Teknik Analisis Data Metodologi Penelitian

Nilai sejarah adalah hal-hal yang erat kaitannya dengan sejarah. Waktu yang telah lewat sudahlah lewat, tidak dapat diraih atau dikejar lagi. Begitu juga dengan peristiwa-peristiwa yang hanya sekali terjadi. Oleh karena itu, semua peristiwa yang telah lewat tidak dapat ditemui lagi dan tidak akan terulang kembali. Peristiwa yang telah lewat itu dapat juga sampai kepada manusia karena meninggalkan jejak. Jejak tersebut menjadi komponen penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam penulisan sejarah.

B. Novel

Dalam bidang sastra, prosa sering dihubungkan dengan kata fiksi. Kita sering mendengar kata prosa fiksi. Kata fiksi berarti khayalan atau tidak berdasarkan kenyataan. Padahal dalam kenyataan, karya sastra yang berwujud prosa diciptakan dengan bahan gabungan antara kenyataan dan khayalan. Banyak karya prosa yang justru idenya berangkat dari kenyataan. 8 Istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. 9 Karya fiksi lebih lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. 10 Bentuk karya fiksi yang terkenal dewasa ini adalah novel dan cerita pendek cerpen. Dalam istilah novel tercakup pengertian roman; sebab roman hanyalah istilah novel untuk zaman sebelum perang dunia kedua di Indonesia. Digunakannya istilah roman waktu itu adalah wajar karena sastrawan di Indonesia waktu itu umumnya berorientasi ke Negeri Belanda, yang lazim menamakan bentuk ini dengan roman. Di antara para ahli teori sastra kita memang ada yang membedakan antara novel dan roman, dengan mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu 8 Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grassindo. 2008, h. 127. 9 Aminuddin. Pengantar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Sinar Baru. 1987, h. 66 10 Ibid., h. 66 konsentrasi kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas: sedangkan roman dikatakan sebagai menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya melukiskan peristiwa dari masa kanak- kanak sampai dewasa dan meninggalkan dunia. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. 11

C. Unsur Intrinsik Prosa

Berbicara mengenai anatomi fiksi berarti berbicara tentang struktur fiksi atau unsur-unsur yang membangun fiksi itu. Struktur fiksi itu secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu : 1 Struktur luar ekstrinsik dan 2 struktur dalam intrinsik. Struktur luar ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam intrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan tema, alur, pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa. 12 1. Penokohan dan perwatakan Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. 13 Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan karakteristik dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak- tunduk, ucapan, atau sejalan tidaknya antara apa apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. 14 Berdasarkan Kamus Istilah Sastra, tokoh adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Penokohan adalah proses penampilah tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. 15 Penokohan dapat dilakukan melalui teknik kisahan dan teknik ragaan. Watak dan sifat tokoh terlihat dalam lakuan fisik tindakan dan ujaran dan lakuan rohani renungan atau pikiran. 16 11 Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988, h. 32. 12 Atar Semi, op. cit., h. 35. 13 Atar Semi, op. cit., h. 79. 14 Atar Semi, op. cit., h. 37. 15 Atar Semi, op. cit., h. 206. 16 Zaidan, Abd., dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007. op.cit., h. 206.