PENDAHULUAN Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Muhammad Rusda, Sp. OG

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan perempuan, kesehatan perempuan terkait pada semua aspek kehidupan sehari-hari. Organ reproduksi perempuan mempunyai konsekuensi yang siginifikan dalam kesehatan perempuan. Zarfiel 1998, menegaskan dalam tulisannya bahwa kesehatan reproduksi merupakan bagian yang sangat penting dari “kesehatan pada umumnya”, serta bagian inti dari pembangunan sumberdaya manusia untuk mencapai kualitas kehidupan yang tinggi. Kesehatan reproduksi merupakan cerminan dari kesehatan sejak konsepsi dan kehamilan, kesehatan masa kanak-kanak, remaja dan dewasa, peletakan landasan kesehatan pasca masa reproduksi, serta pengaruhnya pada kesehatan generasi mendatang. Masih tingginya angka kematian ibu AKI di Indonesia menandakan bahwa derajat kesehatan reproduksi perempuan belum seperti yang diharapkan. Padahal kesehatan ibu merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan. Berdasarkan data WHO World Health Organization, di dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilannya. Selanjutnya WHO 2007, menjelaskan bahwa Angka Kematian Ibu AKI adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan. Kematian perempuan bukan hanya cerminan suatu peristiwa dalam suatu tahap kehidupan yakni masa kehamilan, persalinan dan nifas. Karena itu, tingginya angka kematian perempuan di Indonesia Universitas Sumatera Utara merupakan suatu indikator status sosial dan kesejahteraan anak perempuan dan perempuan di seluruh negara Indonesia. Millenium Development Goals MDGs menetapkan target penurunan AKI pada tahun 2015 menjadi setengah dari angka saat ini yaitu 307100.000 kelahiran hidup Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002- 2003. Untung 2007, mengungkapkan kehamilan dan persalinan merupakan salah satu penyebab utama kematian perempuan usia produktif. Berdasarkan data, penyebabnya adalah akibat komplikasi selama kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, dan aborsi tidak aman. Selanjutnya dijelaskan keadaan tersebut terjadi umumnya karena keterlambatan mengetahui adanya komplikasi dan terlambat memperoleh penanganan. Berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi perempuan, beberapa pendapat ahli memperkuat bahwa kehamilan yang tidak diinginkan berdampak pada adanya permintaan untuk mengakhiri kehamilan. Pelayanan yang tidak tersedia membuat perempuan melakukan aborsi yang tidak aman dan ini memberi andil atas tingginya angka kematian ibu. Kehamilan tidak diinginkan KTD bukanlah fenomena baru yang sering diperbincangkan di dunia ini, jika kita simak lebih jauh sebenarnya KTD bisa menimpa siapa saja. Pada saat ini tampaknya KTD tidak dapat dipandang sebagai masalah kasus individu saja, tetapi lebih tepat dipandang sebagai masalah sosial karena jumlahnya yang semakin besar. PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia melakukan penelitian pada tahun 2005 menyebutkan bahwa masalah Universitas Sumatera Utara aborsi merupakan “The hidden epidemic. Lebih ditegaskan oleh Zarfiel, dkk 1998, suka tidak suka kita harus berani mengakui bahwa masalah ini nyata ada di depan mata. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh perempuan merupakan perilaku yang berbahaya, karena mereka pada umumnya sudah melakukan inisiatif sendiri untuk mengatasinya seperti minum jamu terlambat bulanjamu peluntur, minum ramuan yang diyakini mampu membuat haid, minum obat-obatan dan sebagainya, jika tidak berhasil mereka pergi ke dukun atau tenaga medis. Tahun 2000, WHO menguraikan dua pertiga dari 75 juta perempuan yang mengalami KTD akan berakhir dengan aborsi disengaja, 20 juta diantaranya dilakukan secara tidak aman dan sebagian besar aborsi tidak aman 95 terjadi di negara berkembang dimana akses pelayanan KB terbatas. Menurut Sudraji 1995, akibat aborsi tidak aman perempuan dapat mengalami komplikasi dalam bentuk infeksi, rahim robek, perdarahan, kesakitankecacatan bahkan kematian. Menurut Azwar 2005, presentasi kontribusi aborsi terhadap AKI di Indonesia bisa mencapai 30-50. Survey Demografi Kesehatan Indonesia SDKI tahun 1997, memperkirakan 12 kehamilan akan berakhir dengan aborsi Pradono, Julianty, 2001, kemudian PKBI 2004, mengungkapkan Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia masih menduduki tempat tertinggi diantara negara-negara ASEAN yakni bisa mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih. Angka tersebut menjadi lebih besar, karena lebih banyak lagi data perempuan yang meninggal akibat aborsi tidak aman yang tidak tercatat dan sulit dikumpulkan. Universitas Sumatera Utara Hal ini juga di sampaikan oleh Zarfiel, dkk 1998 bahwa angka kematian akibat aborsi yang tidak aman memang sulit sekali dikumpulkan secara akurat. Data aborsi di Indonesia umumnya dilaporkan sebagai kasus kehamilan, flu, gastritis, tumor. Permasalahan aborsi tidak aman dilaporkan oleh rumah sakit sebagai kasus abortus spontan, atau komplikasi aborsi yang ditangani pihak lain dan kemudian ditangani Rumah Sakit. Sementara di negara-negara yang melegalisir aborsi, angka aborsi diperoleh dari rumah sakit atau klinik yang ditunjuk untuk menangani masalah kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagai perbandingan, di Singapura 6, Malaysia 39, Thailand 44, Filipina 170 100.000 kelahiran hidup. Studi berdasarkan SKRT 1998-2001 menemukan rasio aborsi 10.4 per 100 kehamilan yang paling banyak terjadi dan ikut berperan pada 36.3 aborsi. Komplikasi kehamilan, jumlah kehamilan, pemeriksaan dan antenatal berkaitan dengan kejadian aborsi Setyowati, Balitbangkes, 2004. Demikian juga menurut Hul dan Ninuk 1993, diperkirakan jumlah aborsi setiap tahun berkisar antara 750.000 – 100.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan. Sedangkan Utomo, dkk 2001 memperkirakan insiden aborsi pertahun sebesar 2.000.000 atau 43 aborsi per 100 kehamilan. Data yang dikumpulkan dari sembilan daerah di Indonesia sejak tahun 2000-2003, menunjukkan adanya 37.685 permintaan pelayanan pemulihan haid, terdapat 73 klien meminta pelayanan pemulihan haid karena kegagalan KB 31, selain telah memiliki cukup anak 21 PKBI, 2004. Kehamilan, direncanakan atau tidak bukanlah hanya merupakan suatu peristiwa biologis, tetapi juga merupakan suatu peristiwa psikologis dan sosial, Universitas Sumatera Utara sehingga merupakan pengalaman yang menyangkut diri seorang perempuan secara menyeluruh. Pada kenyataannya tidak semua kehamilan yang terjadi merupakan sesuatu yang direncanakan atau diinginkan. Perempuan pada kehamilan yang tidak diinginkan KTD dihadapkan pada pilihan yang sulit dan tidak jarang berakhir dengan menghentikan kehamilan atau aborsi. Dua pertiga 50 juta dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan di dunia akan berakhir dengan aborsi disengaja; 20 juta dilakukan secara tidak aman PKBI, 2004 Ada beberapa alasan perempuan untuk melakukan penghentian kehamilan antara lain; alasan kesehatan, telah memiliki jumlah anak cukup, kurang pengetahuan tentang kontrasepsi, akibat perkosaan, takut janin cacat, usia muda, pasangan tidak bertanggungjawab atau alasan ekonomi. Penelitian PKBI 2000-2003, menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami kehamilan, 51,4 perempuan yang mendatangi klinik sudah melakukan tindakan sendiri untuk menghentikan kehamilannya. Berbagai cara dilakukan untuk mengakhiri kehamilannya yang menunjukkan bahwa klien telah menempuh cara aborsi tidak aman unsafe aborsion Track. Antara lain mendapat pelayanan dokterbidan yang memberikan obat atau tindakan yang dianggap bisa menghentikan kehamilan 8,9, minum obat 21, minum jamu tradisionalminum ramuanobat- obatan 13.3 dan sisanya menggunakan cara lain 7.3, sedangkan klien yang datang ke dukun 0.4. Upaya-upaya di atas menggambarkan adanya perilaku beresiko yang dilakukan perempuan dalam menangani KTD, hal ini dipengaruhi oleh adanya Universitas Sumatera Utara kebutuhan namun tidak mendapatkan pelayanan yang aman, disamping itu dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pemahaman yang rendah. Seperti yang dituliskan oleh Saparinah 1988, bahwa KTD dapat terjadi karena sikap tidak mengerti atau tidak memahami ignorance bagaimana kehamilan bisa terjadi sampai secara sadar perempuan menikah tidak menggunakan kontrasepsi, padahal mereka tidak menginginkan kehamilan, sedangkan menggunakan kontrasepsi-pun kehamilan bisa terjadi apalagi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Selanjutnya Saparinah menjelaskan ada kaitan dengan data sebelumnya bahwa orang yang sudah berhasil sekali ketika melakukan aborsi cenderung akan mengulang kembali perilaku tersebut. Perempuan yang mengalami masalah kehamilan yang tidak diinginkan melakukan tindakan-tindakan yang beresiko dan berada dalam unsafe abortion tract” aborsi yang tidak aman karena beberapa hal. Pengetahuan dan pemahaman perempuan tentang kehamilan tergolong rendah, diantaranya; bagaimana proses kehamilan terjadi, tanda-tanda kehamilan dan terlambat menyadari kalau dirinya sudah hamil, padahal ia tidak merencanakan untuk hamil. Hasil penelitian PKBI 2000-2003, menguraikan pendidikan bagi perempuan perlu diberikan agar mereka dapat segera mengambil keputusan yang tepat bila mengalami KTD, dan tidak mengambil tindakan sendiri yang justru membahayakan diri. Tidak adanya dukungan membuat perempuan harus mengatasi masalah sendiri, seperti yang diuraikan oleh Kartono, dkk 2007 perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengalami masalah yang sulit, ia membutuhkan Universitas Sumatera Utara dukungan baik dari keluarga maupun dari masyarakat untuk membantunya mengatasi masalah tersebut. Namun perempuan yang ingin menghentikan kehamilannya justru dijauhkan dari dukungan sosial. Sehingga pada akhirnya perempuan yang sudah pada tahap putus asa atau “desperate” akan mencari jalan keluar sendiri dengan cara yang tidak aman. Undang-Undang kesehatan di Indonesia pasal 15 ayat UU No. 231992 melarang aborsi tanpa alasan medis. Hal ini membuat masalah aborsi menjadi lebih sensitif, karenanya banyak perempuan yang mengalaminya tidak mau mendiskusikannya pada orang lain secara terbuka, sehingga aborsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Faktanya pada penelitian PKBI 2004 permintaan perempuan terhadap pelayanan aborsi aman cukup tinggi. Karena tidak jelasnya perlindungan hukum dan akses pelayanan yang aman untuk mengatasi masalah KTD membuat perempuan menderita komplikasi aborsi yang tidak aman dan takut mencari pertolongan medis. Akibatnya tidak pernah diperhitungkan penderitaan, morbiditas dan kematian perempuan karena aborsi tidak aman. Sementara perempuan yang sudah memutuskan untuk menghentikan kehamilan akan melakukan upaya apa saja walaupun harus mempertaruhkan nyawanya. Jika mengacu kepada hak-hak kesehatan reproduksi perempuan, pemerintah wajib menyediakan sistim pelayanan kesehatan termasuk dalam menangani masalah KTD dan kontrasepsi yang aman, murah, terjangkau dan dapat diterima oleh perempuan. Sesuai dengan kesepakatan negara-negara pada saat pertemuan di Kairo, Universitas Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan semangat hidup perempuan yang mengalami persoalan dengan kesehatan reproduksinya. Kesepakatan International Congres Population Development ICPD di Kairo pada tahun 1994 “... Dan untuk memiliki informasi dan cara-cara untuk melakukannya, dan hak untuk meraih standar tertinggi atas kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk segala hak untuk memutuskan hal-hal yang bersangkut paut dengan reproduksi, bebas dari diskriminasi dan kekerasan.” WHO 2007, menguraikan bahwa upaya menurunkan kematian maternal tidak akan berhasil jika masalah aborsi tidak aman yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terus diabaikan. Angka 11 kematian ibu akibat aborsi yang tidak aman tidak akan turun bahwan bisa semakin tinggi 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa tingginya angka kematian perempuan disebabkan oleh aborsi yang tidak aman, akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor yang diangkat dalam penelitian ini yaitu ; pengetahuan dan pemahaman yang rendah tentang kehamilan menyebabkan perempuan lambat menyadari kehamilannya, rendahnya dukungan sosial terhadap perempuan yang ingin menghentikan kehamilan, terkait juga dengan undang-undang aborsi yang tidak berpihak pada hak-hak reproduksi perempuan. Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : • Mengetahui penanganan masalah aborsi yang tidak aman dari perspektif perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan KTD. Bentuk- bentuk dukungan yang diinginkan baik dukungan sosial maupun terhadap pemenuhan hak reproduksi perempuan terhadap keputusan untuk menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan secara aman 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pemerintah Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dan peraturan terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan dengan melihat fenomena aborsi yang tidak aman, dengan pertimbangan adanya kebutuhan perempuan untuk mendapatkan pelayanan yang aman dalam penanganan masalah kehamilan yang tidak diinginkan. 1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan program-program promosi kesehatan, mengembangkan media komunikasi kesehatan yang strategis dalam penanganan perilaku masyarakat yang beresiko, terkait dengan unsafe abortion. Universitas Sumatera Utara 1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dan mahasiswa untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai permasalahan aborsi tidak aman pada perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program promosi kesehatan yang strategis untuk mengurangi perilaku bersiko akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA