Pandangan tentang Penilaian Masyarakat yang Buruk Terhadap Aborsi Kebutuhan Dukungan dari Masyarakat terhadap Perempuan yang Mengalami KTD

sama orang... malu lah dah banyak anak hamil lagi.. sama suami juga nggak.. awak kerjakan aja sendiri nggak ada yang tahu. Ungkapan ibu Maryani menunjukkan bahwa ketika perempuan benar-benar tidak menginginkan untuk hamil maka ia terlihat berani dan nekat sehingga menyelesaikan masalahnya sendiri, hanya untuk satu tujuan yaitu menghetikan kehamilannya. Cara yang dilakukan oleh ibu tersebut adalah minum jamu yang dibeli di tukang jamu yaitu jamu ”cap kates” dan jamu ”cap wayang”. Jamu tersebut diminum dengan campuran merica, kemudian mencoba minum sprite dicampur bintang 7 sebanyak tiga kali, lalu memijat perut dilakukan sendiri, perut ditekan- tekan hingga keluar darah, dan ia berhasil melakukan aborsi sendiri sebanyak tiga kali. Ia tidak menceritakan masalahnya ini kepada saudara, teman maupun suami dengan alasan malu diketahui orang lain karena terlalu sering hamil dan melakukan aborsi. Disamping itu ia tidak menceritakan kepada suaminya karena ia takut kalau suaminya marah. Ia juga tidak bisa berharap akan mendapatkan dukungan dari suaminya untuk mengatasi masalah tersebut, suaminya jarang pulang karena selalu ke laut sebagai nelayan.

5.3.2. Pandangan tentang Penilaian Masyarakat yang Buruk Terhadap Aborsi

Pada dasarnya informan cukup memahami jika masyarakat menilai buruk akan perilaku aborsi. Namun seluruh informan juga mengatakan bahwa masyarakat harus lebih memahami permasalahan perempuan. Secara umum informan tidak Universitas Sumatera Utara terlalu memilikirkan hal tersebut karena mereka memiliki alasan yang kuat untuk tidak meneruskan kehamilan mereka. Hasil diskusi terbatas tentang penanganan yang layak aborsi yang tidak aman menguraikan bahwa masyrakat cenderung menyalahkan perempuan bila terjadi KTD. Norma sosial dan agama juga tidak memperkenankan aborsi. Padahal di setiap wilayah masyarakat mengembangkan cara-cara pengguguran kandungan sesuai nilai budaya lokal masing-masing yang jauh dari aman dan memadai. Dalam kasus KTD perempuan justru disudutkan, dipersalahkan sementara pasangannya tidak mendapat sanksi apapun PKBI, 1999. Lebih lanjut di uraikan hasil diskusi terbatas tersebut, bahwa pandangan masyarakat dalam masalah aborsi masih sangat samar, masih terdapat kesenjangan antara berbagai norma dengan praktek kehidupan seksual di masyarakat. Sikap negatif yang tidak sesuai dimasyarakat antara kebutuhan dan hambatan normatif, sehingga masalah aborsi sebenarnya bukan pada nilai ketidakpedulian pada masalah yang dihadapi perempuan, tetapi apakah berani untuk menghilangkan pikiran negatif dan memberi dukungan dan mencari alternative penyelesaian masalah aborsi yang tidak aman di masyarakat. Namun demikian ada juga keinginan informan dalam penelitian ini agar masyarakat bisa memahami dan merasakan bahwa menjalankan kehamilan yang tidak diinginkan bukanlah hal yang mudah. Berikut ini diuraikan secara detil ungkapan informan dalam menanggapi penilaian buruk masyarakat terhadap perilaku aborsi pada matriks di bawah ini: Universitas Sumatera Utara

5.3.3. Kebutuhan Dukungan dari Masyarakat terhadap Perempuan yang Mengalami KTD

Matriks 4.5.3.3. adalah gambaran kebutuhan akan dukungan masyarakat pada perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Karena menyelesaikan permasalahan tersebut bukanlah hal yang mudah bagi perempuan, maka informan membutuhkan : 1. Sikap Empati 2. Masyarakat mengerti dan memahami latar belakang masalah 3. Tidak memaksa perempuan untuk meneruskan kehamilan jika tidak ingin 4. Tidak berfikiran sempit dan menilai negatif serta tidak mengecam 5. Masyarakat juga memahami hak-hak reproduksi 6. Tidak menyalahkan tetapi mendengarkan Kartono dalam Jurnal Perempuan 2007 menjelaskan bahwa secara mental perempuan yang nekat memilih jalan aborsi, meskipun tidak aman, sedang mengalami kebingungan, menurun rasa percaya dan putus asa. Disisi lain jika ia melakukan aborsi juga akan timbul ketakutan akan akibat dari aborsi tidak aman tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan problema kesehatan pada perempuan tertutama kesehatan mentalnya. Pada saat seperti ini seorang perempuan membutuhkan dukungan dari keluarganya maupun dari masyarakat sekitarnya, bukan dijauhkan dari dukungan sosial yang ia perlukan. Universitas Sumatera Utara 5.4. Tanggapan dan Kebutuhan akan Adanya Kebijakan dan Layanan 5.4.1. Pendapat tentang Undang-Undang yang Melarang Aborsi Matriks 4.5.4.1. menggambarkan tanggapan informan tentang Undang- Undang yang melarang untuk melakukan aborsi kecuali atas indikasi medis seperti yang diuraikan di bawah ini : 1. Undang-undang dan kebijakan pemerintah belum berpihak pada perempuan dan belum memenuhi hak-hak reproduksi perempuan. 2. Kebijakan yang mengatakan aborsi dapat dilakukan jika dengan indikasi medis, perlu diperluas lagi, karena ada banyak faktor selain medis yang menjadi masalah bagi perempuan misalnya faktor kesehatan mental, usia dan ekonomi. 3. Pemerintah kurang peka dengan permasalahan unsafe abortion yang banyak terjadi dengan banyak kasus yang dialami perempuan. 4. Undang-Undang dan kebijakan tidak memahami masalah kesehatan reproduksi perempuan.

5. Undang-Undang dan kebijakan perintah belum bisa menyelesaikan masalah aborsi

yang tidak aman yang banyak dilakukan perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. 5.4.2. Kebutuhan akan Dukungan Kebijakan dan Layanan dari Pemerintah dalam Menangani Masalah KTD pada Perempuan Matriks 4.5.4.2, memberikan gambaran akan adanya kebutuhan akan dukungan kebijakan dan pelayanan dari pemerintah dalam menangani masalah Universitas Sumatera Utara