Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel
Al- Qur’an menyatakan :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari diri entitas yang satu, dan dari padanya Allah
menciptakan pasangannya;
dan dari
pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kalian kepada Allah yang dengan mempergunakan nama- Nya kalian saling tolong, dan peliharalah hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah maha Mengawasi”. QS. Surat An-Nisa: 1
Ayat diatas memberikan informasi bahwa penciptaan manusia sejak awal tidak menunjukan adanya perbedaan subtansi antara laki-laki dan perempuan.
Namun dikalangan ulama mempunyai penafsiran yang beragam terhadap ayat diatas, salah satu lndasan penafsiran mereka merujuk pada hadits-hadits. Dalam
hadits-hadits tersebut ada isyarat bahwa adam diciptakan dari tanah, kemudian dari tulang rusuk adam diciptakan hawa. Salah satu hadits dari Abu Hurairah
berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya perempuan diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok, jika kalian mencoba meluruskannya ia akan patah.
Tetapi jika kalian membiarkannya maka kalian akan menikmatinya dengan tetap dalam keadaan bengkok”.
5
Menurut Nurjannah Ismail dalam bukunya, Perempuan dalam Pasungan. Hadits tersebut walaupun shahih secara sanad, tetapi memiliki matan yang
berbeda-beda dan sulit untuk ditentukan mana matan yang benar sehingga hadits tersebut termasuk hadits mudhtarib al-matan. Namun demikian, apabila
ditempatkan dalam konteksnya yang ada, tidak hanya parsial kalimat-perkalimat, maka hadits-hadits tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan penciptaan awal
perempuan. Hadits-hadits tersebut berisi pesan nabi kepada kaum laki-laki pada saat itu untuk berlaku baik terhadap kaum perempuan secara umum. Pesan nabi
tersebut merupakan salah satu manifetasi dari semangat ajaran Islam yang hendak menempatkam laki-laki dan perempuan setara.
6
Prinsip kesetaraan manusia dihadapan Tuhan merupakan konsekuensi paling logis dari doktrin Kemahaesaan Allah Akidah Tauhid. Keunggulan
manusia atas manusia lain semata-mata berdasarkan atas kedekatan dan ketaatan kepada Allah. Makna takwa yang disebutkan berkali-kali dalam Al-
Qur’an tidak hanya pada aspek relasi manusia dengan Tuhan hablun min Allah, tetapi juga
pada relasi manusia dengan sesama manusia hablun min al-nas
7
.
5
Lihat misalnya dalam, Ibnu Katsir, Tafsir Al- Qur’an, I:449
6
Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan, Yogyakarta: LKiS, 2003, h.271
7
Husein Muhammad, Ijtihad Kyai Husein, Jakarta: Rahima, 2011, h. 143.