- Mahasiswa dapat memberikan contoh tentang kesetaraan
gender dengan benar b.
Respon negatif Definisi operasional: tanggapan, reaksi atau jawaban yang tidak
mendukung atau tidak menyetujui suatu pristiwa yang terjadi. Indikator : - Mahasiswa tidak mengetahui tentang gender dan seks
- Mahasiswa mengetahui tentang gender dan seks namun
bias -
Mahasiswa tidak memahami perbedaan gender dan seks
- Mahasiswa tidak dapat memberikan contoh tentang
kesetaraan gender dengan benar -
Mahasiswa dapat memberikan contoh tentang kesetaraan namun bias
2. Variabel dependen: sensitifitas gender pada materi kuliah, dengan sub
variabel: a.
Metode pengajaran yang sensitif gender Definisi operasional: Tehnik atau cara yang digunakan dalam proses
belajar mengajar di kelas
Indikator: - memberikan akses dan partisipasi yang sama dalam kegiatan diskusi dikelas
- Materi kuliah yang sensitif gender
- Role play yang sensitif gender
b. Bahan ajar yang sensitif gender
Definisi operasional: Materi Kuliah yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar baik berupa hand out maupun buku referensi atau
rujukan. Indikator: - buku-buku atau bahan bacaan yang sensitif gender
- Memberikan contoh kasus yang tidak membedakan peran
laki-laki dan perempuan dalam hand out -
Bahasa yang digunakan dalam hand out sensitif gender
F. Kerangka Pemikiran
Penentuan peran gender dalam berbagai sistem masyarakat kebanyakan merujuk kepada tinjauan biologis atau jenis kelamin. Masyarakat selalu
berlandaskan pada diferensiasi spesies antara laki-laki dan perempuan. Organ tubuh yang dimiliki oleh perempuan sangat berperan pada pertumbuhan
kematangan emosional dan berpikirnya. Perempuan cenderung tingkat
emosionalnya agak lambat. Sementara laki-laki yang mampu memproduksi dalam dirinya hormon testosterone membuat ia lebih agresif dan lebih obyektif.
3
Pertanyaan yang selalu muncul ketika membicarakan persoalan gender dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan adalah pada landasan hukum,
sebenarnya persoalan gender telah memiliki landasan hukum yang sangat kuat, secara nasional sudah banyak perangkat hukum yang dibuat oleh pemerintah
seperti UUD 1945 Pasal 27 tentang Persamaan Hak dan Kewajiban Warga Negara, UU No.7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
dan Kekerasan terhadap Perempuan ratifikasi CEDAW, instruksi Presiden No.9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender PUG dalam Pembangunan
Nasional, dan masih banyak lagi.
4
Namun demikian, walaupun perangkat hukum yang ada cukup memadai, sayangnya masih belum dapat di aplikasikan secara
memadai pula. Hak-hak perempuan masih tereliminasi dalam berbagai lini kehidupan hanya karena dia berjenis kelamin perempuan. Salah satu contohnya
besar materinya masih sangat patriarkhis, cenderung melecehkan, memberikan stereotip, dan menjadikan perempuan sebagai obyek. Padahal jika kita merujuk
pada Ajaran Agama dalam hal ini agama Islam, secara tegas Islam menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki kedudukan sama di
hadapan-Nya.
3
Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al- Qur’an,Jakarta :
Paramadina, 2001,h.35
4
Leli Nurohmah dkk, Kesetaraan Kemajemukan dan Ham, Jakarta: Rahima, h. 22.