalam bentuk solusi atas permasalahan tersebut. Pada permasalahan yang disajikan dalam LKS pada pertemuan kedua mengenai kasus tempe bongkrek pun berkaitan dengan konsep lain, yaitu konsep Bakteri. Hal ini disebabkan adanya kaitan antara jamur dengan nutrisinya. Selain itu selama proses fermentasi ampas kelapa dalam pembuatan tempe bongkrek, diperkirakan banyak jenis bakteri yang terlibat, salah satunya adalah Burkholderia gladioli atau yang lebih dikenal sebagai Pseudomonas cocovenenans. Bakteri tersebutlah yang akan menghasilkan asam bongkrek dan toxoflavin yang nantinya akan menyebabkan keracunan bahkan kematian apabila terlalu banyak dikonsumsi. Setelah proses pembelajaran selesai untuk kedua kelas, maka selanjutnya dilakukan tes akhir berupa postes untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan siswa setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan data hasil postes setelah dilakukan perhitungan menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada kedua kelas, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Namun, kelas eksperimen memperoleh hasil rata-rata skor akhir yang lebih baik daripada hasil yang diperoleh kelas kontrol. Dapat dilihat pada kelas eksperimen peningkatan hasil yang didapat yaitu sebesar 47.09, sedangkan pada kelas kontrol yaitu sebesar 40.14. Pada kelas eksperimen terdapat 3 orang siswa yang mendapatkan nilai maksimum yaitu 100, sedangkan pada kelas kontrol tidak ada satu pun siswa yang mendapatkan nilai maksimum. Kemudian bila dilihat dari rata-rata hasil postes masing-masing kelas, kelas eksperimen dengan pembelajaran Problem Based Learning PBL sebesar 83.29, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran dengan pendekatan Saintific sebesar 77.43. Kedua kelas memiliki hasil rata-rata postes di atas nilai kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 75, namun rata-rata postes pada kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil belajar yang didapat kemungkinan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya guru, siswa dan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran cukup memiliki pengaruh yang positif terkait dengan minat dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Dan ini sedikit banyak juga berdampak pada tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Selain itu faktor yang dirasa cukup berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu mengenai waktu dilaksanakannya mata pelajaran biologi pada tiap kelas. Dimana pada kelas X MIPA 3 kelas eksperimen, mata pelajaran biologi dilaksanakan pada jam pertama sampai jam ketiga pukul 07.30-09.00 dimana siswa masih segar dan antusias dalam menerima pelajaran. Sedangkan pada kelas X MIPA 4 kelas kontrol, mata pelajaran biologi dilaksanakan pada jam ketiga sampai jam kelima pukul 08.45-10.45 dimana dalam hal ini proses pembelajaran terpotong 15 menit untuk istirahat pada pukul 09.45-10.00. Tidak sedikit siswa yang telat masuk setelah jam istirahat tersebut sehingga dirasa proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang optimal yang pada akhirnya sedikit banyak mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning PBL. Model pembelajaran Problem Based Learning ini mampu membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran biologi khususnya pada konsep jamur. Menurut Ibrahim seperti dikutip oleh Trianto, terdapat lima tahapan pembelajaran berbasis masalah yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 11 Tahap pertama dalam pembelajaran ini adalah mengorientasi siswa pada masalah. Pertama-tama guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah dalam pembelajaran PBL. Setelah itu guru menarik perhatian siswa dengan menampilkan gambar atau video yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Kemudian guru menyajikan permasalahan kontekstual terkait konsep yang akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja siswa LKS. Tahap kedua 11 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Cet. 3, h. 98 yaitu mengorganisasi siswa dalam belajar. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang, setiap kelompok mendapatkan LKS untuk dicari penyelesaiannya melalui diskusi kelompok. Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, masing-masing kelompok saling berdiskusi untuk mencari penyelesaian masalah dimulai dari mengidentifikasi masalah dan memberikan hipotesis, serta mencari penyelesaian dari permasalahan yang disajikan. Dalam hal ini siswa mencari dan mengumpulkan informasi-informasi terkait dari berbagai sumber baik dari buku paket, artikel maupun internet. Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi yang selanjutnya dipresentasikan oleh masing-masing kelompok di depan kelas. Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi kinerja masing-masing kelompok dengan bentuk refleksi atau evaluasi, kemudian guru bersama siswa memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapatkan tampak pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Musriadi, Djufri dan Muhibuddin yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh”. 12 Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jamur. 12 Musriadi, Djufri, dan Muhibuddin, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Inshafuddin Banda Aceh”, Jurnal EduBio Tropika, Vol. 2, No. 1, April 2014 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep fungi jamur. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji-t yaitu t hitung t tabel 2.99 2.00 dengan taraf signifikansi 5 α = 0.05.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang. 1. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran biologi di sekolah. Namun juga perlu disesuaikan dengan konsep biologi yang dianggap sesuai dengan model pembelajaran ini. 2. Disarankan agar permasalahan yang disajikan benar-benar disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa. 3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan model pembelajaran Problem Based Learning ini dengan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotorik.