Menguji Siswa dengan Pertanyaan-pertanyaan

82 Jadi dapat disimpulkan bahwa guru kelas, guru agama dan guru penjas menerima setiap pekerjaan yang dilakukan oleh CT, tak lupa guru memberikan nasehat dan peringatan juga pada CT. Namun begitu, guru masih memberikan nilai yang sama antara CT dengan siswa lain. Belum ada nilai secara terpisah yang dilakukan guru. Namun begitu, guru masih memberikan nilai yang sama antara nilai tugas CT dengan siswa lain. Belum ada nilai secara terpisah yang dilakukan guru kepada CT.

d. Menguji Siswa dengan Pertanyaan-pertanyaan

Memberikan siswa sebuah pertanyaan baik di awal pembelajaran, di tengah pembelajaran maupun di akhir pembelajaran dapat menguji siswa seberapa jauh materi yang telah diketahui oleh siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas 5. Peneliti melihat bahwa guru hampir setiap hari memberikan suatu pertanyaan yang langsung ditunjukkan pada CT. Dari hasil pengamatan, peneliti sering melihat guru memberikan pertanyaan secara khusus ketika CT sedang tidak fokus memperhatikan guru, baik ketika CT sedang berbicara sendiri dengan teman yang ada di belakangnya, bermain sendiri dengan bolpoint atau benda-benda yang ada dihadapannya maupun ketika CT sedang memukul-mukul meja dan menggerak-gerakkan kursi. Seperti yang diungkapkan guru kelas dan teman CT melalui wawancara dengan peneliti yaitu sebagai berikut: Berikut ini hasil wawancara dengan teman CT Peneliti : “Ketika CT sedang tidak fokus pada saat Bapak menjelaskan materi, bagaimana cara Bapak untuk 83 memfokuskan kembali CT agar fokus terhadap materi yang sedang diajarkan?” Guru : “Ya...namanya anak ya mbak, kadang semaunya sendiri ketika sedang diajar. Biasanya ketika dia sedang bermain- main sendiri ya saya menegurnya, dan untuk memfokuskan kembali biasanya saya berikan dia pertanyaan ketika membahas suatu materi. mmm....ya dengan tujuan agar jika dia dipanggil kan berarti perhatiannya kembali ke saya gitu mbak ” Berikut ini hasil wawancara dengan teman CT Peneliti : “Mmm... terus menurut kamu bagaimana cara Pak Bud dalam mengatasi CT ketika CT mengganggu temannya atau tidak mengerjakan tugas.” Teman CT: “Mmm...ya paling disuruh lari muter sekolahan berapa kali gitu, terus pernah juga dinasehati, nyuruh mengerjakan tugas di luar kelas sama menjawab soal-soal gitu bu dari Pak Guru .” Pemberian pertanyaan secara langsung terhadap CT ini dapat membantu CT kembali memfokuskan perhatiannya kepada guru serta dapat mengalihkan perhatiannya untuk fokus kembali kepada materi yang sedang dijelaskan. Pengamatan ini diperkuat dari hasil wawancara peneliti dengan guru agama. Berikut ini hasil wawancara dengan guru agama. Peneliti : “Oh ya pak, lalu pernah tidak bapak memberikan pertanyaan secara langsung pada CT?” Guru : “Ya itu jelas. Nah itu mbak. Salah satu fungsi saya memberikan dia pertanyaan ya agar dia kembali untuk fokus terhadap materi yang sedang saya jelaskan. Karena dengan begitu kan, saya harap dia bisa fokus dan tidak bermain-main sendiri. Hiperaktifnya itu loh mbak yang membuat saya sedikit kewalahan . Hehe...” Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru penjas, peneliti jarang melihat guru memberikan pertanyaan kepada CT. Guru 84 jarang memberikan pertanyaan secara langsung kepada siswa. Jika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, hal itu ditunjukkan kepada semua siswa. Meskipun berdasarkan hasil wawancara guru mengatakan bahwa terkadang guru memberikan pertanyaan secara khusus kepada CT maupun khusus kepada siswa yang ditunjuk namun tidak dilakukan setiap kali pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru kelas dan guru agama sudah secara khusus memberikan pertanyaan kepada CT untuk mengurangi perilakuknya yang hiperaktif. Selain itu pemberian tujuan juga dimaksudkan agar CT kembali fokus memperhatikan guru ketika konsentrasinya terganggu tidak memperhatikan dengan baik. Sedangkan guru penjas jarang memberikan pertanyaan khusus yang ditunjukkan kepada CT hanya terkadang guru penjas memberikan pertanyaan kepada CT. 2. Layanan dalam Bentuk Teknik Mengajar Guru pada Siswa ADHD a. Pengulangan Materi Sebelumnya dan Apersepsi Pada awal proses pembelajaran, baik guru kelas, guru agama dan guru penjas seringkali mengulas materi pelajaran sebelumnya untuk mengingatkan kembali kepada siswa materi yang telah dipelajarinya pada pertemuan sebelumnya. Pada saat peneliti melakukan observasi pembelajaran, kurikulum yang sedang digunakan yaitu kurikulum 2013 sehingga antara materi satu dengan materi yang lain masih saling berkaitan. Untuk itu kadang guru membahas sedikit pelajaran yang telah 85 disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Selain itu guru juga sering melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Guru menerangkannya dengan mengkaitakn dengan kehidupan sehari-hari siswa, dengan nama anak-anak kelas 5 dan lingkungan rumah siswa. Guru kelas, guru agama dan guru penjas memang seringkali mengulang materi sebelumnya sebelum melanjutkan materi selanjutnya dan memberikan apersepsi kepada siswa, namun hal ini masih ditunjukkan guru secara klasikal kepada seluruh siswa yang ada di kelas. Berdasarkan observasi dan wawancara. Guru memang tidak memberikannya secara khusus kepada CT. Seperti pernyataan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas, guru agama dan guru penjas terkait pertanyaan apakah pengulangan materi dan apersepsi diberikan secara khusus juga terhadap CT atau tidak, jawabannya adalah berikut ini: Guru kelas : “Kalau untuk itu belum e mbak, semua masih sama.” Guru agama : “Kalau untuk catur ya?berarti khusus ke catur? Itu tidak ada mbak. Saya menerangkannya kepada seluruh siswa” Guru penjas : “Kalau untuk semua masih sama. Saya berikan untuk semua siswa.” Jadi dapat disimpulkan bahwa baik guru kelas, guru agama maupun guru penjas belum memberikan pengulangan materi dan apersepsi secara khusus kepada CT. Guru memberikan apersepsi dan pengulangan materi masih secara klasikal kepada selurus siswa, sehingga guru kurang memberikan layanan ini kepada siswa ADHD yang berinisial CT. 86

b. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran