Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
47 |
Supriyanto
dirinya sendiri. Adapun tugas pen- damping meliputi menyelenggarakan
dialog untuk
menggali kebutuhan-
kebutuhan masyarakat, menggali sumber -sumber potensi yang tersedia, meng-
identifikasi spesifikasi masalah dan mengorganisir masyarakat untuk menga-
mbil keputusan secara tepat.
d. Melalui Pengembangan sumber daya manusia SDM
Pengembangan SDM merupakan upaya untuk mengembangkan sumber
daya insani masyarakat baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap,
keterampilan maupun kinerja mereka. Implementasi pengembangan SDM yaitu
diharapkan adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan
latihan secara sistematis.
e. Melalui Pemberian Stimulan
Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah baik hibah murni
maupun bergulir revolving fund. Dengan pemberian stimulan diharapkan keterse-
diaan masyarakat untuk melakukan swa- daya sesuai dengan kemampuan serta
mempersiapkan masyarakat secara teknis baik administratif maupun skill.
Untuk melaksanakan 5 lima strategi pemberdayaan tersebut diatas,
diperlukan adanya beberapa pendekatan pelaksanaan, antara lain:
1
The Welfare Approach. Pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia
dan bukan
untuk memperdaya
masyarakat dalam
menghadapi proses politik dan kemiskinan rakyat
tetapi justru untuk memperkuat keberdayaan masyarakat dalam pen-
dekatan sentrum of power, yang dilatarbelakangi dengan kekuatan
potensi lokal masyarakat itu sendiri.
2 The Development Approach. Pende-
katan ini bertujuan untuk mengem- bangkan proyek pembangunan untuk
meningkatkan kemampuan,
ke- mandirian dan keswadayaan masya-
rakat. 3
The Empowerment Approach. Pendeka- tan yang melihat bahwa kemiskinan
sebagai akibat dari proses politik dan berusaha memberdayakan atau me-
latih rakyat untuk mengatasi ketidak berdayaan masyarakat.
Oleh karena itu, dalam upaya pemberdayaan masyarakat pada umum-
nya dapat dilihat dari tiga sisi penting, yaitu:
1
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang enabling. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikem-
bangkan.
2 Memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat empower- ring
. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain
dari hanya menciptakan iklim dan suasana.
3 Mengandung arti melindungi to
protect . Artinya, dalam proses pem-
berdayaan harus dicegah yang lemah
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
48 |
Supriyanto
menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan
kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat.
Dalam mencapai 3 tiga upaya tersebut diatas, perlu dilakukan beberapa
pendekatan, antara lain dengan: Pertama, upaya itu harus terarah targetted. Ini
yang populer disebut pemihakan; Kedua, program pemberdayaan harus langsung
mengikutsertakan atau bahkan dilaksana- kan oleh masyarakat yang menjadi
sasaran.
Ketiga, menggunakan
pen- dekatan kelompok, karena jika secara
sendiri-sendiri masyarakat miskin akan sulit
dapat memecahkan
masalah- masalah yang dihadapinya.
Ketiga arah pemberdayaan ter- sebut diatas, pada hakekatnya untuk
mencapai 2 dua sasaran pokok, yaitu: 1 Untuk melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan,
kebodohan, dan
keter- belakangan
masyarakat Versus
kemampuan, keuletan, dan ketang- guhan; dan, 2 Untuk memperkuat
posisi tawar masyarakat dalam struktur kekuasaan.
Oleh karena itu, strategi pelaksana- an pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan melalui
tiga tingkatan
empowerment setting, yaitu: 1
Tingkat mikro:
dimana pem-
berdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, management stress, dan crisis intervention.
Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang
berpusat pada tugas task centered approach
. 2
Tingkat mezzo:
dimana pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien, dengan meng- gunakan
kelompok itu
sendiri sebagai media intervensi, melalui
pendidikan dan
pelatihan serta
dinamika kelompok, dan 3
Tingkat makro: dimana pendekatan pemberdayaan
ini disebut
juga sebagai strategi sistem besar large-
system strategy
, karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Strategi ini memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami
situasisituasi mereka
sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat
untuk bertindak.
Dengan kata lain dari uraian diatas, bahwa strategi pelaksanaan pem-
berdayaan masyarakat dapat dilakukan pada tingkatan individu, kelompok dan
tingkatan masyarakat secara umum. Selanjutnya, berdasarkan proses pen-
tahapannya, pemberdayaan masyarakat dapat terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1
Tahap inisial Inisiasi , di mana upaya pemberdayaan pada tahapan
ini berasal dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk rakyat. Jadi