Pola Pikir Pemberdayaan Masyarakat ke Depan

Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 56 | Supriyanto berikanlah kepada mereka suatu pola. j Jangan tunjukkan kepada mereka sesuatu yang aneh dan akhir dari segalanya, tetapi berikan kepada mereka suatu sistem yang baik dan benar. k Jangan menggunakan pendekatan yang sepotong-sepotong, tetapi pen- dekatan menyeluruh dan terpadu. l Bukan penyesuaian caramodel, tetapi transformasi model. m Jangan berikan penyelesaian akhir kepada mereka tetapi berilah ke- bebasan kepada mereka sendiri untuk menyelesaikan masalahnya.

6. Konsep Shafer dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Shafer menjelaskan tentang konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam bentuk diagram bintang seperti diulas adalam kajian pustaka diatas. Konsep ini jika dijabarkan dalam konteks pengembangan ekonomi masyarakat pesisir dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Ruang

Setiap transaksi ekonomi dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun memiliki dimensi spasial, maka masing- masing transaksi memiliki pemilihan lokasi. Itulah sebabnya ruang menjadi penting dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi pada masyarakat pesisir. Kondisi geografis daerah setempat perlu menjadi acuan utama dalam menentukan strategi, metode, media dan model pemberdayaan yang akan ditentukan. Khusus pada masyarakat pesisir pemberdayaan masyarakat diarahkan agar dapat menopang kehidupan nelayan baik buruh nelayan, nelayan pedagang, maupun nelayan pemilik alat produksi. b. Bahan Baku Bahan baku, merupakan faktor utama produksi, meliputi tanah, tenaga kerja, modal dan teknologi yang digunakan masyarakat untuk mem- produksi output. Bahan baku ini pada masyarakat pesisir perlu dikembangkan menjadi bahan produksi yang efektif. Gagasan yang perlu terus dibangun dalam pemberdayaan masyarakat pesisir adalah agar tanah tetap menjadi milik masyarakat, tidak dijual atau disewakan. Tenaga kerja dioptimalkan berasal dari lingkungan masyarakat dan modal juga digali dari kemampuan masyarakat. Beberapa hasil penelitian terdahulu, kegagalan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir lebih banyak diakibat- kan oleh ketergantungan bahan baku, penggunaan tanah yang tidak tepat, dan tenaga kerja yang di datangkan dari luar komunitas masyarakat. c. Pasar Penyediaan barang dan jasa oleh komunitas pedagang pada masyarakat pesisir perlu berorientasi pada terjadinya keseimbangan antara input dan output. Dalam praktik, produk lokal masyarakat dihargai lebih rendah daripada produk dari luar. Akibatnya ketidakseimbangan pasar terjadi. Jika ini yang terjadi maka Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014, Malang, 9 Mei 2015 57 | Supriyanto masyarakat lokal tetap akan tidak berdaya.

d. Peraturan dan lembaga.

Peraturan untuk melindungi masyarakat lokal terutama di daerah miskin harus dibuat secara lebih luas. Masyarakat pesisir perlu mendapatkan perlindungan dari segala sudut seperti dari sisi ekonomi, politik, sosial, budaya dan keamanan. Perlindungan ini juga menyangkut peraturan perundangan yang berlaku. Beberapa kasus yang terjadi, regulasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat pesisir belum optimal. Misalnya kredit mikro masih menggunakan jaminan sehingga orang miskin tidak bisa mengakses kredit. Karena itu harus dibuat model khusus agar kredit mikro dapat berjalan dan masyarakat tidak kesulitan mengajukan kredit atau takut berurusan dengan kredit

e. Masyarakat dan Budaya

Pada umumnya masyarakat miskin tidak memiliki perencanaan terhadap kehidupan. Mereka hidup mengalir mengikuti irama alam. Karena itu pemberdayaan masyarakat pesisir tidak cukup dari aspek ekonomi saja, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya budaya positif. Kasus kegagalan pemberdayaan masyarakat pantai selama ini adalah adanya pola pikir menyerah, nrimo ing pandum, sudah merasa cukup dengan keadaan sekarang dan tidak melihat kemiskinan sebagai penderitaan. Sebenarnya ini potensi yang baik, karena mereka rata-rata tahan menderita. Namun pemaknaan tahan menderita perlu diarahkan untuk meningkatkan diri dalam pengertian yang luas terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

f. Pembuatan Keputusan

Kapasitas pembuatan keputusan adalah kemampuan dari pusat kegiatan masyarakat dalam kemampuan membedakan masalah dan gejala untuk kemudian mengidentifikasi dan menerapkan solusi. Solusi yang selama ini ditawarkan atau bahkan dilakukan dengan memaksa adalah solusi sesaat. Pengambil keputusan belum banyak melibatkan masyarakat lokal dalam mengambil keputusan perencanaan pemberdayaan yang akan dilakkan. 7. Konsep Model yang Ditawarkan 6. Konsep model yang ditawarkan pada kajian ini adalah konsep model pemberdayaan yang dikembangkan oleh Shaffer dan Suryono yang dipadukan dengan kombinasi hasil penelitian terdahulu. Secara lengkap dapat digambarkan sebagai berikut: