Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
19 |
I Putu Sriartha
kat Hindu Bali, di mana Tri berarti tiga ; Hita
berarti kebahagiaankesejahteraan ; dan Karana berarti penyebab. Tri Hita
Karana mengandung makna bahwa
kebahagiaankesejahteraan hidup hanya dapat dicapai dengan menjaga hubungan
yang harmonis antara tiga komponen, yaitu : parhyangan menjaga hubungan
harmonis antara manusia dengan Tuhan, pawongan
menjaga hubungan harmonis antara sesama manusia, dan palemahan
menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam.
Penerapan filosofi THK di Bali tidak saja pada subak tetapi juga pada
kelompok masyarakat seperti desa adat, keluarga,
dan kelompok-kelompok
masyarakat lainnya. Wujud penerapan filosofi THK pada subak, adalah sebagai
berikut.
1. Wujud Penerapan Komponen Parhyangan
Penerapan komponen parhyangan
pada intinya berkaitan dengan budaya yang dicirikan oleh : 1 adanya
pandangan hidup bahwa tanah dan air adalah ciptaan Tuhan yang sangat
bernilai bagi kehidupan dan manusia wajib
menghormatinya, pola
pikir tentang pentingnya awig-awig, prinsip
harmoni, kebersamaan, dan keadilan dalam pengelolaan air irigasi, 2 adanya
aktivitas ritual keagamaan , dan 3 adanya bangunan sucipura subak.
Kegiatan ritual keagamaan subak yang
demikian padat
merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
segala anugrahnya., sementara tempat suci atau pura subak berfungsi sebagai
tempat menghubungkan
diri para
anggota subak dengan Sang Pencipta. Di samping itu, kegiatan ritual dan pura
subak memiliki fungsi sosial sebagai penguat pemersatu kehidupan kolektif
dan pencegah konflik, dan fungsi ekologis sebagai pengendali serangan
hama dan penyakit tanaman, dan pelestari ekosistem fungsi ekologis.
2. Wujud Penerapan Komponen Pawongan
Penerapan komponen pawongan
dalam subak menekankan pada aktivitas kolektifbersama yang diwujudkan me-
lalui komunikasi dan interaksi sosial. Kegiatan kolektif dalam subak meliputi
aspek organisasi, rapat-rapat, penerapan hak dan kewajiban, penerapan sanksi,
gotong royong untuk mensukseskan program-program
kerja subak,
dan penanganan
konflik internal
dan eksternal subak. Di samping aktivitas
sosial, terdapat juga saranaprasarana sosial seperti balekantor subak, jalan
subak, dana dan peralatan milik subak. Aktivitas sosial dalam subak diatur
melalui awig-awig peraturan tertulis yang mengikat semua anggota subak.
3. Wujud Penerapan Komponen Palemahan
Penerapan komponen palemahan dalam subak dicerminkan oleh adanya
bangunan jaringan
irigasi, teknis
pengaturan air irigasi, teknis produksi, jalan subak, dan lahan sawah petani
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
20 |
I Putu Sriartha
dengan sistem one-inlet dan one-outlet serta memiliki batas-batas yang jelas.
C. Konsep Agrowisata
Pada dasarnya agrowisata me- rupakan kegiatan yang mengembangkan
sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian
untuk dijadikan kawasan wisata. Potensi tersebut harus dilihat dari segi ling-
kungan alam, letak geografis, jenis produk atau komoditas pertanian yang
dihasilkan, serta sarana dan prasarananya Sumarwoto, 1990. Agrowisata lebih
menekankan pada upaya menampilkan kenampakan objek dan kegiatan per-
tanian
sebagai daya
tarik utama
wisatanya tourist
attraction tanpa
mengabaikan segi leisure kenyamanan. Tirtawinata dan Fachruddin 1996, dalam
Windia dan Wayan Alit Artha Wiguna, 2013
memberi batasan
agrowisata sebagai wisata yang memanfaatkan objek
-objek pertanian. Melihat adanya beragam potensi
objek pertanian, maka dapat dikembang- kan berbagai jenis agrowisata, termasuk
salah satunya adalah agrowisata subak. Jenis agrowisata lainnya seperti agro-
wisata kebun raya, agrowisata per- kebunan, agrowisata holtikultura, agro-
wisata perikanan, agrowisata hutan, dan agrowisata peternakan.
Agrowisata termasuk jenis wisata yang selaras dengan konsep back to nature,
yakni pengembangan wisata dengan mempertahankan aspek-aspek pelestari-
an lingkungan. Jenis wisata ini makin diminati oleh wisatawan yang telah jenuh
dengan paket wisata hiburan di kota-kota dan objek-objek dengan fasilitas akomo-
dasi yang padat. Di samping itu, pengem- bangan agrowisata cukup prospektif
seiring perkembangan kepariwisataan global yang mendorong perlunya di-
kembangkan pariwisata yang berorientasi pada kepentingan masyarakat lokal local
people
centered tourism
dan ke-
pariwisataan yang berorientasi pada alam green tourism, natural tourism, ecotourism,
dan lain-lain. Dalam konteks ini penting dikembangkan keterkaitan antara sektor
pertanian dan sektor pariwisata dalam bentuk agrowisata. Sesungguhnya agro-
wisata merupakan bagian dari agribisnis, yang dalam hal ini diharapkan agar
pemanfaatan sektor pertanian untuk kepentingan sektor pariwisata dapat
menghasilkan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat petani yang
bersangkutan. D. Potensi dan Tantangan Subak Dalam
Mengembangkan Agrowisata
Sampai saat ini belum ada subak di Bali yang mengelola agrowisata
dengan pembinaan dari pemerintah. Agrowisata yang ada semuanya dikelola
oleh pihak perusahan swasta, seperti agrowisata Kerthalangu di wilayah Subak
Kerthalangu Sanur, Bali. Sebenarnya subak memiliki potensi yang besar untuk
mengelola dan mengembangkan agro- wisata. Potensi itu terkandung dalam
filosofi THK yang menjadi landasan
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
21 |
I Putu Sriartha
pengelolaan subak, seperti diuraikan berikut ini.
1. Bidang Budaya komponen parhyangan :
Ajaran nilai-nilai THK tentang harmoni, kebersamaan, keadilan,
dan keyakinan bahwa air dan tanah adalah
ciptaan Tuhan,
dapat dikemas dalam wisata ilmiah.
Aktivitas ritual keagamaan yang sangat padat dalam subak, antara
lain magpag
toya upacara
menjemput air, ngurit upacara membuat tempat persemaian bibit,
biukukungmiseh upacara pada saat
tanaman padi mulai bunting, ngusaba nini
upacara pada saat padi mulai menguning, nangkluk merana
upacara pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pura subak
yang berbentuk
hirarkhi, mulai dari Sanggah Catu tempat suci di pintu masuk air ke
sawah petani, Pura Bedugul di tingkat subak, Pura Ulun Siwi di
tingkat
Subak Gedegabungan
beberapa subak
dalam satu
bendung, Pura Masceti di tingkat daerah irigasi, sampai tingkat
paling tinggi, yaitu Pura Ulun Danu yang ada di empat danau di Bali
Danau Batur, Beratan, Buyan, dan Tamblingan.
Budaya tradisional dan unik dalam pengolahan tanah dan penanganan
hasil panel,
seperti membajak
dengan ternak sapi nenggala, menggaru
ngelampit, ngajakang
tolong menolong mengolah tanah dan menanam padi, merupakan
budaya agraris yang cukup atraktif.
2. Bidang sosial ekonomi analog dengan komponen pawongan
Organisasi subak dengan struktur yang jelas, mulai dari tingkat
subsubak tempek sampai pada tingkat antar-subak Subak Gede
dan Subak Agung.
Rapat-rapat subak, mekanisme penerapan
awig-awig subak,
kegiatan gotong royong dalam operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
Bangunan kantor subak bale subak yang unik.
Penggalian dana subak berdasar- kan sistem iuran, seperti peturunan
peson-peson pungutan
secara insidental kepada semua anggota,
sarin tahunsawinih
pungutan secara berkala di akhir panen,
pengampel atau pengoot uang yang
dipungut dari anggota tidak aktif, dan dedosan uang yang didapat
dari denda anggota yang me- langgar awig-awig
3. Bidang fisik alami dan teknologi irigasi analog dengan palemahan
Jaringan irigasi subak dengan teknologi sederhana tetapi sangat
sophisticated merupakan
daya tarik yang unik. Misalnya wisata-
wan akan tertarik mendengarkan dan melihat sistem pembagian air
dengan tektek, nugel bumbung, pelampias dengan perangkat fisik