Pengetahuan dan Informasi Klinik atau Tenaga Medis

70 dalam meningkatkan kesehatan rakyat. Pendidikan bagi perempuan menjadi sangat penting untuk mencapai cita-cita Kairo dan MDGs. Linda 1994, menjelaskan bahwa Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk orang-orang agar belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan secara sadar. Program pendidikan ini termasuk menyediakan informasi, mengeksplorasi nilai dan sikap, membuat keputusan-keputusan kesehatan dan mempelajari keterampilan yang memungkinkan untuk perubahan perilaku terlaksana.

5.2.5. Pengetahuan dan Informasi Klinik atau Tenaga Medis

Setelah tidak berhasil melakukan upaya sendiri baru mencari informan tenaga medis yang dapat membantunya dalam mengatasi masalah. Pada umumnya informan mendapat informasi dari teman-teman yang juga pernah mendapatkan pelayanan di tempat atau tenaga medis yang sama untuk mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan. Informan yang mendapatkan informasi tentang tempat atau tenaga medis tersebut adalah informan 2,3,4,5,6,7 dan 8. Informan lain mendapatkan informasi dari saudara dan tentangganya. 5.3. Pandangan dan Kebutuhan akan Dukungan Sosial 5.3.1. Teman atau Tempat Diskusi dalam Mengatasi Kehamilan yang Tidak Diinginkan Pada umumnya informan dan peserta diskusi kelompok ketika berencana untuk menghentikan kehamilannya orang yang pertama kali diberitahu adalah suami, Universitas Sumatera Utara informan yang lain menceritakan rencananya tersebut kepada teman dekat, teman kantor, kakak ipar dan konsultasi kedokter kandungan. Adapun alasan informan tidak menceritakan kepada orang lain selain kepada suaminya tentang kehamilan dan rencananya untuk menghentikan kehamilan karena merasa malu. seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan 5; “….saya nggak cerita ke siapa-siapa selain ke suami. malu kan cerita sama orang lain sudah tua kok hamil…” Namun ada juga informan selain menceritakan kepada suaminya tentang masalahnya juga cerita kepada teman-temannya yang memiliki masalah yang sama dengan tujuan mendapatkan cara-cara menyelesaikan masalahnya seperti pengalaman teman-temannya tersebut, seperti yang disampaikan salah seorang informan: “…Saya cerita ke temen-temen saya tentang kondisi saya yang hamil dan saya ingin menghentikan kehamilan ini, saya tanya ke mereka bagaimana caranya supaya saya bisa keguguran. Terus oleh temen-temen saya diberi tahu supaya saya minum jamu yang dilarang untuk ibu hamil. katanya ada yang berhasil dengan minum jamu bisa keguguran. Hal yang cukup menarik disampaikan oleh salah seorang peserta diskusi kelompok ketika mengalami masalah ia memutuskan untuk tidak bercerita kepada siapapun termasuk juga pada suaminya karena perasaan malu dan takut. Hal yang sangat menarik dari pengalaman peserta diskusi kelompok bahwa ia melakukan aborsi dengan caranya sendiri sebanyak tiga kali dan tidak ada satu orangpun yang tahu, dapat dilihat dari uraian di bawah ini; Ibu Maryani, usia 44 tahun ” ....awak sudah pernah menggugurkan tiga kali... kalau awak teruskan mungkin sudah punya anak sembilan orang. Awak gak mau cerita-cerita Universitas Sumatera Utara sama orang... malu lah dah banyak anak hamil lagi.. sama suami juga nggak.. awak kerjakan aja sendiri nggak ada yang tahu. Ungkapan ibu Maryani menunjukkan bahwa ketika perempuan benar-benar tidak menginginkan untuk hamil maka ia terlihat berani dan nekat sehingga menyelesaikan masalahnya sendiri, hanya untuk satu tujuan yaitu menghetikan kehamilannya. Cara yang dilakukan oleh ibu tersebut adalah minum jamu yang dibeli di tukang jamu yaitu jamu ”cap kates” dan jamu ”cap wayang”. Jamu tersebut diminum dengan campuran merica, kemudian mencoba minum sprite dicampur bintang 7 sebanyak tiga kali, lalu memijat perut dilakukan sendiri, perut ditekan- tekan hingga keluar darah, dan ia berhasil melakukan aborsi sendiri sebanyak tiga kali. Ia tidak menceritakan masalahnya ini kepada saudara, teman maupun suami dengan alasan malu diketahui orang lain karena terlalu sering hamil dan melakukan aborsi. Disamping itu ia tidak menceritakan kepada suaminya karena ia takut kalau suaminya marah. Ia juga tidak bisa berharap akan mendapatkan dukungan dari suaminya untuk mengatasi masalah tersebut, suaminya jarang pulang karena selalu ke laut sebagai nelayan.

5.3.2. Pandangan tentang Penilaian Masyarakat yang Buruk Terhadap Aborsi