Gambaran Informan Indepth Interview Profil Informan Informan 1

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Informan Indepth Interview

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh dari delapan informan yang berdomisili di Kota Medan dengan karakteristik sebagai berikut : Tabel 2. Karakteristik Informan No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Jumlah Anak Alamat 1 Informan 1 34 thn SMA IRT 4 Medan Amplas 2 Informan 2 29 thn SMA IRT 5 Medan 3 Informan 3 41 thn S1 Peg Swasta 3 Medan Helevetia 4 Informan 4 29 thn D3 PNS 2 Medan 5 Informan 5 44 thn SMA PNS 4 Medan kota 6 Informan 6 40 thn D3 IRT 3 Medan P.Bulan 7 Informan 7 42 thn S1 Peg. Swasta 3 Medan Kota 8 Informan 8 37 thn S1 PNS 3 Medan T.Selamat Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usia informan cukup bervariasi antara 29 – 44 tahun dan tinggal di Kota Medan. Pendidikan Informan SMA, D3 dan Sarjana, sedangkan pekerjaan informan 3 diantaranya adalah ibu rumah tangga, PNS berjumlah 3 orang dan 2 orang pegawai swasta. Sementara jumlah anak yang sudah dimiliki dan ini menjadi alasan untuk tidak menambah anak lagi yaitu; 1 orang memiliki 2 anak, 4 orang sudah memiliki 3 anak, 2 orang sudah memiliki 4 anak dan 1 orang memiliki 5 anak. Universitas Sumatera Utara

4.2. Profil Informan Informan 1

Seorang ibu rumah tangga yang tinggal di medan dan berusia 34 tahun, ia sudah memiliki empat orang anak dan yang paling kecil berusia 19 bulan masih menyusui. Ia biasa mengontrol tanggal haidnya setiap bulan, ketika menyadari bahwa pada tanggal yang seharus belum haid ia langsung memeriksakan dirinya dengan menggunakan tes sensitive dan mendapati kalau dirinya sudah hamil. Ia tidak menginginkan untuk hamil lagi, merasa anak sudah cukup punya empat anak saja. Disamping itu setiap kehamilan ia selalu mengalami masa yang sangat payah ‘morning sickness’ yang berat sehingga membuatnya sulit untuk beraktifitas. Karenanya ia memutuskan untuk menghentikan kehamilannya. Sebelumnya selama lima hari ia sudah mencoba dengan mengkonsumi obat dan jamu tetapi tidak haid juga. Hanya merasa perutnya saja yang terasa mulas-mulas. Kemudian ia berusaha mencari informasi untuk mendapatkan bantuan secara medis, ia mendatangi seorang bidan, tetapi bidan tidak bersedia menolongnya. Kemudian ia meminta saudaranya yang bekerja di apotik bertanya dengan kenalan dokternya, dan dokter kenalan saudaranya menyarankan untuk datang ke suatu klinik di Medan. Ia memutuskan untuk meminta pertolongan medis karena tidak mau mengambil resiko yang lebih besar jika datang ke praktek-praktek aborsi yang tidak aman. Ia tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau membatasi jumlah anak, karena banyak mendengar dari orang-orang bahwa Universitas Sumatera Utara menggunakan alat kontrasepsi itu memberikan banyak efek seperti gemuk, pusing jerawatan dan sakit kalau senggama, ini yang ia dengar dari teman-temannya. Setelah menghentikan kehamilannya yang terakhir ini ia memutuskan untuk kontap dan suami mendukung mendukung keputusan tersebut. Kondisi Informan saat di wawancarai terlihat cukup segar dan ceria, ia datang ke tempat wawancara dengan diantar oleh suami, menggunakan baju berwarna ungu celana panjang warna hitam, ia cukup lancar dalam berkomunikasi. Ia menceritakan pengalamannya untuk menghentikan kehamilan yang terakhir setelah melakukan berbagai upaya-upaya namun tidak juga haid, ia merasa khawatir karena upaya yang sudah dilakukan akan membuat janinnya berkembang tidak normal atau cacat disamping ia merasa usianya sudah cukup tua untuk hamil lagi. Ia kemudian mendatangi klinik yang disarankan oleh dokter kenalan saudaranya dan sesampainya di klinik ia tidak langsung bisa mendapatkan pelayanan karena ada beberapa proses yang merupakan standar operasional prosedur untuk mendapatkan pelayanan yang harus dilaluinya. Sebelumnya ia harus bertemu dengan konselor untuk melakukan konseling terhadap permasalahan kehamilan yang tidak diinginkannya. Selama proses konseling mendapatkan penjelasan tentang kesehatan reproduksi dan alat kontrasepsi. Berdasarkan informasi dari konselor inilah yang membuatnya kemudian memutuskan untuk menjalani kontrasepsi mantap setelah tindakan medis untuk menghentikan kehamilannya selesai. Saat konseling ia juga mendapatkan informasi tentang kemungkinan resiko yang akan dihadapinya dalam tindakan tersebut dan diingatkan untuk kontrol pasca tindakan setelah dua minggu. Ia Universitas Sumatera Utara juga harus didampingi oleh suaminya pada saat tindakan dan sebelumnya harus melengkapi beberapa berkas untuk administrasi diantaranya kartu penduduk dan kartu keluarga, buku nikah dan harus menandatangani inform concern dan melewati berbagai pemeriksaan medis lainya. Ia juga menceritakan pada saat pelaksanaan tindakan berjalan cukup lancar hanya membutuhkan waktu 10 menit, tidak ada kesulitan dalam tindakan dan proses pemulihannya juga cepat, ia hanya membutuhkan waktu istirahat satu jam ia sudah boleh pulang. Setelah itu ia merasa lega dan segar dan diberikan obat oleh dokter dan dianjurkan untuk datang lagi kontrol untuk memastikan tidak ada masalah dengan tindakan pemulihan haid tersebut. Informan 2 Informan ke dua ini berusia 29 tahun sudah memiliki 5 orang anak dengan anak paling kecil berusia 10 bulan dan masih menyusui. Ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan setingkat SMA. Alasannya tidak menginginkan kehamilan yang terakhir ini karena merasa sudah memiliki anak yang banyak sementara kondisi ekonomi keluarganya yang tidak stabil dan seringkali tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga memungkinkan untuk membiayai banyak anak, apalagi ia sendiri tidak bekerja, jadi hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya saja. Ia menceritakan bahwa sebelum mendapatkan pertolongan yang aman ia sudah melakukan upaya-upaya sendiri dengan mengkonsumsi banyak jamu dan obat- Universitas Sumatera Utara obat yang dilarang diminum bagi ibu hamil. Ia terpaksa melakukannya karena benar- benar tidak menginginkan kehamilannya dan ia tidak mendapatkan informasi tempat pelayanan yang aman yang bisa membantunya mengatasi kesulitannya tersebut. Namun karena upayanya tersebut tidak berhasil ia mulai merasa cemas dan takut jika tidak jatuh ia akan melahirkan anak cacat, karena ia banyak mendapatkan informasi dari tentangganya bahwa usaha untuk menghentikan kehamilan jika tidak berhasil akan membuat janin cacat, disamping selama beberapa minggu kehamilan ia merasakan sangat berat sementara ia masih harus mengurusi anaknya yang baru berusia 10 bulan dan masih menyusui. Akhirnya ia mendapatkan informasi dari orang yang juga sudah pernah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan mendapatkan pertolongan secara aman. Menurutnya tempat yang membantunya tersebut juga bersifat sosial dan benar- benar bisa memahami kondisi dan kelemahannya dari sisi ekonomi, karena ia juga tidak memiliki uang banyak. Ia juga mendengar jika ditempat lain biasanya membutuhkan biaya yang besar. Memang ada beberapa prosedur yang harus dilaluinya, diantaranya kelengkapan administrasi, harus didampingi suami, melakukan pemeriksaan medis dan juga harus melewati proses konseling. Ia bertemu dengan seorang konselor yang ramah dan mendengarkan keluhannya. Konselor tersebut memberikan banyak pertimbangan termasuk untuk meneruskan saja kehamilannya tersebut. Namun menceritakan upaya-upaya yang sudah dilakukannya serta kekhawatirannya kalau meneruskan kehamilan tersebut, dan ia bersama Universitas Sumatera Utara suaminya sudah mengambil keputusan yang mantap untuk menghentikan kehamilan tersebut. Ia juga menceritakan pada awalnya sebelum mendapatkan tindakan ia merasa sedikit takut dan cemas, takut kalau tindakan tersebut berjalan lama dan ia akan mengalami sakit yang luar biasa, karena ia pernah melihat orang yang dikuret mengalami kesakitan sampai menjerit-jerit. Namun ketika menjalani tindakan ditempat tersebut ia tidak merasakan sakit dan waktunya juga berjalan sangat cepat, ia tidak merakan apa-apa, ia merasa seperti tidak pernah melakukan aborsi karena satu minggu setelah tindakan ia mengalami haid seperti biasa tidak ada pendarahan. Setelah selesai tindakan ia sudah bisa tersenyum dan lega karena sudah tidak hamil lagi, sudah mau makan lagi dan ia juga merasa senang karena sudah bisa mengurusi lima anaknya lagi. Informan 3 Ia bekerja di sebuah perusahaan fast food di Medan dan ia memiliki pendidikan terakhir Strata 1. Pada saat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan melakukan tindakan pemulihan haid ia berusia 40 tahun. Pada saat kehamilannya yang terakhir ia baru enam bulan melahirkan, selama kehamilan yang terakhir ia mendapatkan banyak masalah dengan kandungannya bahkan anaknya meninggal tiga hari setelah dilahirkan. Ia menceritakan bahwa pada kehamilannya yang terakhir tersebut ia berkonsultasi dengan beberapa dokter spesialis kandungan, namun ia merasa dokter-dokter tersebut tidak memberikannya banyak informasi tentang Universitas Sumatera Utara konsidi kehamilannya, sementara ia merasakan ada yang tidak beres dengan kehamilannya tersebut. Terlihat ada kekecewaan dan kesedihannya ketika menceritakan pengalamannya tersebut. Pengalamannya tersebut membuatnya mengalami trauma untuk hamil dan melahirkan lagi, ini adalah salah satu alasannya kenapa ia mengingkan kehamilannya tersebut dihentikan dan ia tidak lagi mau berkonsultasi ke dokter, karena pada kehamilan sebelumnya ia juga tidak menginginkannya, tetapi dokter justru memaksanya untuk tetap meneruskan kehamilannya tetapi berakhir dengan kematian anaknya setelah dilahirkan. Ia tidak mau mengalami hal yang sama. Karenanya ia mencoba dengan upaya-upaya sendiri untuk menghentikan kehamilannya dan ketika tidak berhasil ia baru mencari pertolongan medis. Menurutnya jika sudah melakukan banyak upaya baru dokter akan mau menolongnya karena sudah ada indikasi medis. Berdasarkan informasi dari teman-temannya ia kemudian mendatangi suatu tempat yang bisa menolong masalahnya tersebut dengan pelayanan yang baik dan aman. Ia menceritakan bahwa ditempat tersebut ia harus didampingi suami, menandatangi kesepakatan, memenuhi persyaratan administrasi dan melewati beberapa prosedur pemeriksaan medis dan konseling. Ia cukup memahami apa yang akan dilaluinya karena sebelumnya ia sudah mencari-cari informasi dari orang lain tentang tindakan yang akan dilaluinya dalam menghentikan kehamilannya. Ia juga menceritakan mengalami kesakitan tetapi masih bisa ditahankannya, berbeda dengan informasi yang pernah didengarnya, namun ia mengatakan mungkin karena kondisi emosi dan psikisnya pada waktu itu memang tidak terlalu baik. Pada saat itu ia Universitas Sumatera Utara mengalami banyak masalah dengan keluarga dan pekerjaannya diluar kehamilannya sendiri, disamping kecemasannya sendiri dalam menghadapi proses tindakan pemulihan haid yang akan dijalaninya. Informan 4 Ia adalah seorang pegawai negeri sipil disalah satu instansi pemerintah, memiliki kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan sampai di tingkat Diploma 3, saat ini ia berusia 29 tahun dan sudah memiliki dua orang anak, yang paling kecil masih berusia empat bulan. Ia benar-benar tidak menginginkan kehamilannya yang terakhir selain karena masih memiliki bayi dan ia tidak siap untuk hamil lagi dan mengalami kondisi yang sulit selama kehamilan. Hal tersebut membuatnya kemudian berusaha berbagai cara untuk menghentikan kehamilannya. Pada awalnya ia takut untuk mendatangi klinik karena dalam pemahamannya jika di klinik ia harus menjalani operasi, karenanya ia memutuskan untuk menggunakan cara-cara alternatif dulu. Ia berfikir dengan cara-cara tradisional ia tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar, jika dibandingkan harus datang ke dokter atau klinik, karena ia mendapat informasi bahwa biayanya sama dengan biaya operasi melahirkan dan ia tidak punya uang dengan jumlah yang banyak. Setelah mencoba upaya-upaya alternatif seperti yang disampaikannya tidak berhasil ia kemudian memutuskan untuk mendatangi klinik karena ia tetap tidak mau meneruskan kehamilannya, apalagi dengan upaya-upaya yang sudah dilakukannya akan berdampak pada janinnya yang bisa mengalami kecacatan. Ia menceritakan Universitas Sumatera Utara ketika datang kesebuah tempat yang diperolehnya dari keluarga yang pernah datang kesana ia merasa sedikit takut, takut kalau harus menjalani operasi. Ia juga menceritakan pada waktu itu wajahnya pucat, gelisah dan saya gemetar ketika berhadapan dengan dokter dan konselornya. Ia memang merasa sedikit tegang dan khawatir tidak bisa mendapatkan pertolongan ditempat tersebut. Namun ia menjadi merasa lega setelah melewati berbagai prosedur ia bisa mendapatkan pelayanan yang diinginkannya, dengan biaya yang tidak terlalu mahal artinya masih terjangkau. Ia menceritakan setelah mendapatkan penjelasan selama konseling ia merasa sedikit tenang karena tahu apa yang akan dilaluinya, selain petugas yang menanganinya sangat baik dan ramah, senang bercanda jadi ia bisa merasa relaks. Setelah selesai menjalani tindakan ia juga merasa segar kembali dan tidak lagi merasakan adanya hal-hal mengganggu karena kehamilannya. Informan 5 Ia berusia 44 tahun dengan jumlah anak empat orang, anak paling kecil sudah berusia 5 tahun. Ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di dalah satu instansi pemerintah. Ia menceritakan bahwa ia memiliki masalah kesehatan yang tidak memungkinkan untuk hamil lagi apalagi usianya sudah cukup tua. Penyakitnya adalah diabetes dan hipertensi yang sudah dialaminya selama 10 tahun, karenanya ia merasa tidak kuat lagi untuk hamil. Ia pernah mengalami kehamilan sebanyak enam kali, satu kali mengalami keguguran dan kehamilan yang ke enam ini tidak diinginkannya karenanya ia berusaha untuk menjatuhkan janinnya sebelum Universitas Sumatera Utara bertambah besar. Pada awalnya ia melakukan cara-cara tradisional tapi tidak banyak membantu, karena ia tidak ingin mendapatkan resiko dengan cara-caranya yang tidak aman tersebut. Karenanya ia segera mencari informasi kemana ia harus mendapatkan pertolongan yang lebih aman dengan kondisi kesehatannya tersebut. Ia memang tidak menggunakan alat kontrasepsi karena menurutnya di usianya yang menjelang menopause ia tidak memerlukan alat kontrasepsi. Menurutnya ia hanya perlu mengatur hubungan seksualnya dengan sistim kalender saja. Namun karena kehamilan yang dialaminya ini ia menyadari bahwa ternyata pemikirannya selama ini salah, karenanya setelah selesai menghentikan kehamilannya tersebut ia ingin mendapatkan pelayanan konstrasepsi sesuai dengan kondisi kesehatan dan usianya saat ini. Ia menceritakan bahwa ia sudah mendapatkan informasi sebelumnya dari orang-orang yang pernah mendapat pertolongan ditempat ia memperoleh bantuan. Ia sudah banyak bertanya, karenanya pada saat melakukan tindakan ia merasa lebih tenang dan lebih relaks. Ia merasa senang karena pelayanan yang diperolehnya sangat baik, petugas yang menerimanya saat konseling juga cukup bisa memahami keadaannya dan memberikan banyak informasi kepadanya. Informan 6 Informan ini adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 43 tahun dan sudah memiliki tiga anak dengan anak terkecil berusia 6 tahun. Ia pernah mengalami keguguran satu kali, ia tidak menginginkan kehamilannya yang terakhir karena ia Universitas Sumatera Utara memang tidak memiliki rencana untuk menambah jumlah anak. Ia juga merasa malu untuk hamil lagi dengan usianya saat ini, merasa sudah tidak pantas untuk hamil lagi. Disamping itu ia punya penyakit asma dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak terlalu baik. Ia sendiri merasa sudah sangat repot mengurus dan membiayai kebutuhan tiga anaknya. Ia memutuskan untuk berkonsentrasi pada pendidikan tiga anaknya yang sudah besar-besar. Ia menceritakan bahwa ia sudah melakukan upaya sendiri untuk menghentikan kehamilannya, namun tidak terlalu lama dilakukannya karena ia mendapatkan informasi bahwa upayanya itu memiliki resiko yang kurang baik untuk dirinya dan kesehatannya. Karenanya ia memutuskan untuk mencari informasi tempat yang bisa memberikan bantuan dan pelayanan dengan cara yang aman bagi dirinya. Hal ini juga didukung oleh suaminya yang lebih memperhatikan kesehatan dirinya. Informan ini memiliki informasi yang cukup banyak tentang penanganan yang akan dilaluinya dalam menghentikan kehamilannya, karena sebelumnya ia banyak bertanya kepada orang lain. Karenanya pada saat mendapatkan pelayanan ia lebih tenang dan bersifat kooperatif, serta siap untuk melewati semua prosedur yang dibutuhkannya. Ia datang dengan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan sehingga ia tidak perlu datang berulang, artinya ia bisa mendapatkan pelayanan langsung pada hari kedatangannya setelah melewati beberapa persyaratan. Ia cukup memahami prosedur yang ada dan menurutnya seharus begitu agar tidak sembarangan orang yang datang dan meminta pelayanan aborsi. Universitas Sumatera Utara Informan 7 Informan ini memiliki pengalaman yang paling banyak berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan, ia pernah mengalami masalah yang sama sebanyak tiga kali, tetapi pada penanganan yang sebelumnya ia mengalami masalah pendarahan. Hal ini membuatnya sedikit trauma untuk melakukan tindakan penghentian kehamilan. Pada kehamilannya yang terakhir ia berusia 42 tahun dan sudah memiliki 3 orang anak, usia anak terakhirnya 7,5 tahun. Ia menceritakan ketika mengalami kehamilan yang terakhir ia takut pada suaminya karena ia sudah mengalami beberapa kali dan berakhir dengan aborsi. Tetapi ia tidak ingin melanjutkan kehamilannya tersebut. Faktor usia yang sudah tua menjadi alasannya selain itu ia memiliki masalah penyakit sejak tahun 1995 ia mengalami tumor di payudara. Penyakitnya tersebut yang membuatnya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal. Disamping itu ia merasa sudah usianya yang menjelang menopause tidak mungkin untuk hamil lagi. Berkaitan dengan kehamilannya yang terakhir ia mencoba beberapa cara untuk membuatnya bisa haid kembali, namun tidak berhasil karenanya ia mencari pertolongan dengan cara lain dan mencari informasi tempat yang baik dan aman. Karena pengalaman sebelumnya yang dilakukannya secara medis ia justru mengalami masalah, maka ia menjadi lebih berhati-hati dalam memilih tempat layanan. Ketika ia sampai di tempat yang direferensikan kepadanya ia masih memiliki rasa takut dan bingung bagaimana harus menjelaskan kepada petugas. Ia kemudian di jumpakan dengan seorang konselor untuk melakukan proses Universitas Sumatera Utara konseling. Ada beberapa kali ia harus datang untuk konseling sampai kemudian ia yakin dengan keputusan yang diambilnya. Ia juga menceritakan kalau ditempat yang terakhir proses dan prosedur pelayanan berbeda, ia mendapatkan pelayanan yang baik dengan sikap yang hangat dan ramah yang menjadi lebih tenang dan relaks dalam menjalankan proses tindakan. Informan 8 Informan yang terakhir ini berusia 38 tahun bekerja sebagai pegawai negeri sipil di sebuah instansi pemerintah. Saat ini ia sudah memiliki 3 orang anak dan anak yang terakhir 15 bulan. Sebelumnya ia juga pernah mengalami keguguran yang tidak disengaja. Namun pada kehamilan yang terakhir ini ia memang tidak berencana dan tidak ingin hamil lagi, ia merasa sudah cukup memiliki tiga anak saja. Ia menceritakan bahwa sudah tujuh tahun ia menderita penyakit diabetes, menurutnya untuk hamil juga memiliki resiko bagi dirinya maupun janinnya, karenanya ia memutuskan untuk menghentikan kehamilan. Pada saat mendatangi tempat yang dirujuk kepadanya, ia mengalami kebingungan dan menangis ketika proses konseling berlangsung. Ia merasa ada perasaan bersalah dan berdosa karena ingin membuang calon bayinya, namun untuk meneruskan kehamilannya ia juga merasa tidak sanggup. Apalagi ia sudah dua minggu mencoba melakukan berbagai cara untuk membuatnya bisa haid kembali dengan mengkonsumsi banyak obat-obatan dan jamu. Ia khawatir juga untuk meneruskan kehamilan akan membuat bayinya cacat. Universitas Sumatera Utara

4.3. Gambaran Focus Group Diskusion