Karateristik Siswa Kelas V SD

34

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kemampuan Menyelesaikan

Soal Cerita Matematika di SD Kelas V. Standar kompetensi SK, kompetensi dasar KD dan indikator yang digunakan untuk menilai kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dalam penelitian ini disesuaikan dengan dokumen silabus kurikulum yang digunakan di SD se-Gugus 3 Seyegan. Ada pun standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator soal cerita matematika kelas V SD yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1. SK dan KD Soal Cerita Matematika Kelas V SD Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan dan penaksiran. 1.3. menyelesaikan malasah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan bulat. 1.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB.

2. Menggunakan pengukuran

waktu,sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah.

2.5. Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan waktu, jarak dan kecepatan.

E. Karateristik Siswa Kelas V SD

Menurut Piaget Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 34 perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan kita. Lebih lanjut menurut Piaget Paul Suparno, 2001: 25 menguraikan empat tahap perkembangan kognitif pada anak yaitu a. Tahap Sensori-Motor Lahir – 2 Tahun 35 b. Pra-Operasional 2 - 7 Tahun c. Operasional Konkret 8 - 11 Tahun d. Operasional Formal 11 Tahun atau Lebih Siswa usia kelas V SD pada umumnya berada pada usia sekitar 11 tahun. Melihat usia tersebut maka siswa kelas V SD berada pada tahap operasional konkret atau operasional formal apabila melihat tahapan perkembangan kognitif di atas. a. Operasional Konkret 8-11 Tahun Piaget Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 34 menjelaskan bahawa di tahap ini, seorang anak dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata ide berdasarkan pemikiran atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersama-sama. Lebih lanjut Piaget Paul Suparno, 2001: 69 anak dalam usia ini sudah dapat mengembangkan operasi-operasi konkret. Operasi itu bersifat reversibel. Operasi reversibel menurut Paul Suparno 2001: 69 artinya dapat dimengerti dari dua arah yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan ke awal lagi. Dengan operasi itu, anak telah mengembangkan system pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapai. Oleh karena itu, anak tidak mempunyai banyak kesulitan untuk menyelesaikan persoalan konservasi. Pemikiran anak juga lebih decentering dari pada tahap sebelumnya, yaitu dapat menganalisis masalah dari berbagai segi. 36 b. Operasional Formal 11 Tahun atau Lebih Menurut Piaget Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 34 pada tahap ini, kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini anak sudah mampu melakukan abstraksi, dalam arti mampu menentukan sifat atau atribut khusus sesuatu tanpa menggunakan benda nyata. Pada permulaan tahap ini, kemampuan bernalar secara abstrak mulai meningkat, sehingga seseorang mulai mampu untuk berpikir secara deduktif, yaitu kemampuan berfikir dengan menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum Paul Suparno, 2001: 88-89. Menurut Paul Suparno 2001: 88-89 pada tahap ini, anak dapat berfikir dengan abstrak. Sifat pemikiran abstrak dalam tahap ini antara lain pemikiran deduktif hipoteis, induktif saintifik, dan abstraktif reflektif. Pertama, pada pemikiran deduktif hipotesis, anak dapat mengambil keputusan dari sesuatu yang tidak ia alami langsung. Kedua, pemikiran induktif saintifik adalah kemampuan berfikir anak untuk mengambil keputusan lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Ketiga, pemikiran abstraktif reflektif adalah pemikiran abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis-logis. Masa anak-anak SD dapat dibedakan menjadi dua yaitu masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun dan masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9-10 tahun sampai kira-kira umur 12 atau 13 tahun. Siswa kelas V termasuk kelas tinggi. Oleh karena itu, Syaiful Bahri Djamarah 2011: 125 menjabarkan masa kelas tinggi sebagai berikut. 37 a. Adanya minta terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat mata pelajaran khusus. d. Sampai usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya. e. Gemar membentuk kelompok sebaya. Lebih lanjut menurut Nandang Budiman 2006:73-74 perkembangan bahasa anak terkait dengan perkembangan kognitifnya. Semakin tinggi tahap perkembangan kognitif anak, ia cenderung semakin mampu untuk memahami bahasa dari yang sederhana hingga ke yang paling kompleks. Anak usia SD kelas V sudah berada pada tahap kognitif operasional kongkret atau operasional formal, sehingga kemampuan pemahaman kebahasaaan cenderung sudah kompleks.

F. Kerangka Pikir

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

0 9 252

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA.

0 1 34

HUBUNGAN RESPON SISWA TERHADAP TUGAS YANGDITERIMA DENGAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 2 KECAMATAN PENGASIH.

0 2 135

PENGARUH KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH.

4 19 133

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 169

HUBUNGAN ANTARA MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL.

0 0 68

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DENGAN MODEL POLYA DI KELAS III SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENGARUH PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT DAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

0 1 8

PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA SOAL DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI SINDANGSARI 01 MAJENANG

0 0 15