Pemberontakan Partai Komunis Indonesia

adalah kelompok Islam atau kelompok sekuler yang dianggap menentang komunis. Juga sudah pasti yang dekat dengan tentara,” 62 Dari hari ke hari, bahkan setiap tiga jam, kami mendengar berbagai berita buruk silih berganti. Anggota partai komunis, keluarga partai komunis atau mereka yang dianggap simpatisan komunis diburu habis- habisan. Bukan hanya ditangkap, tapi terjadi eksekusi secara besar-besaran di seantero Indonesia. Berita-berita ini muncul seperti sketsa-sketsa yang digambarkan oleh muncratan darah. Secara serentak kami disergap insomnia berkepanjangan. Bahkan Risjaf yang gampang tidur itu kini melotot sepanjang malam.

2. Indonesia Periode 1966-1998

a. Surat Perintah Sebelas Maret

Kabar yang kami peroleh selalu saja terlambat sekitar dua sampai tiga minggu. Bahkan bisa sampai sebulan. Misalnya pada awal bulan April 1966, kami mendengar berita yang paling sukar dipercaya. Konon, bulan Maret lalu, tiga orang jenderal mendatangi Bung Karno di Istana Bogor dan memintanya menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret. Aku masih tak paham apa yang terjadi di tanah air. Bagaimana bisa rapat kabinet yang dipimpin Bung Karno itu terinterupsi hingga seorang pimpinan besar revolusi harus diselamatkan ke Istana Bogor? Dan bagaimana bisa tiga orang jenderal di Bogor menyodorkan surat yang begitu penting dan menentukan nasib bangsa ini? Peristiwa ini betul-betul menentukan segalanya. Aku menjadi gerah dengan sirkus politik ini. 63 Dalam kutipan novel Pulang di atas disinggung suatu kejadian yang akan mengubah perjalanan Indonesia. Pada tanggal sebelas bulan Maret tahun 1966, enam bulan setelah terjadi pemberontakan PKI, sebuah peristiwa bersejarah yang menandai perubahan kepemimpinan di Indonesia terjadi. Surat Perintah Sebelas Maret atau terkenal dengan singkatan Supersemar menjadi bukti sebagai pemindahtangangan tampuk kepemimpinan di Indonesia. Pada sidang kabinet tanggal 11 Maret 1966 Bung Karno memperoleh laporan, bahwa Istana telah di kepung oleh para demonstran, disertai pasukan yang tidak berseragam. Bung Karno kemudian diterbangkan ke Istana Bogor. Sementara Pak Harto, selaku Menteri Panglima Angkatan Darat yang waktu itu 62 Leila, op. cit., h. 37. 63 Leila, op. cit., h. 75. tidak menghadiri sidang kabinet karena sakit, kemudian mengutus Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amirmachmud. 64 Soekarno menerima kunjungan tersebut, kunjungan tersebut menghasilkan naskah sebuah perintah untuk memberi wewenang kepada Mayjen Soeharto untuk memulihkan keamanan, melaksanakan kebijakan Presiden Soekarno, serta menjaga keamanan pribadi Presiden Soekarno sendiri. 65 Surat Perintah 11 Maret itu diserahkan kepada Pak Harto malam hari di Kostrad oleh ketiga jenderal. Langkah pertama Pak Harto setelah menerima Supersemar itu adalah memerintahkan konsep surat keputusan pembubaran PKI. 66 PKI dinyatakan terlarang mulai 12 Maret 1966, sehari setelah Soeharto menerima Supersemar. Sehari sebelumnya, PKI masih menjadi partai sah dan terbesar di Indonesia, dan partai komunis terbesar ketiga di dunia. Tapi, pada tanggal itu, ratusan ribu warga negara Indonesia sudah dibunuh dengan tuduhan mendukung PKI. 67 MPRS kemudian memutuskan untuk mengambil langkah yang tegas terhadap PKI. Bahkan MPRS juga mengambil keputusan untuk melarang penyebaran Marxisme. 68

b. Eks Tahanan Politik Indonesia

Penangkapan para korban yang diduga terlibat yang disebut dalam kelompok Gerakan 30 September 1965 G30S, dimulai sejak bulan Oktober 1965, di Sumatera Selatan, Para Korban ada yang hilang di tengah perjalanan, di penahanan sementara sebelum dikirim ke penahanan akhir yaitu Kamp Penahanan Pulau Kemarau-Palembang pada sekitar bulan Februari 1966 sampai pada tahun 1979. KORAMIL PUTERPRA, penjara-penjara atau tempat yang dikuasai oleh aparat militer yang didapat dengan pemaksaan. Ditempat-tempat penahanan inilah para korban mulai diperiksa oleh aparat yang terdiri dari unsur tentara, polisi dan 64 Sulastomo, op. cit., h. 223. 65 Kurniawan, dkk., op. cit., h. 156. 66 Sulastomo, op. cit., h. 224. 67 Kurniawan, dkk., op. cit., h. 157. 68 Sulastomo, op. cit., h. 797. Jaksa. Selama pemeriksaan inilah para korban mengalami berbagai bentuk kekerasan seperti penganiayaan, perkosaan, bahkan sampai kepada pembunuhan. Selama dalam penahanan ini selain mengalami kekerasan, para korban juga sangat sedikit atau bahkan tidak diberi akses kepada keluarga, dan tidak diberi makanan yang layak bahkan terdapat korban-korban yang sama sekali tidak diberi makanan. Beberapa saksi menerangkan méreka melihat tahanan-tahanan lain me- ninggal karena kekuarangan makanan. Sebagian kecil tahanan dibawa ke pengadilan untuk menjalani proses pengadilan yang dianggap oleh para korban sebagai pengadilan yang tidak jujur dan fair. Hukuman penjara yang didapat sangat maksimal bahkan beberapa orang mendapat huku- man mati. Sebagian tahanan, pada tahun-tahun berikutnya dipindahkan ketempat-tempat kamp pengasingan seperti pulau Buru dan Nusakambangan. 69 Seperti yang diperlihatkan oleh Leila dalam novel Pulang-nya. Ketika aku mengambil segelas es leci, aku mendengar beberapa lelaki yang jelas tengah terlibat dalam debat. “Siapa yang berani-berani bawa dia ke sini?” “Biar sajalah. Kan tidak ada larangan untuk anaknya?” “Sudah pada Bersih Lingkungan?” “Kan itu larangan bagi tapol untuk bekerja jadi PNS. Atau jadi guru atau wartawan. Cuma d atang ke pesta, memang kenapa?” 70 Ada sesuatu tentang Ayah dan Indonesia yang selalu ingin kupahami. Bukan Cuma soal sejarah yang penuh darah dan persoalan nasib para eksil politik yang harus berkelana mencari negara yang bersedia menerima mereka. ada sesuatu yang membuat Ayah selalu peka terhadap penolakan. Aku mulai memahami sedikit demi sedikit ketika dia begitu obsesif bercerita tentang Ekalaya. 71 Dalam kutipan novel di atas mengingatkan kita tentang Intruksi Menteri Dalam Negeri No.321981 dan Pedoman Pelaksanaannya yang menjadi dasar pencantuman kode-kode khusus dalam Kartu Tanda Penduduk ex-tapol, yang terkenal dengan ET. Instruksi Mendagri No. 321981 tentang Pembinaan dan 69 Roichatul Aswadiah dan Muhammad Nurkhoiron, e-book Ringkasan Eksekutif Laporan Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat, Jakarta: KOMNASHAM RI, tanpa tahun h. 27. 70 Leila, op. cit., h. 161. 71 Leila, op. cit., h. 183.