dan sperma, sedangkan perempuan mempunyai vagina, payudara, ovum, dan rahim. Laki laki dan perempuan secara biologis berbeda, dan masing masing
mempunyai keterbatasan dan kelebihan biologis tertentu. Perbedaan biologis tersebut bersifat kodrati, atau pemberian Tuhan, dan tak seorangpun dapat
mengubahnya. Sedangkan gender adalah suatu konsep yang mengacu pada peran- peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial
yang dapat diubah sesuai dengan perubahan zaman.
3. Bentuk Ketidakadilan Gender
Perbedaan gender tidak menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender gender inequalities . Namun ternyata perbedaan gender
seringkali melahirkan ketidakadilan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki
dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. ketidakadilan gender menurut beberapa pakar timbul dalam bentuk :
3.1. Stereotype
Pelabelan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif secara umum dan melahirkan ketidakadilan.
13
Sebagai contoh, perempuan sering digambarkan emosional, lemah, cengeng, tidak rasional, dan sebagainya.
Stereotype tersebut yang kemudian menjadikan perempuan selama ini ditempatkan pada posisi domestik, kerapkali perempuan di identikan dengan
urusan masak, mencuci, dan seks dapur, sumur, dan kasur.
3.2. Kekerasan
violence
13
PSW UIN, Laporan Penelitian Gender Mainstreaming dalam Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: PSW UIN, 2004, h.17
Kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidak seimbangan posisi tawar bargaining position atau kekuasaan antara
perempuan dan laki-laki. Kekerasan terjadi akibat konstruksi peran yang telah mendarah daging pada budaya patriarkal yang menempatkan perempuan pada
posisi lebih rendah.
14
Cakupan kekerasan ini cukup luas, diantaranya eksploitasi seksual, pengabaian hak-hak reproduksi, trafficking, perkosaan, pornografi, dan
sebagainya.
3.3. Marginalisasi
Peminggiran terhadap
kaum perempuan
terjadi secara
multidimensional yang disebabkan oleh banyak hal bisa berupa kebijakan pemerintah,
tafsiran agama,
keyakinan, tradisi
dan kebiasaan,
atau pengetahuan.
15
Salah satu bentuk paling nyata dari marginalisasi ini adalah lemahnya peluang perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi. Proses tersebut
mengakibatkan perempuan menjadi kelompok miskin karena peminggiran terjadi secara sistematis dalam masyarakat.
3.4. Subordinasi
Penomorduaan subordinasi ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa jenis kelamin tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama
dibanding jenis kelamin lainnya.
16
Hal ini berakibat pada kurang diakuinya potensi perempuan sehingga sulit mengakses posisi-posisi strategis dalam
komunitasnya terutama terkait dengan pengambilan kebijakan.
14
Ibid, h.17
15
Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.14
16
Leli Nurohmah dkk, Kesetaraan Kemajemukan dan Ham, Jakarta: Rahima, h. 13