Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar SD adalah pendidikan dasar formal yang ditempuh oleh siswa untuk memperoleh kemampuan-kemampuan awal untuk menempuh jenjang pendidikan formal selanjutnya. Pendidikan di SD bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada siswa. Kemampuan tersebut adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ketiga kemampuan yang diberikan tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan mempersiapkan siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Pedidikan di SD bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan keteramplan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembangannya, guna mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan di tingkat selanjutnya Rofi’uddin dan Darmiyanti, 19981999: 47. Kegiatan belajar mengajar menjadi kegiatan utama di SD untuk mencapai upaya tersebut. Pada kegiatan inilah guru mengambil peranan besar untuk dapat menghantarkan mencapai perkembangan kemampuan dasar yang optimal. Salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa SD adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa memberikan keterampilan bagi seseorang untuk dapat melakukan komunikasi. Baik komunikasi dalam bentuk lisan maupun tertulis, searah maupun dua arah. Dengan keterampilan komunikasi yang baik, diharapkan seseorang dapat melalui tantangan di kehidupannya, baik 2 yang mempunyai kaitan langsung maupun tidak langsung dengan kebahasaan dan komunikasi. Terdapat beberapa keterampilan dalam kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh manusia. Keterampilan ini digolongkan ke dalam jenisnya dengan melihat pada kegiatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Keterampilan berbahasa menurut Tarigan 2008 : 1 terbagi menjadi empat segi. Keterampilan menyimak listening skill, keterampilan berbicara speaking skill, keterampilan membaca reading skill dan keterampilan menulis writing skill. Setiap keterampilan memiliki hubungan dengan ketiga keterampilan yang lain. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak bahkan yang melalui lisan pun juga bisa dilengkapi dengan tulisan. Melalui membaca, siswa dapat memperoleh pengetahuan, ilmu, dan informasi yang sebanyak-banyaknya. Farida Rahim 2008: 1 berpendapat bahwa masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Membaca merupakan kemampuan memperoleh makna dari barang cetak. Sementara itu, Finichiaro dan Bonomo Tarigan, 2008: 9 menyatakan “reading is bring meaning to and getting meaning from printed or written material ”. Membaca adalah memetik dan memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Melalui kemampuan membaca pemahaman, siswa dapat memahami isi dari sebuah informasi yang disajikan secara tertulis dengan tepat. 3 Pemahaman isi dari sebuah informasi penting untuk dapat dilakukan. Dengan paham, siswa dapat melakukan tindak lanjut secara tepat terkait informasi tersebut baik dalam hal kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran di dalam kelas. Menurut Spodek dan Saracho Rofi’uddin dan Darmiyanti, 19981999: 48 Pembelajaran membaca di SD secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Menurut Sabarti Akhadiah 19921993: 29 Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II sedangkan membaca lanjut diberikan sejak kelas III. Demikian pula diungkapkan oleh Farida Rahim 2008: v bahwa membaca permulaan diberikan kepada siswa pada kelas I dan II, sedangkan membaca lanjut diberikan kepada siswa kelas III – VI. Membaca permulaan merujuk pada proses penyandian decoding yaitu penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Sementara itu, membaca lanjut merujuk pada proses pemahaman makna dari apa yang dibaca. Pemahaman bacaan merupakan komponen penting dalam aktivitas membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman atas bacaan merupakan esensi dari kegiatan membaca. Dengan demikian, apabila seseorang setelah melakukan aktivitas membaca dapat mengambil pesan dari bacaan, maka proses tersebut dikatakan berhasil. Begitu pula sebaliknya, apabila belum dapat mengambil pesan yang disampaikan oleh penulis, maka proses tersebut belum berhasil. Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami makna suatu bacaan merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa. Kemampuan tersebut selalu digunakan dalam setiap pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan kemampuan membaca karena kemampuan 4 membaca merupakan salah satu standar kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai dalam setiap jenjang pendidikan, termasuk di jenjang SD. Siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang baik akan memperoleh nilai yang berada di atas rata-rata kelas dan lebih mudah memahami sesuatu hal yang disajikan secara tertulis dan demikian pula sebaliknya. Siswa yang rendah dalam kemampuan membaca pemahaman akan terhambat dalam memahami suatu materi yang disajikan secara terlulis dan berakibat pada prestasi akademisnya Farida Rahim, 2008: 122-123. Kemampuan membaca pemahaman juga diperlukan bagi siswa dalam sebuah tes. Tes yang dilaksanakan di SD masih didominasi oleh tes tertulis. Pertama, siswa harus mampu memahami petunjuk pengerjaan tes tersebut agar dapat melakukan prosedur pengerjaan dan pengisian dengan benar. Untuk menjawab tes tertulis tersebut, siswa harus mampu utnuk memahami informasi- informasi yang terkandung dalam soal dan apa yang ditanyakan atau harus dikerjakan. Ketidakmampuan dalam melakukan hal tersebut dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengerjakan soal tes dengan tepat. Melihat pentingnya kemampuan membaca pemahaman bagi peseta didik, sudah selayaknya peseta didik mempunyai kemampuan membaca pemahaman dengan baik. Namun kenyataan yang ditemukan di lapangan siswa masih mengalami masalah dengan kemampuan membaca pemahaman. Berdasarkan temuan hasil di dua SD yang tergabung pada Gugus 3 Seyegan, diketahui bahwa kemampuan membaca pemahaman dari kurang lebih 50 siswa masih rendah. 5 Melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD N Pete dan SD N Sompokan, diperoleh informasi bahwa kurang lebih 50 siswa kelas V mengalami kesulitan dalam menerapkan kemampuan membaca pemahaman. Mereka terkadang sulit untuk memahami isi dari suatu bacaan. Kesulitan tersebut banyak muncul pada penentuan gagasan utama atau kalimat utama setiap paragraf maupun dalam menyipulkan isi informasi pada bacaan. Pada kegiatan pembelajaran membaca pemahaman tersebut, siswa harus memiliki dan menggunakan kosentrasi yang besar. Pemusatan konsentrasi terhadap bacaan memungkinkan kemajuan siswa dalam memahami bacaan meningkat Farida Rahmi, 2008: 29. Akan tetapi, beberapa siswa cenderung kurang berkonsentrasi saat membaca bacaan, sehingga pemahaman terhadap isi bacaan menjadi kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari sebagian siswa masih melakukan kegiatan seperti berbincang dengan siswa lain, terganggu atau mengganggu temannya, bermain alat tulis, mengetuk-ketuk meja dengan pelan dan perhatian sering teralihkan oleh suara yang berasal dari luar kelas. Siswa juga terlihat beberapa kali harus kembali membaca kata atau kalimat yang sudah dibacanya. Hal tersebut menyebabkan waktu untuk membaca sebuah teks menjadi lama dan menunjukkan adanya kesulitan dalam memahami teks yang dibaca. Menurut Fahim Musthafa 2005: 77 ketidakmampuan untuk memahami bacaan akan menyebabkan kegiatan membacanya lambat. Pembaca masih terpaku dengan kalimat yang dibaca sebelumnya ketika membaca kalimat yang sedang dibaca. Sedangkan menurut Soedarso 1991: 7 kebiasaan membaca 6 dengan mengulang kata atau beberapa kata yang telah dibaca regresi dapat mengacaukan susunan kata yang dengan sendirinya mengacaukan arti. Ketika siswa harus menjawab pertanyaan yang ada terkait bacaan yang dibaca, terdapat juga siswa yang beberapa kali harus membaca kembali bacaan tersebut. Pembacaan kembali mengindikasikan ketidakingatan dan ketidakpahaman saat kegiatan membaca sebelumnya sehingga harus mengulangi membaca saat menemui sebuah pertanyaan. Bagaiaman siswa dapat menjawab pertanyaan yang terkait bacaan yang baru saja dibacanya menunjukkan tingkat pemahaman terhadap bacaan tersebut Farida Rahmi, 2008: 105. Oleh karena itu, pembacaan kembali setelah menghadapi pertanyaan menunjukkan kemampuan pemahaman saat membaca kurang. Sebagian besar siswa kurang memiliki motivasi dalam membaca. Motivasi membaca yang besar akan membantu siswa dalam berkonsentrasi terhadap bacaan dan memahaminya Farida Rahmi, 2008: 14. Diketahui bahwa pada jam istirahat siswa memilih untuk tidak mngunjungi perpustakaan sekolah, melainkan bermain dan membeli makanan atau minuman bersama teman-temannya. Diakui juga oleh sebagian besar siswa, mereka melakukan kegiatan membaca hanya ketika disuruh oleh guru saat kegiatan belajar mengajar, persiapan menghadapi ulangan maupun ujian. Di luar itu, siswa lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain dan menonton televisi. Selain menunjukkan kurangnya motivasi dalam membaca, hal di atas juga menunjukkan pengalaman membaca siswa kurang. Menurut Farida Rahmi 2008: 13 pengalaman membaca yang banyak akan memberikan kesempatan lebih luas 7 bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman kosa kata dan konsep yang mereka hadapi saat membaca. Siswa yang kurang dalam pengalaman membaca akan lebih sempit dalam pemahaman kosa kata dan konsep dalam memahami suatu bacaan. Keterangan dari guru kelas melalui wawancara juga mendukung adanya kelemahan kemampuan membaca pemahaman pada sebagaian siswa. Dikatakan oleh guru kelas, kesulitan yang muncul paling banyak ketika diminta untuk menuliskan gagasan utama dan kalimat utama. Hal tersebut menujukkan kemampuan membaca pemahaman yang rendah. Selain itu, motivasi siswa sendiri untuk membaca masih kurang. Hal ini ditunjukan dengan hanya sebagian dari siswa yang meminjam buku di perpustakaan sekolah maupun perpustakaan keliling dan waktu luang yang dimiliki oleh siswa lebih bayak dimanfaatkan untuk bermain bersama teman-temannya. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa SD N Pete pada ulangan harian 1 mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebesar 76,4. Nilai tersebut dianggap sudah baik oleh guru kelas sebagai nilai rata-rata kelas. Akan tetapi, apabila melihat nilai per siswa akan ditemui 12 siswa yang berada dibawah nilai KKM yaitu 70. Guru kelas mengungkapkan bahwa banyak kesalahan yang temui dari pengerjaan soal kemampuan membaca pemahaman. Kesalahan yang terbanyak adalah pada soal-soal yang menuntut siswa untuk menentukan kalimat utama dan menentukan ide pokok dari suatu paragraf. Hal yang sama juga diungkapakan oleh guru kelas V SD N Sompokan. Pada ulangan harian 1 Bahasa Indonesia, rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 73,2. Nilai tersebut juga dianggap sudah bagus sebagai rata-rata kelas oleh guru. 8 Akan tetapi apabila melihat nilai setiap siswa, masih tedapat 10 siswa dengan nilai yang berada dibawah KKM yang digunakan oleh SD N Sompokan yaitu sebesar 70. Sama seperti yang diungkapkan guru kelas V SD N Pete, banyak juga ditemui kesalahan pengerjaan pada soal-soal kemamuan membaca pemahaman di ulangan harian 1 kelas V SD N Sompokan dengan kesalahan yang paling banyak ditemui pada penentuan kalimat utama dan penentuan ide pokok paragraf. Keadaan di atas menunjukkan kemampuan membaca sebagaian siswa di SD N Pete dan SD N Sompokan rendah. Padahal kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan yang penting untuk dikuasai dan diterapkan dengan baik oleh siswa. Melalui kemampuan membaca pemahaman, siswa tidak hanya dapat mencapai tujuan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga dalam menguasai mata pelajaran lainnya. Contohnya mata pelajaran IPS, IPA, PKn, dan Matematika khususnya pada soal cerita. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Menurut James dan James Ruseffendi, 1992: 27 Matematika adalah ilmu mengenai logika tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsepnya saling berhubungan satu sama lain. Sementara itu, Kline Ruseffendi, 1992 : 28 menyatakan matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna dengan berdiri sendiri, manun matematika merupakan pengetahuan yang terkait dengan berbagai pengetahuan lainnya yang digunakan manusia dalam memahami dan menghadapi permasalahan sosial, ekonomi dan alam dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk dapat menguasi matematika. 9 Dengan menguasai matematika, siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bersama pengetahuan-pengetahuan lain yang dimilikinya. Menurut Freudenthal Daitin Tarigan, 2006: 3 matematika terkait dengan realitas, dekat dengan dunia anak dan relevan bagi masyarakat. Hal yang dipelajari dalam mata pelajaran matematika merupakan kegiatan manusiawi yaitu, kegiatan pemecahan masalah melalui pengorganisasian materi pelajaran. Pemecahan masalah merupakan sentral pengajaran matematika masa kini Ruseffendi, 1992: 94. Oleh karena itu, pembelajaran matematika yang terkait dengan pemecahan masalah dalam keidupan sehari-hari perlu untuk diajarkan kepada siswa. Kegiatan pemecahan masalah dalam matematika dapat dijumpai secara jelas dalam soal cerita matematika. Soal cerita matematika adalah soal matematika yang diungkapkan atau dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat dalam bentuk cerita yang dikaitkan dengan pemasalahan pada kehidupan sehari-hari Endang Setyo Wirani dan Sri Harmini, 2012: 122. Soal cerita merupakan sebuah cerita yang mengandung permasalahan matematika. Permasalahan matematika yang ada dalam soal cerita merupakan permasalahan sehari-hari yang ditemui siswa dalam kehidupannya. Permasalahan yang terkandung dalam sebuah cerita inilah yang harus siswa temukan dan selesaiakan. Menurut Sutawidjaja dkk 19921993: 23 keberadaan soal matematika yang berbentuk cerita merupakan langkah awal untuk mengembangkan keterampilan pemacahan masalah. Soal cerita matematika merupakan bentuk soal matematika yang secara langsung terkait dengan pemecahan masalah dalam 10 kehidupan sehari-hari. Menurut Daitin Tarigan 2006: 150 pada pemecahan masalah soal cerita, siswa dilatih untuk memahami informasi dan penerapan metode matematika. Dalam pembelajaran, guru akan menjelaskan kepada siswa prosedur pemecahan masalah secara bertahap. Kemudian siswa mencoba mengaplikasikan dalam soal pemecahan masalah baru yang berbeda angka dan situasinya. Namun, dalam kegiatan menyelesaikan permasalah pada soal cerita matematika ini banyak siswa yang menemui kesulitan. Menurut Endang Setyo Wirani dan Sri Harmini 2012: 122 soal cerita matematika berkaitan dengan kata-kata atau rangkaian kalimat yang mengandung konsep-konsep matematika. Penyajian soal cerita matematika secara tertulis membutuhkan kemampuan dari siswa untuk dapat memahami masalah dalam soal tersebut sebelum melakukan proses penyelesaian. Menurut Muschla dan Muschla 2009: 170 dalam menyelesaikan soal cerita dibutuhkan kemampuan untuk memahami informasi dalam soal tersebut. Pemahaman akan pokok masalah dan fakta yang diperlukan dalam menyelesaikan soal harus dapat dilakukan. Di sinilah kemampuan membaca pemahaman dari siswa dibutuhkan. Untuk dapat menyelesaikan soal cerita matematika siswa harus melalui beberapa langkah penyelesaian. Menurut Endang dan Harmini 2012: 123 langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal cerita matematika adalah sebagai berikut : a Temukan atau cari apa yang ditanyakan oleh soal cerita. b Cari informasi atau keterangan yang esensial. c Pilih operasi atau pengerjaan yang sesuai 11 d Ubah permasalahan yang ditemukan menjadi kalimat matematika. e Selesaikan kalimat matematikannya f Nyatakan jawaban dari soal cerita itu kedalam bahasa Indonesia, sehingga menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut. Menurut Daitin Tarigan 2006: 150-151 terdapat berbagai kesulitan yang dialami siswa dalam penyelesaian masalah soal cerita. Siswa tidak mengetahui makna dari soal. Siswa menjawab pemasalahan secara singkat. Siswa tidak mengetahui makna informasi yang diketahui maupun permasalahan yang ditanyakan dalam soal. Selain itu, banyak ditemui siswa yang hanya meniru pekerjaan dari temannya sehingga mereka tidak secara mandiri mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan soal cerita matematika. Selain itu, menurut Bell N. Novferma, 2016 : 79 kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika salah satunya disebabkan oleh kesulitan membaca permasalahan matematika yang dihadapi. Siswa cenderung bisa membaca langsung materi matematika dari buku, namun tidak mampu memahami apa yang sedang dibacanya. Kesulitan-kesulitan tersebut menjadi penghalang bagi siswa untuk dapat memecahkan masalah soal cerita matematika. Berdasarkan observasi di SD yang sama, hampir semua siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Kesulitan tersebut terlihat pada saat siswa mengerjakan soal cerita matematika. Langkah awal, siswa akan membaca dan mencoba memahami soal cerita, kemudian menuliskan informasi-informasi yang didapatkan pada bagian pengerjaan 12 “diketahui”. Pada langkah ini, masih ada siswa yang mengalami kesalahan. Kesalahan yang muncul adalah kurang lengkapnya informasi yang dituliskan. Ketidaklengkapan informasi akan berakibat pada pengerjaan soal yang tidak akurat. Siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang ada dalam soal. Ketika siswa diharuskan menuliskan permasalahan utama yang harus diselesaiakan pada bagian “ditanya”, separuh dari siswa mengalami kesulitan dan harus bertanya kepada guru. Ketidakpahaman terhadap apa yang menjadi permasalahan dalam soal cerita dan apa yang diminta untuk diselesaikan akan berpengaruh besar terhadapan penyelesaian soal cerita tersebut. Jika tidak mengetahui apa yang menjadi permasalahan dalam soal, siswa tidak akan mampu untuk menyelesaikan soal cerita. Setelah memahami permasalahan utama soal cerita, siswa harus mengubah permasalahan tersebut menjadi kalimat matematika yang tepat. Pengubahan kedalam kalimat matematika yang tepat akan menghasilkan jawaban yang tepat. Banyak ditemukan kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah pada susunan kalimat matematika yang dibuat dan operasi hitung yang dipilih tidak sesuai dengan informasi dan permasalahan dalam soal cerita. Ketelitian dari siswa dalam melakukan penghitungan terhadap kalimat matematika yang telah dihasilkan juga belum sempurna. Sebagian dari siswa kurang teliti dalam melakukan penghitungan pada operasi hitung perkalian, pembagian dan campuran. Ketidaktelitian dalam menghitung tentu saja akan menyebabkan kesalahan hasil penghitungan. 13 Selain itu, sebagian dari siswa dalam kelas juga tidak dapat menentukan letak kesalahan yang dia alami ketika ia salah dalam mengerjakan soal. Mereka dapat mengetahui jawaban mereka salah ketika dibandingkan dengan jawaban benar yang diberikan oleh guru. Mereka cukup melakukannya dengan membandingkan susunan, angka, hasil dan kalimat dari jawaban mereka dengan jawaban dari guru. Ketika mereka menemukan perbedaan, mereka akan mengalami kebingungan apakah itu salah atau itu benar dan harus bertanya satu persatu kepada guru. Melalui kegiatan wawancara dengan guru kelas, diperoleh informasi bahwa sebagian siswanya mengalami hambatan dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut guru, siswa terhambat pada saat memahami permasalahan dalam soal cerita. Siswa juga terkadang salah saat mengubah permasalahan yang dia pahami menjadi kalimat matematika. Selain itu, ketelitian siswa dalam mengerjakan soal juga masih rendah. Padahal dalam menyelesaikan soal cerita dibutuhkan ketelitian, baik teliti dalam memahami permasalahan, menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika dan melakukan penghitungan. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas V SD N Pete pada ulangan harian 1 mata pelajaran matematika adalah sebesar 74,3 sedangkan nilai yang diperoleh oleh siswa kelas V SD N Sompokan sebesar 64,8. Nilai tersebut dianggap sudah baik oleh guru kelas sebagai nilai rata-rata kelas. Akan tetapi, apabila melihat nilai per siswa akan ditemui 14 siswa yang berada dibawah nilai KKM yaitu 65 untuk SD N Pete dan 10 siswa yang berada dibawah nilai KKM yaitu 60 untuk SD N Sompokan. 14 Guru kelas dari kedua SD mengungkapkan bahwa banyak kesalahan yang temui dari pengerjaan soal cerita matematika. Kesalahan yang banyak muncul adalah ketika siswa mengubah permasalahan dalam soal cerita matematika menjadi kalimat matematika dan melakukan operasi penghitungannya. Selain itu, diungkapkan juga oleh guru kelas, siswa yang dapat mengerjakan soal operasi hitung matematika secara benar terkadang mengalami kelasahan saat mengerjakan soal cerita matematika. Terungkapnya masalah rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan kemampuan membaca pemahaman menjadikan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan adalah untuk membuktikan apakah kemampuan membaca pemahaman menjadi faktor yang berpengaruh dalam kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal cerita matematika dan seberapa besar pengaruh yang diberikan. Di samping itu, ditemukannya masalah pada dua SD N Pete yang tergabung dalam Gugus 3 Seyegan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian pada seluruh SD yang tergabung dalam Gugus 3 Seyegan. Hal ini didasari kesamaan latar belakang siswa di lingkup SD se-Gugugs 3 Seyegan.

B. Indentifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

0 9 252

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA.

0 1 34

HUBUNGAN RESPON SISWA TERHADAP TUGAS YANGDITERIMA DENGAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 2 KECAMATAN PENGASIH.

0 2 135

PENGARUH KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH.

4 19 133

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 169

HUBUNGAN ANTARA MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL.

0 0 68

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DENGAN MODEL POLYA DI KELAS III SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENGARUH PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT DAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

0 1 8

PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN MEMBACA SOAL DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI SINDANGSARI 01 MAJENANG

0 0 15