Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
150 |
Agus Purnomo, M.Pd Neni Wahyuningtyas, M.Pd
terkadang juga terdapat masalah yang muncul, seperti yang terjadi pada saat ini
yaitu konflik mengenai keikutsertaan dalam upacara adat Karo. Seluruh
masyarakat Desa Ngadas diwajibkan untuk mengikuti upacara tersebut, tidak
pandang status sosial, maupun agama, dan tanpa pengecualian. Permasalahan
muncul karena terdapat beberapa warga yang tidak mengikuti upacara Karo yang
didasarkan atas keyakinan yang dianut. Menurut mereka tidaksesuai dengan
agama yang dianut, dan meraka tidak mau mengikutinya. Penyelesaian konflik
tersebut di serahkan kepada Kepala Desa, dengan bermusyawarah.
Peran pemerintah
dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat
Desa Ngadas yaitu dengan adanya Bantuan Langsung Tunai BLT dan Beras
untuk Rakyat Miskin Raskin. Peran lainnya dari bidang pendidikan diberi
Bantuan Operasional SekolahBOS untuk para siswa di SDN Ngadas 1. Selain itu,
pemerintah juga membantu membangun gedung-gedung sekolah dan sarana
prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Bantuan Raskin diberikan
kepada masyarakat Desa yang dianggap kurang
mampu, namun
sebagian masyarakat yang kurang mampu masih
belum mendapatkan
bantuan dari
pemerintah baik berupa BLT maupun Raskin tersebut.
Interaksi masyarakat Desa Ngadas dengan masyarakat luar terjadi hubungan
timbal balik, pada bidang pertanian salah satunya, jual beli hasil panen pertanian
berupa kentang, gubis dan bawang merah. Penduduk Ngadas menjual hasil
panennya ke daerah Tumpang dan Poncokusumo, begitu pun saat membeli
keperluan sehari-hari, masyarakat Desa Ngadas pergi ke pasar yang berada di
pusat
Kecamatan Poncokusumo.
Hubungan timbal balik ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
tempat tersebut, adanya keuntungan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
pendapat yang terjadi merupakan hasil dari hubungan interaksi antara kedua
tempat tersebut. Hubungan interaksi masyarakat Ngadas dengan masyarakat
luar tidak menjadikan kebudayaan asli Ngadas terpengaruh, meskipun masyara-
kat Ngadas sangat toleran dan menerima serta menghormati kebudayaan lain.
Masyarakat Ngadas tetap menjaga adat mereka meskipun terdapat kebudayaan-
kebudayaan baru.
2. Interaksi Masyarakat Desa Ngadas
Kecamatan PoncokusumoKabupaten Malang dengan Wisatawan
Desa Ngadas merupakan salah satu jalur yang dilewati para wisatawan
menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru TNBTS, sehingga masyarakat
DesaNgadas mendapat peluang untuk membuka
usaha dengan
membuka persewaan
“hardtop” atau “homestay”, sehingga DesaNgadas sering mendapat
tamu atau wisatawan yang akan berlibur menuju Bromo. Wisatawan yang datang
menuju kawasan wisata terdapat dari berbagai
daerah, seperti
Surabaya, Kalimantan, Jakarta, Yogyakarta, dan
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
151 |
Agus Purnomo, M.Pd Neni Wahyuningtyas, M.Pd
masih banyak lainnya, selain dari dalam negeri tidak jarang pula wisatawan yang
datang berasal dari luar negeri seperti Amerika dan Polandia. Banyaknya wisata
yang dilihat dapat dilihat pada hari-hari libur nasional, seperti tahun baru, libur
pekan seperti Sabtu dan Minggu, dan pada
upacara-upacara adat
seperti upacara Kasada di kawahGunung Bromo.
Sehubungan dengan
wisatawan yang datang, terutama yang berasal dari
luar negeri
yang sudah
pasti menggunakan
bahasa internasional
bahasa Inggris terkadang menyebabkan masyarakat Ngadas kesulitan dalam hal
berkomunikasi dengan
wisatawan. Sejauh ini dengan datangnya wisatawan-
wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri yang sebagian besar berbeda
budaya dan adat istiadat dengan Desa Ngadas, hubungan antara masyarakat
Desa Ngadas dan wisatawan dalam menjamu tamu sangat baik dan sikap
masyarakat
penadatang atau
para wisatawan juga sangat bersahabat dan
sopan, sehingga tidak pernah terjadi konflik antara warga dan pengunjung
atau para wisatawan.
3. Konflik Sosial yang Terjadi dalam
Masyarakat Desa Ngadas
Masalah merupakan persoalan yang menyangkut tata kekaluan immoral yang
berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Menurut Gillin dan Gillin
dalam Soekanto, 2012, masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masya- rakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial
atau menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Sedangkan
menurut Nisbet
dalam Soekanto, 2012, masalah sosial menyang-
kut nilai-nilai sosial dan moral. Oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak
akan mungkin dielaah tanpa mempertim- bangkan
ukuran-ukuran masyarakat
mengenai hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal yang dianggap buruk.
Menurut Soekanto 2007, konflik atau pertentangan merupakan suatu
proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan
atau dengan kekerasan. Salah satu penyebab terjadinya pertentangan atau
konflik
yaitu adanya
perbedaan kepentingan antar individu maupun
kelompok dalam masyarakat. Wujud kepentingan tersebut yaitu kepentingan
ekonomi, kepentingan politik, kepenti- ngan sosial dan sebagainya Soekanto,
2007.
Masyarakat Tengger yang tinggal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang pada umumnya hidup dengan rukun, namun juga pernah
terjadi konflik antar masyarakatnya. Penyebab konflik yang pernah terjadi di
Desa Ngadas disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan sosial dalam
masyarakat. Konflik antar masyarakat yang terjadi di Desa Ngadasmelibatkan 8
Kepala Keluarga KK yang beragama