Fisiografis Desa Ngadas Kecamatan
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
202 |
Nevy Farista Aristin, S. Pd, M. Sc
kerusakan permukaan jalan sekaligus yang mengarahkan air turun menuju
lahan pertanian warga.
b. Bagian Sosial
Suatu kelompok cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis,
tetapi selalu
berkembang setelah
mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya
Soekanto, 2012. Kelompok tersebut dapat menambahkan alat-alat perleng-
kapan untuk dapat melaksanakan fungsi- fungsinya yang baru di dalam rangka
perubahan-perubahan yang dialaminya, atau
bahkan sebaliknya
dapat mempersempit
ruang lingkupnya
Soekanto, 2012. Suatu kelompok sosial akan saling tukar-menukar pengalaman
atau social experience akan berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian
orang-orang
yang ada
di dalam
kelompok tersebut Ismawati, 2012. Masyarakat suku Tengger yang
tinggal di
Desa Ngadas
memiliki beberapa
organisasi sosial
seperti Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga
PKK, Kumpul Desa, Karang Taruna dan Kelompok Tani. Semua masyarakat Desa
Ngadas dapat menjadi anggota dari beberapa organisasi sosial tersebut.
Masyarakat Desa Ngadas dapat menjadi anggota dari PKK secara sukarela.
Organisasi sosial selanjutnya adalah Kumpul Desa, merupakan organisasi
yang hanya diperuntukkan bagi warga laki-laki Desa Ngadas. Kegiatan dari
Kumpul
Desa adalah
mengadakan pertemuan atau rapat dengan aparat desa
di kantor Desa Ngadas setiap satu bulan sekali. Organisasi sosial selanjutnya yang
diperuntukkan bagi para pemuda Desa Ngadas adalah Karang Taruna, tetapi
pada saat ini kegiatan Karang Taruna tersbeut sudah tidak berjalan lagi.
Organisasi sosial yang selanjutnya yang ada di Desa Ngadas adalah Kelompok
Tani
dengan kegiatannya
yaitu membahas
perihal pertanian
yang meliputi pemilihan bibit dan penggunaan
pupuk. Masyarakat Desa Ngadas dapat menjadi anggota dari Kelompok Tani
secara sukarela.
Meskipun telah
ada beberapa
organisasi sosial di Desa Ngadas, masih belum ada upaya dari pemeritah dalam
memajukan beberapa organisasi sosial tersebut. Beberapa manfaat keberadaan
organisasi sosial bagi masyarakat Desa Ngadas antara lain dapat menciptakan
kerukunan
antar masyarakat
dan menciptakan kegiatan saling bersosialisa-
si antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Partisipasi masya-
rakat Desa Ngadas dalam kegiatan organisasi
sosial tergolong
sebagai partisipasi aktif, karena pada saat
perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia sebagian besar masyarakat Desa Ngadas
turut berpartisipasi dalam pelbagai macam kegiatan perlombaan. Beberapa
kegiatan perlombaan yang dimaksud antara lain lomba panjat pinang, makan
kerupuk, gigit koin, dan tarik tambang. Kegiatan lain untuk merayakan Hari
Kemerdekaan Indonesia adalah menga- dakan
karnaval dan
pertunjukan
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
203 |
Nevy Farista Aristin, S. Pd, M. Sc
kesenian Jaran Joged, Jaran Kepang dan Bantengan
. Pelbagai macam kegiatan tersebut setiap tahunnya diselenggarakan
di dekat Kantor Desa Ngadas yang terletak di Jalan Raya Ngadas Nomor 221
Poncokusumo Malang.
Prosesi perkawinan
pada masyarakat Tengger tidak jauh beda
dengan masyarakat
Jawa pada
umumnya. Pada masyarakat Tengger prosesi perkawinan dibagi menjadi 4
tahap, yaitu : lamaran, pawiwahan ijab qobul
, temu manten wologoro, dan pesta yang mengundang kerabat Kurniawati,
2012. Perkawinan dalam masyarakat Tengger di Desa Ngadas biasanya terikat
peraturan sesuai agama, misalkan jika pernikahan umat
muslim diadakan slametan,
kalau umat Hindu diadakan Wologoro,
sedangkan umat Budha hanya membuat bubur putih. Namun, pasangan
yang berbeda agama di masyarakat Desa Ngadas diperbolehkan untuk menikah
asalkan salah satu dari pasangan tersebut mau mengalah untuk mengikuti agama
dari pasangannya. Namun kebanyakan mengikuti agama pasangan perempuan-
nya. Biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan
upacara pernikahan
tersebut tergolong variatif. Jika tingkat ekonomi masyarakat Desa Ngadas yang
mengadakan upacara
pernikahan tersebut tergolong rendah, biayanya
berkisar antara Rp. 500. 000, 00 sampai Rp. 50. 000. 000, 00, untuk masyarakat
Desa Ngadas yang tergolong menengah ke atas terkadang dapat menghabiskan
biaya untuk upacara perkawinan hingga Rp. 100. 000. 000, 00.
Sistem perkawinan
pada masyarakat Tengger bersifat eksogami
dan heterogami, yang berarti tidak adanya larangan untuk menikah dengan
anggota masyarakat luar suku Tengger Kurniawati, 2012. Masyarakat Tengger
yang ingin menikah dengan sesama suku Tengger atau dengan lain suku tidak ada
tuntutan
perbedaan hukum
adat, maksudnya masyarakat Tengger di Desa
Ngadas sendiri tidak terlalu memper- masalahkan harus memakai hukum adat
mengenai pernikahan dari masyarakat Tengger di Desa Ngadas sendiri atau
hukum adat daerah lain. Sedangkan poligami
merupakan keadaan
per- kawinan atau kebiasaan mempunyai
lebih dari satu istri pada saat yang bersamaan Munir, 1985. Poligami dalam
perkawinan masyarakat Tengger di Desa Ngadas sangat tidak diperbolehkan,
karena
merupakan perbuatan
yang dianggap
buruk. Seandainya
ingin memiliki
istri lagi,
maka harus
menceraian istri yang pertama terlebih dahulu sebelum menikah dengan calon
istri barunya lagi.
c. Bagian Budaya
Masyarakat Tengger
masih menganut kepercayaan yang bersifat
tradisional dengan melakukan berbagai upacara, antara lain Kasada, Karo, Pujan,
dan lain sebagainya. Hal ini memperkuat bahwa nilai-nilai budaya yang ada di
Masyarakat Tengger masih bersifat kental atau sakral. Nilai-nilai budaya adalah
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
204 |
Nevy Farista Aristin, S. Pd, M. Sc
sesuatu yang bernilai, pikiran dan akal budi yang bernilai, kekuatan dan
kesadaran yang bernilai, yang semuanya itu mengarah kepada kebaikan, yang
semuanya pantas diperoleh, pantas dikejar Ismawati, 2012.
Koentjaraningrat dalam Ismawati, 2012 mengatakan bahwa:
Nilai-nilai budaya
merupakan kristalisasi dari lima masalah pokok
dalam kehidupan manusia, yakni 1 hakikat dari hidup manusia, 2 hakikat
dari karya manusia, 3 hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu, 4 hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar, dan 5
hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Kristalisasi nilai
budaya pada
masyarakat Tengger dilakukan dengan cara terus melestarikan upacara-upacara
adat, ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia adalah hakikat dari hidup
manusia itu sendiri. Hal ini sejalan dengan berbagai upacara yang diadakan
yang pada hakikatnya adalah untuk memohon keselamatan dunia dan akhirat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara-upacara tersebut diikuti oleh seluruh masyarakat Tengger tanpa
membedakan agama maupun status sosialnya. Adanya upacara-upacara adat
ini juga menjadi wadah bagi masyarkat Tengger untuk saling berkomunikasi
sehingga kerukunan antar warga tetap terjaga.
Menurut Kuntowijoyo
2006 “dalam banyak agama yang kaya dengan
simbol, sesaji dilakukan dengan penuh kecermatan dalam pemelihan bahan-
bahan sesaji dan kecermatan dalam k
elengkapannya”. Hal tersebut terlihat pada upacara-upacara yang dilakukan
pada masyarakat Tengger yang ada di Desa Ngadas. Salah satunya pada
upacara Karo yang mana masyarakat selalu menyediakan sesaji dalam upacara
tersebut. Adapun sesaji yang harus disediakan yaitu, sembilan buah tumpeng
kecil yang berisi lauk pauk,apem, pisang, daun sirih, kapur, dan sepotong pinang.
Semua sesaji tersebut harus dipenuhi agar upacara tersebut berjalan dengan
sakralserta masyarakat selalu diberi keselamatan.
Berkaitan dengan upacara-upacara adat yang ada di Desa Ngadas Bapak
Sugiyono mengatakan bahwa : “Upacara-upacara sing wonten
teng mriki niku wonten Upacara Pujan, Upacara Karo, Upacara
Unan-unan, Upacara Barikan, kaleh Upacara Kasada. Upacara
Pujan niku diadaaken setunggal tahun kaping sekawan mas.
Pembagian niku namine pujan kapat sing dilaksanaaken tanggal
papat
Jawa, Pujan
kawalu dilaksanaaken tanggal siji Jawa,
Pujan Kasanga
dilaksanaken tanggal selangkung Jawa, Pujon
Kasada dilaksanaaken tanggal gangsalwelas
Jawa. Upacara
Pujan tujuanipun damel nyuwun kesalametan
. ” Upacara-upacara
yang ada di sini itu ada Upacara
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
205 |
Nevy Farista Aristin, S. Pd, M. Sc
Pujan , Upacara Karo, Upacara
Unan-Unan , Upacara Barikan,
dan Upacara Kasada. Upacara Pujan
itu diadakan satu tahun 4 kali. Pembagian tersebut
namanya PujanKapapat yang dilaksanakan tanggal empat
kalender Jawa, yang kedua Pujan Kawalu
yang dilaksakan tanggal satu kalender Jawa,
yang ketiga Pujan Kasanga yang dilaksakan tanggal 25
kalender Jawa, dan terkahir Pujan Kasada
yang dilaksana- kan tanggal 15 kalender Jawa.
Upacara Pujan bertujuan untuk meminta keselamatan.
Menurut Suyono 2009 ritual agama
orang Tengger itu meliputi: 1
Upacara Karo Upacara Karo disebut juga dengan
Hari Raya Karo orang Tengger yang jatuh pada bulan kedua kalender
Tengger bulan Karo yang mirip dengan perayaan lebaran atau Hari
Raya Idul Fitri yang dirayakan umat Islam. Upacara Karodalam budaya
masyarakat Tengger berlangsung selama 12 hari ditambah dua hari
untuk pembukaan dan penutupan yang dilaksanakan secara serentak.
Pada upacara Karo dilakukan sesaji atau selamatan bersama, disertai
dengan pembacaan mantra yang dipimpin oleh dukun.
2
Upacara Pujan Upacara
Pujan diselenggarakan
pada bulan
kesembilan atau
panglong kesanga yakni pada hari
kesembilan sesudah bulan purnama. upacara ini dimaksudkan untuk
membersihkan desa dari gangguan dan bencana.
3
Upacara Unan-Unan Upacara
Unan-Unan dilakukan
dengan tujuan membersihkan desa dari gangguan makluk halus dan
juga membersihkan arwah yang belum sempurna setelah kematian
fisiknya. 4
Upacara Barikan Upacara ini diadakan setelah terjadi
gempa bumi, bencana alam, gerhana atau peristiwa lain yang mempenga-
ruhi kehidupan orang Tengger. Upacara tersebut dilaksanakan lima
atau tujuh hari setelah peristiwa tersebut terjadi agar diberikan
keselamatan dan dapat menolak bahaya yang akan datang.
5
Upacara Kasada Upacara Kasada merupakan salah
satu ritual yang dilakukan pada Hari
Raya khusus masyarakat Tengger dan tidak berlaku bagi
agama Hindu lainnya. Upacara Kasada
disebut juga dengan Hari Raya Kurban. Pada hari raya ini
merupakan pelaksanaan
pesan leluhur orang Tengger yang ber-
nama Raden Kusuma alias Kyai Kusuma putra bungsu Roro Anteng
dan Joko Seger, yang telah merela- kan dirinya menjadi kurban demi
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
206 |
Nevy Farista Aristin, S. Pd, M. Sc
kesejahteraan keluarganya. Upacara Kasada
diselenggarakan pada
tanggal 14, 15, dan 16 bulan Kasada, yakni pada saat bulan purnama.
6 Upacara Tugel Kuncung
Upacara Tugel Kuncung diselengga- rakan oleh masyarakat Tengger
ketika anak mereka berusia 4 tahun. Rambut bagian depan anaknya
dipotong agar anak tersebut men- dapat keselamatan dari Sang Hyang
Widhi Wasa
. 7
Upacara Entas-Entas Upacara Entas-Entas yang dilaksana-
kan bertujuan untuk menyucikan arwah-arwah
orang-orang yang
sudah meninggal dunia, yaitu pada Hari ke- 1000. Akan tetapi, pada
pelaksanaanya sering
diadakan sebelum hari ke-1000 untuk mering-
kas upacara-upacara kemati-an itu. pelakasanaannya pada hari ke-100
kematian yang merupakan puncak upacara untuk memperinga-ti ke-
matian. Setelah upacara ini, masya- rakat Hindu di Desa Ngadas masih
mengadakan
peringatan setiap
Jum’at Legi dengan memberi bunga dan mengirim doa yang bertujuan
untuk memberi ketenangan kepada arwah tersebut.