Batasan Masalah Batasan dan Rumusan Masalah
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006, penelitian Yulia melihat bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pesantren
dilihat dari perspektif gender dan bagaimana perlakuan pesantren terhadap santri laki-laki dengan perempuan. Hasil penelitian tersebut adalah
pelaksanaan pembelajaran di pesantren belum berperspektif gender yang terlihat dari perlakuan kyai maupun guru-guru yang masih membedakan
dalam pemberian tugas, peraturan, dan kepanitian pada hari-hari besar, santri perempuan di tempatkan pada tugas-tugas domestik, seperti seksi konsumsi.
Begitu juga hasil dari perlakuan pesantren yang membebankan santri perempuan pada pekerjaan domestik seperti, masak, belanja, menyapu, dsb.
4. “Stereotype Gender tentang Pekerjaan pada Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, yang ditulis oleh Dian Hesty Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, penelitian Dian ingin mengetahui
berapa besar presentase stereotype gender tentang pekerjaan pada mahasiswa UIN Jakarta serta mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang dinilai stereotype
gender oleh mahasiswa UIN. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa sebanyak 88 mahasiswa yang dijadikan subjek penelitian memiliki
stereotype terhadap pekerjaan tertentu, di karenakan adanya anggapan bahwa perempuan lebih tepat jika bekerja di ranah domestik, adapun jenis pekerjaan
yang memiliki stereotype gender adalah arsitek, pegawai asuransi, guru kesenian, perancang busana, instruktur senam, perawat, montir.
5. “Persepsi Mahasiswi Madura di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang
Relasi Gender”, yang ditulis oleh Amir Mahmud mahasiswa jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2009. Penelitian Amir ingin melihat bagaimana persepsi mahasiswi Madura tentang relasi gender dan bagaimana pandangan mereka terhadap
kepemimpinan perempuan. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukan bahwa relasi gender muncul dalam beberapa pengaruh yaitu,
pengetahuan, pendidikan, dan lingkungan. Mengenai kepemimpinan perempuan berdasarkan hasil penelitian tersebut perempuan boleh saja
menjadi pemimpin publik, bagi mereka kualitas dan kemampuan yang menentukan untuk menjadi pemimpin bukan jenis kelamin.
Penelitian ini tentu saja berbeda dengan penelitian sebelumnya, mulai dari subjek penelitian hingga metode yang digunakan. Penelitian ini adalah penelitian
perempuan jadi metode yang dipakai adalah kuantitatif karena penelitian ini hanya ingin melihat fenomena bukan melihat nomenanya dan tidak mendalam seperti
halnya penelitian tentang perempuan. Penelitian ini menekankan pada tingkat pengetahuan gender mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam UIN Jakarta
bagaimana pengetahuan mereka tentang gender, sudah cukup sensitifkah mereka terhadap mata kuliah yang ada di Jurusan, Selain itu penelitian ini ingin melihat
bagaimana respon mahasiswa terhadap sensitifitas gender pada materi kuliah yang ada di Jurusan, dan apakah materi-materi kuliah yang ada sudah sensitif gender
atau belum.