Uji Resistensi Antibiotik terhadap Bakteri Escherichia coli dan

penelitian ini yaitu Escherichia coli lebih banyak mengalami resisten terhadap amoksisilin, sedangkan terhadap siprofloksasin dan gentamisin lebih banyak yang masih sensitif meskipun perbandingan dengan yang sudah resisten hanya sedikit. 31 Terjadinya resistensi pada siprofloksasin dan gentamisin menurut Refdanita dkk. 2004 kemungkinan dikarenakan penggunaan antibiotik secara luas atau pemberian dosis dan durasi pemakaian yang tidak tepat. Hasil pada bakteri Salmonella sp. adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Resistensi bakteri Salmonella sp. terhadap antibiotik CIP, CN dan AML Sampel Diameter zona hambat antibiotik mm CIP CN AML 1 - - - 2 37 S 22 S 0 R 3 36,5 S 20 S 0 R 4 35 S 20 S 0 R 5 35,5 S 11 I 0 R 6 - - - Persentase 100 S 75 S 25 I 100 R Keterangan: CIP = Siprofloksasin S = Sensitif CN = Gentamisin R = Resisten AML = Amoksisilin I = Intermediet Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa bakteri Salmonella sp. masih sensitif terhadap pemberian antibiotik siprofloksasin pada seluruh sampel uji yaitu sampel 2, 3, 4 dan 5 100; telah resisten terhadap pemberian amoksisilin karena tidak terbentuk zona hambat 100. Pada pemberian gentamisin, tiga dari empat sampel uji sampel 2, 3, dan 4 melebihi 14 mm sehingga termasuk sensitif 75. Sedangkan pada sampel 5 bernilai 12 mm, hal ini termasuk kedalam intermediet 25. Untuk sampel 1 dan 6 tidak dilakukan pengujian karena tidak ditemukan koloni Salmonella sp. pada media Salmonella Shigella Agar dari sampel 1 dan 6. Rata-rata zona hambat yang terbentuk pada Salmonella sp.terhadap antibiotik siprofloksasin 36 mm; antibiotik gentamisin 20,7 mm; dan antibiotik amoksisilin 0 mm. Hasil uji resistensi antibiotik pada tabel diatas, dijelaskan pula dalam grafik sebagai berikut: Grafik 4.2 Grafik Hasil Uji Resistensi pada Bakteri Salmonella sp. Dalam grafik tersebut, zona hambat paling luas terhadap siprofloksasin yaitu pada sampel dua dengan hasil 37 mm,terhadap gentamisin 23 mm pada sampel dua dan pada amoksisilin tidak terbentuk zona hambat di seluruh sampel. Resistensi yang terjadi pada amoksisilin dapat dikarenakan tidak adanya PBP Penicillin Binding Protein, terjadi perubahan pada PBP atau PBP tidak terjangkau karena sawar pada membran luar bakteri. Selain itu dapat pula akibat enzim autolitik tidak teraktivasi sehingga bakteri tidak mengalami lisis. 8 Resistensi terhadap gentamisin dapat dikarenakan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Golongan aminoglikosida efektif untuk bakteri Gram negatif yang aerob dan pemberian pada bakteri anaerob atau 37 36.5 35 35.5 22 20 20 11 5 10 15 20 25 30 35 40 S1 S2 S3 S4 S5 S6 ZO N A H A M B A T m m SAMPEL CIP Siprofloksasin CN Gentamisin AML Amoksisilin fakultatif anaerob dapat menimbulkan terjadinya resistensi. Walaupun berdasarkan teori bakteri ini dapat diberikan pada infeksi akibat Escherichia coli, tetapi sebaiknya hanya pada kondisi infeksi berat agar tidak mempermudah terjadinya resistensi. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Yanti Mulyana 2007 terhadap bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi memberikan hasil berbeda pada antibiotik amoksisilin. Dari 317 sampel, 315 sampel 99,36 masih sensitif terhadap amoksisilin dan 304 sampel 95,89 sensitif terhadap siprofloksasin. 32 Kemungkinan penggunaan amoksisilin di daerah tempat penelitian masih rasional, sehingga bakteri jenis Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masih sensitif terhadap antibiotik tersebut. Selain itu penelitian dilakukan pada tahun 2007, sangat memungkinkan dalam jangka waktu 8 tahun ini terjadi peningkatan resistensi berbagai jenis bakteri terhadap antibiotik, terutama amoksisilin yang penggunaannya sudah sangat luas. Penelitian lain dilakukan oleh Juwita S. dkk. 2013 pada bakteri Salmonella typhi terhadap antibiotik kloramfenikol, amoksisilin dan kotrimoksazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Salmonella typhi resisten terhadap amoksisilin sebesar 85. Pola resistensi antibiotik bergantung pada sifat bakteri, penggunaan antibiotik, tatalaksana penyakit, kecepatan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Pola sensitivitas Salmonella sp. pada daerah dan waktu tertentu dapat berbeda. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan dari hasil berbagai uji resistensi antibiotik terhadap Salmonella sp. 33

4.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa keterbatasan antara lain:  Tidak dilakukan pengukuran suhu sampel makanan saat dibeli  Tidak dilakukan penilaian terhadap higienitas penjual, lingkungan serta dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan  Tidak dilakukan pengujian biokimia untuk identifikasi bakteri  Tidak diketahui secara pasti makanan tersebut menyebabkan diare, karena tidak dilakukan pengujian langsung pada manusia 52

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:  Pada seluruh sampel soto ayam terdapat cemaran bakteri.  Jumlah koloni bakteri pada 6 sampel yang diuji melebihi ambang batas normal yang ditetapkan Dirjen BPOM.  Keberadaan bakteri Escherichia coli terdapat dalam 5 sampel ayam jumlah sampel = 6, sedangkan bakteri Salmonella sp. ditemukan dalam 4 dari 6 sampel uji.  Bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. masih sensitif terhadap antibiotik siprofloksasin dan resisten terhadap amoksisilin sebesar 100. Bakteri Escherichia coli sensitif terhadap gentamisin sebesar 100, sedangkan Salmonella sp. sebesar 75.

5.2 Saran

Sesuai dengan keterbatasan penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut:  Penelitian lebih lanjut dengan melakukan pengukuran terhadap suhu sampel makanan, sehingga dapat diketahui secara pasti suhu yang optimal untuk pertumbuhan bakteri  Penelitian lebih lanjut disertai dengan penilaian terhadap higienitas penjual, lingkungan serta dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan sehingga dapat diketahui faktor penyebab terbanyak kontaminasi bakteri pada makanan 53  Penelitian lebih lanjut dengan melakukan uji biokimia selain pewarnaan Gram, agar jenis bakteri yang mengkontaminasi makanan dapat teridentifikasi lebih pasti  Penelitian lebih lanjut dengan menghitung jumlah mahasiswa yang mengalami diare dalam jangka waktu tertentu  Penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara pada penjual untuk mengetahui sumber makanan uji 54 DAFTAR PUSTAKA 1. Menteri Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 942MENKESSKVII2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta: Menteri Kesehatan RI. 2006. 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Jakarta: Badan POM RI. 2009. 3. Zelenakova L, Ziarovska J, Kozelova D, Mura L, Lopasovsky L, Bobkova A, Zajac P, Capla J, Tinakova K. Campylobacteriosis: Importance Of Strengthening Surveillance And Reported Foodborne Disease Control Within European Union. Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences [Internet]. 2012 Februari [cited 2015 Februari 24];1: 855- 867 4. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Kasus Keracunan Makanan di Indonesia. 2011. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. RISKESDAS. 2013. 6. Suharyono. Diare Akut Klinik Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008. 7. Harti AS, Dra., M.Si. MIKROBIOLOGI KESEHATAN: Peran Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan. Edisi 1. Yogyakarta: Andi. 2015. Halaman 184-105 8. Neal MJ. Medical Pharmacology at a Glance. Fifth Edition. Blackwell Publishing Ltd. 2006. Halaman 85-80 9. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012. Halaman 722-585 10. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2406MENKESPERXII2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Menteri Kesehatan RI. 2011.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Sop Buah Yang Dijual Di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

10 96 104

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli, Shigella sp, DAN Salmonella sp PADA AIR SUMUR DI WILAYAH PEMBUANGAN LIMBAH TAHU DAN LIMBAH IKAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 3 59

Deteksi Antibodi Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli dan Salmonella sp.) pada Telur Ayam Kampung dengan Agar Gel Precipitation Test (AGPT)

1 15 56

Karasteristik jus dari silase jagung berbeda umur serta kemampuannya dalam menghambat escherichia. Coli dan salmonella sp

0 4 1

Escherichia coli yang Resisten Terhadap Antibiotik yang Diisolasi dari Ayam Broiler dan Ayam Lokal di Kabupaten Bogor

2 12 37

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Identifikasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada siomay yang dijual di kantin SD Negeri di kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih

3 45 88

EFEKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN Escherichia coli O157:H7, Salmonella sp., Vibrio parahaemolyticus yang DIISOLASI DARI PRODUK HASIL TERNAK.

2 5 4

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp dan Escherichia coli PADA BAKSO BAKAR YANG DIJUAL DI ALUN-ALUN KOTA JOMBANG

1 1 5

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp. DAN Escherichia coli PADA BUMBU GADO-GADO, SIOMAY, DAN CILOK DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15