juga benda-benda yang berbicara: karangan bunga tanda duka, darah kental Elang Mulia yang masih membekas di ubin, dan kaca tebal yang
berlubang akibat tembusan peluru. Mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Terkadang mereka lebih „hidup‟ dan lebih jujur memberikan
saksi.
83
Pada kutipan novel di bawah dipaparkan bahwa ribuan mahasiswa sudah menunggu kepulangan Soeharto dari KTT Non-Blok di Kairo, Mesir. Ribuan
mahasiswa menuntut reformasi dilaksanakan. Termasuk meminta Soeharto turun dari kursi presiden.
Jakarta, 16 Mei 1998 Ketika terdengar kabar Presdien Soeharto sudah mendarat di
Jakarta kemarin, Alam dan kawan-kawannya tampak keranjingan. Bukan karena
kehadirannya akan menyelesaikan persoalan, tetapi karena “saatnya Indonesia membuat perhitungan dengannya”.
Gaya Gilang dan Alam seperti dua jenderal yang siap mengangkat senjata meski „senjata‟ mereka Cuma sikat gigi yang dibawa kemana-
mana. Tetapi memang banyak harapan yang agak mengawang. Menurut Gilang, sejak kemarin dia mendengar banyak tokoh yang bertemu di
beberapa tempat secara terpisah. Salah satunya dia mendengar dari berbagai sumber bahwa Nurcholis Madjid
—yang dipanggil dengan nama Cak Nur oleh G
ilang, dan aku lupa bertanya apa arti „cak‟—bertemu dengan beberapa tokoh atas undangan salah seorang petinggi militer di
Markas Besar ABRI. Katanya, Nurcholis membaut semacam coret-coretan konsep yang perlu disampaikan kepada Presiden Soeharto. Isinya ada
beberapa poin, tapi yang paling menarik dan membuat Gilang dan Alam seperti menang perang adalah Presiden diminta untuk tidak bersedia
dipilih lagi dalam pemilihan umum yang akan diselenggarakan dalam waktu secepatnya.
84
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa di Istana Merdeka, 9 tokoh diundang datang. Mereka adalah Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib,
Nurcholish Madjid, Ali Yafie, Malik Fadjar, Cholil Baidowi, Sumarsono, Achmad Bagdja, dan Ma‟aruf Amin. Yusril Ihza Mahendra juga hadir, meski tak diundang,
83
Leila, op. cit., h. 414.
84
Leila, op. cit., h. 432
karena diajak Nurcholish sebagai ahli tata negara, pikir Nurcholish, Yusril niscaya dibutuhkan.
85
Kerusuhan Mei 1998 terjadi dalam bentuk kerusuhan massal yang meliputi berbagai tindakan pembunuhan, penganiayaan, parusakan, pembakaran,
penjarahan, penghilangan orang secara paksa dan pemerkosaan. Kerusuhan diyakini terkait erat dengan proses pergeseran elit politik saat itu yang kemudian
diikuti mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 sebagai momentum kemenangan gerakan reformasi.
Ponselku berbunyi, mita. Dia menyuruhku menyusul mereka semua ke gudng DPR. Semua mahasiswa sedang menuju ke sana dan
menduduki gedung parlemen itu. Sementara aku meminta supir taksi untuk melarikan kendaraan selekas mungkin, aku bertanya-tanya mengapa lama
sekali Alam berpuasa bicara hanya karena Nara menelepon aku. Tiba di gedung DPR, di sana sudah penuh dengan mahasiswa dan tokoh-tokoh
yang sama seperti di kampus Trisakti beberapa hari lalu. Mereka berorasi dengan isi yang sama: reformasi dan Presiden Soeharto turun. Aku
berjalan dengan perasaan enteng. Aneh sekali, suasana di DPR siang itu terasa agak festive. Rasanya aku tak percaya baru beberapa hari yang lalu
telah terjadi kerusuhan dan kekejian di negeri ini.
86
e. Etnis Tionghoa Indonesia di Tengah Tragedi Mei 1998
Lalu mengapa harus ada peristiwa kekerasan persis di depan mataku pada saat aku mulai mencintai tempat ini, juga orang-orangnya?
Menyerang dan menghajar rumah-rumah orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa? Tahun berapakah ini? 1998? Apakah kita mundur dua abad
sembari mengadopsi kedunguan rasialisme? Atau setelah 33 tahun, tak ada yang berubah? Aku harus mengoreksi ucapanku pada Ayah.
87
Dalam novel Pulang, Leila menuliskan bagaimana nasib etnis tionghoa pada saat kerusuhan mei 1998 terjadi. Beberapa sumber sejarah mencatat bahwa
etnis Tionghoa Indonesia kerap kali menjadi korban saat tragedi berdarah di negeri ini berlangsung.
Sejak mulai krisis moneter pada 1997, itu adalah awal
85
Liputan 6, 21 mei 1998: Soeharto Lengser, Sebelumnya Terjadi Apa di Istana?, 21 Mei 2014 at 09.24 WIB.
86
Leila, op. cit., h. 437
87
Leila, op. cit., h. 427.
mula dari kerusuhan Mei 1998. Para pejabat menyatakan bahwa krisis ekonomi melanda Indonesia karena orang-orang Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar
negeri, dan Tionghoa-Tionghoa yang masih berada di Tanah Air, menimbun barang-barang sembako sehingga rakyat sengsara dan kelaparan.
88
Mita terdengar menahan sabar dengan kebodoh anku, “Keturunan
Tionghoa selalu jadi sasaran pertama, Madame Sorbonne. Rumah-rumah diserang, dijarah. Aku belum tahu info selanjutnya. Diskusi dengan Alam
saja, aku harus menemani ibuku, dia masih linglung.”
89
Tersebar berita bahwa sejumlah kawasan bisnis dan pemukiman yang banyak dihuni warga etnis Tionghoa menjadi kerusuhan hebat. Pembakaran,
penjarahan, penganiayaan terjadi tanpa ada aparat keamanan yang datang menolong, meskipun warga mengatakan berkali-kali menelepon dan memanggil
mereka.
90
Semua dideskripsikan dengan jelas oleh Leila: ...Sepanjang jalan yang kusaksikan adalah mal-mal kecil maupun
besar yang hangus tinggal tulang belulang, trotoar, dan pagar yang luluh lantak, tanda dan rambu jalanan yang lepas atau meleleh terbakar, gedung-
gedung yang biasanya terlihat megah tinggal kerangka hitam yang sia-sia. ATM hancur lebur. Supermarket, bank-bank, dan pertokoan apalagi.
Denyut ekonomi dan bisnis negara ini betul-betul disembelih. Kesimpulannya, hingga pagi hari ini, Jakarta di pagi hari betul-betul
seperti neraka yang sudah lelah menyiksa.
91
Sedangkan Laporan Tim Gabungan Pencarian Fakta TPGF membuka latar lebih luas. Benar para pelaku kerusuhan Mei menjadikan etnis Tionghoa
sebagai sasaran tembaknya, kalau dilihat dari peta kejadiannya. Namun tidak berarti hanya warga keturunan Tionghoa saja yang menjadi korban. Untuk
mencapai tujuannya juga, apakah itu dalam upaya merenggut kekuatan dalam pertikaian politik atau motivasi lain, para pelaku tidak ragu-ragu mengorbankan
rakyat kecil yang sengaja mereka iming- imingi dengan kepuasan “membalas
88
Anggraeni, op. cit., h. 68.
89
Leila, op. cit., h. 426.
90
Anggraeni, op. cit., h. 22.
91
Leila, op. cit., h. 433.
dendam” pada kelompok keturunan Tionghoa yang mereka gambarkan sebagai orang-orang kaya yang layak dirampok.
92
Melalui siaran televisi, dengan tega mereka menyiarkan korban yang terbakar. Bertumpuk dan dimasukkan begitu saja ke dalam kantong
hitam. Dan aku tak bisa lagi menyebutkan kisah-kisah tentang penyerangan dan perkosaan terhadap perempuan keturunan Tionghoa.
Ceritanya begitu simpang siur dan terlalu grotesque sehingga kepalaku terasa digedor-gedor. 433
C. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan pembelajaran yang dapat menambah wawasan peserta didik terhadap permasalahan kehidupan.
Membaca karya sastra seperti novel menjadikan peserta didik lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Nilai-nilai yang dapat diperoleh peserta didik
dalam membaca karya sastra salah satunya dapat berupa nilai sejarah. Dengan demikian, mengetahui sejarah dapat dilakukan dengan melakukan pembacaan
terhadap novel. Novel Pulang karya Leila S. Chudori memiliki banyak nilai sejarah yang
dapat menambah pengetahuan siswa mengenai sejarah yang pernah terjadi di Indonesia. Nilai sejarah yang terdapat dalam novel memiliki kelebihan tersendiri
yakni penarasian yang dapat mengolah kepekaan siswa terhadap rasa kemanusiaan. Selain itu, siswa mendapatkan pengalaman baru dalam
membandingkan penyajian sejarah. Di sisi lain, guru juga dapat menjelaskan lebih mendetail mengenai kaitan unsur ekstrinsik yang membangun sebuah karya sastra.
Skripsi tentang nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori dapat diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas XI
SMA semester 2 dengan standar kompetensi mendengarkan, memahami pembacaan novel dan kompetensi dasar menemukan nilai-nilai dalam novel yang
92
Anggraeni, op. cit., h. 144.
dibacakan. Berikut ini adalah RPP yang sesuai dengan implikasi nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
SEKOLAH : SMAMA .....................
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : XI
SEMESTER : 2
TAHUN PELAJARAN : ....................
A. STANDAR KOMPETENSI :
Mendengarkan :
Memahami pembacaan novel
B. KOMPETENSI DASAR :
Menemukan nilai-nilai dalam novel yang dibacakan
C. INDIKATOR :
No Indikator Pencapaian Kompetensi
Nilau Budaya dan Karakter Bangsa
1 Menemukan nilai sejarah dalam novel Pulang
karya Leila S. Chudori. Mandiri
Tanggung Jawab Komunikatif
Kritis 2
Mendiskusikan nilai-nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Siswa dapat: Menemukan nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori.
Mendiskusikan nilai-nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Churdori.
E. MATERI PEMBELAJARAN :
Novel yang dibacakan yakni novel Pulang karya Leila S. Chudori