Melalui Pemberian Stimulan Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 48 | Supriyanto menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam mencapai 3 tiga upaya tersebut diatas, perlu dilakukan beberapa pendekatan, antara lain dengan: Pertama, upaya itu harus terarah targetted. Ini yang populer disebut pemihakan; Kedua, program pemberdayaan harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksana- kan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Ketiga, menggunakan pen- dekatan kelompok, karena jika secara sendiri-sendiri masyarakat miskin akan sulit dapat memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya. Ketiga arah pemberdayaan ter- sebut diatas, pada hakekatnya untuk mencapai 2 dua sasaran pokok, yaitu: 1 Untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan, kebodohan, dan keter- belakangan masyarakat Versus kemampuan, keuletan, dan ketang- guhan; dan, 2 Untuk memperkuat posisi tawar masyarakat dalam struktur kekuasaan. Oleh karena itu, strategi pelaksana- an pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tingkatan empowerment setting, yaitu: 1 Tingkat mikro: dimana pem- berdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, management stress, dan crisis intervention. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas task centered approach . 2 Tingkat mezzo: dimana pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien, dengan meng- gunakan kelompok itu sendiri sebagai media intervensi, melalui pendidikan dan pelatihan serta dinamika kelompok, dan 3 Tingkat makro: dimana pendekatan pemberdayaan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar large- system strategy , karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasisituasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. Dengan kata lain dari uraian diatas, bahwa strategi pelaksanaan pem- berdayaan masyarakat dapat dilakukan pada tingkatan individu, kelompok dan tingkatan masyarakat secara umum. Selanjutnya, berdasarkan proses pen- tahapannya, pemberdayaan masyarakat dapat terdiri atas tiga tahapan, yaitu: 1 Tahap inisial Inisiasi , di mana upaya pemberdayaan pada tahapan ini berasal dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk rakyat. Jadi Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 49 | Supriyanto lebih menekankan peran pihak luar untuk memberdayakan masyarakat, 2 Tahap partisipatoris, di mana upaya pemberdayaan berasal dari pemerin- tah bersama masyarakat, oleh pe- merintah bersama masyarakat, untuk rakyat. Jadi pada tahapan ini, pemerintah maupun masyarakat secara bersama-sama menerapkan prinsip pemberdayaan, dan 3 Tahap emansipatif, berupa upaya pemberdayaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan didukung oleh pemerintah bersama masyara- kat. Intinya adalah menyangkut kemandirian yang dapat terbangun lewat pemberdayaan, di mana peran pemerintah dan pihak lain yang berdaya lebih sebagai pendukung atau pendamping. Adapun bentuk pendekatannya, dapat berupa: 1 PelayananJasa Service Delivery , yang menunjuk pada tindakan berhubungan secara langsung dengan penyebab utama kegagalan pem- bangunan; 2 Membangun Kapasitas Capacity Building, dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, kesadaran dan ketrampilan untuk digunakan untuk menanggulangi penyebab yang men- dasari kegagalan pembangunan; 3 Advokasi Advocacy, yang menetapkan proses yang dinamis dalam membangun konsensus dan mandat untuk suatu tindakan nyata; dan, 4 Mobilisasi sosial Social Mobilization, dengan menempat- kan orang-orang yang terlibat secara aktif dalam penilaian-analisis-aksi dari proses pembangunan dalam usaha untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Untuk itu, strategi lain yang dapat dilakukan terutama yang berkait dengan keinginan untuk melakukan perubahan sosial, adalah: 1 Strategi tradisional, yakni dengan menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingannya terbaik secara bebas. 2 Strategi direct-action, yakni dengan menyarankan bahwa dominasi kepentingan yang dihormati oleh banyak orang dari pihak yang terlibat adalah merupakan sesuatu kebutuh- an untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi dimasa kini dan dimasa depan. 3 Strategi transformatif, menunjukkan kepada masyarakat bahwa proses informasi dan pendidikan masyara- kat dalam jangka panjang merupakan sessuatu yang sangat dibutuhkan dan penting untuk pengidentifikasian kepentingan diri dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, berangkat dari konsepsi pemberdayaan yang di antara- nya bertujuan mendorong kemampuan masyarakat dalam proses pembangunan, maka pola atau model pembangunan partisipatif sangat urgen untuk dibicara- kan. Model ini berguna untuk meng- angkat martabat masyarakat level ter- bawah, agar aspirasinya dapat ter- tampung secara sistematis dalam proses pembangunan daerah. Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 50 | Supriyanto Berbagai pengalaman tentang pembangunan, daerah yang tidak me- libatkan partisipasi masyarakatnya dalam perencanaan pembangunannya meng- akibatkan beberapa hal, antara lain: 1 Pemerintah daerah kekurangan petunjuk data dasar mengenai kebutuhan dan keinginan warganya, 2 Investasi yang ditanamkan di daerah tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan warga, 3 Sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat daerah tidak tertangkap dan tertampung, 4 Standar-standar dalam merancang pelayanan dan prasarana yang tidak tepat, dan 5 Fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan ditempat- kan pada tempat-tempat yang salah sasaran. Dengan kata lain, saya ingin mengatakan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat model atau pola pem- bangunan partisipatif, merupakan salah satu strategi yang dianggap paling tepat jika faktor-faktor determinan dikondisi- kan terlebih dulu sedemikian rupa agar esensi pemberdayaan tidak terdistorsi. Prinsip pembangunan yang partisipatif menegaskan bahwa rakyat harus menjadi pelaku subyek utama dalam pem- bangunan. Demikian pula, model pembangunan yang berpusat pada rakyat people centre development lebih menekan- kan pada pemberdayaan yang meman- dang inisiatifkreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan paling utama. Juga, memandang bahwa kesejah- teraan material dan spiritual mereka rakyat merupakan tujuan yang harus dicapai oleh proses pembangunan.

2. Acuan Utama Program Pemberdayaan

Secara konsepsional pemberdaya- an empowerment mengandung dua makna pokok, yakni : a memberi kekuasaan atau mendelegasikan ke- wenangan kepada masyarakat, agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan untuk mem- bangun diri dan lingkungannya secara mandiri; dan b meningkatkan kemam- puan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. Oleh karena itu, wajah pem- berdayaan masyarakat harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Kegiatan yang dilakukan harus terarah dan menguntungkan masya- rakat lemah b Pelaksanaan harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, dimulai dari pengenalan apa yang dilakukan c Karena masyarakat lemah sulit untuk bekerja sendiri-sendiri, akibatnya ke- kurangan keberdayaannya, maka upaya pemberdayaan masyarakat menyangkut pula pengembangan kegiatan bersama cooperative dalam kelompok yang dapat dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 51 | Supriyanto d Mengerahkan partisipasi yang luas dari masyarakat untuk turut serta membantu dalam rangka kesetia- kawanan sosial, disini termasuk keikutsertaan orang-orang setempat yang telah maju dan anggota masyarakat yang mampu lainnya, organisasi masyarakat termasuk LSM, Perguruan Tinggi, dan sebagainya. Sejauh ini, peran pemerintah dan organisasi-organisasi sosial di Indonesia dalam melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat sudah banyak dilakukan yang dibingkai dalam program -program penanggulangan kemiskinan, demokratisasi, lingkungan hidup, keseta- raan jender serta berbagai isu-isu pem- bangunan lain. Oleh karena itu, untuk mengiden- tifikasi dan mengetahui model-model program pemberdayaan masyarakat yang dapat dijadikan best practice khususnya di Jawa Timur dengan berdasar pada strategi pembangunan: Pro Poor, Pro Job NPM, Pro Growth, Pro Gender, dan Pro Enveronment, secara umum perlu mem- perhatikan lima acuan sasaran pokok, yaitu : a Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan perumahan serta perala- tan sederhana dari berbagai ke- butuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat yang ber- sangkutam. b Terbukanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai jasa publik; pendidikan, kesehatan, pen- didikan yang dilengkapi infrastruktur yang layak serta komunikasi infor- masi yang memadai. c Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif termasuk menciptakan kerja sendiri yang memungkinkan adanya peng- hasilan dan balas jasa yang layak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. d Tersedianya jaringan sarana dan prasarana yang memungkinkan dis- tribusi produksi barang dan jasa menjadi lancer. e Terbinanya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pem- bangunan. Disamping itu, harus pula memperhatikan prinsip-prinsip pengelo- laan dan pengembangan program pem- berdayaan masyarakat, antara lain: a Pilihan kegiatan berdasarkan musya- warah sehingga memperoleh du- kungan masyarakat acceptability. b Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat transparancy. c Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat accountability. d Pengelolaan kegiatan dapat mem- berikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, sustainability. e Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban pen- duduk miskin responsiveness.