Pemberdayaan KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil Penelitian Terdahulu
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
43 |
Supriyanto
kerjasama dengan BAPPENAS 1998 dapat dilihat adanya urutan pergeseran konsep
pembangunan bagi
penanggulangan kemiskinan sebagai berikut:
1 Growth Strategy Dimulai pada sekitar dasa warsa
1960-an, banyak negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia meniru atau
mengadopsi pendekatan growth priority yang memfokuskan diri pada akumulasi
kapital nasional dengan GNP sebagai ukuran keberhasilannya. Pendekatan ini
memfokuskan diri pada pembangunan ndustri secara besar-besaran, sehingga
kedudukan pemerintah dalam pen- dekatan ini lebih memainkan peran
sebagai entrepreneur dari pada sebagai service provider
. 2 Growth With Distribution
Menyadari kegagalan
strategi tersebut di atas, maka pendekatan pem-
bangunan di negara-negara berkernbang kemudia bergeser pada growth with
distribution dengan strategi utama employment-oriented
development .
Pendekatan ini
segera mendapat
dukungan dari badanbadan internasional terutama dari ILO International Labor
Office. Fokus dan strategi ini mengarah
pada penyediaan
atau penciptaan
lapangan pekerjaan
langsung bagi
masyarakat, sebagai alat untuk men- distribusikan pertumbuhan dan pada
kesejahteraan yang dihasilkan oleh mesin ekonomi nasional. Kelompok sasaran dari
pendekatan ini seperti di inginkan oleh McNamara adalah 40 persen penduduk
Negara yang tergolong miskin. Namun pendekatan ini memang juga terbukti
gagal, karena teknologi yang menyertai- nya dari ILO adalah teknologi tinggi.
3 Appropriate Technology Kegagalan dari teknologi tinggi
yang capital-intensive dalam menyedia- kan lapangan kerja bagi sebagian besar
penduduk dunia ketiga, memicu lahirnya pendekatan baru yang disebut sebagai
appropriate technology “, Seperti tertulis dalam “Colombia Report”, maka filosofi
dari pendekatan ini menyatakan bahwa “perluasan kesempatan kerja tidak harus
dilakukan melalui pengembangan pola- pola kebutuhan masyarakat, melainkan
juga dapat dilakukan melalui penciptaan barang-barang produksi melalui cara-cara
yang lebih bersifat padat karya.
4 Basic Need Development Menyusul ketidak puasan ter-
hadap konsep appropriate technology, pada tahun 1976 ILO menerbitkan suatu
dukumen yang bertitel Employment, Growth and Basic Needs . Di
dalam dukumen tersebut, basic needs telah
dijadikan terna
sentral atau
tema unggulan untuk membangan dunia ke
tiga. Seperti yang diinginkan McNamara. maka kelompok sasaran dari pendekatan
ini adalah 40 persen penduduk dunia yang tergolong miskin. Konsep dasar dari
pendekatan ini adalah menyediakan kebutuhan minimum bagi penduduk
yang
tergolong miskin.
Kebutuhan
Prosiding Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014,
Malang, 9 Mei 2015
44 |
Supriyanto
minimum yang dimaksud tidak hanya terbatas pada hanya pangan-pakaian-
papan saja, melainkan juga kemudahan akses pada pelayanan air bersih, sanitasi,
transport, kesehatan dan pendidikan. Selama penduduk miskin sebagian besar
terdapat di daerah pedesaan, maka pendekatan basic needs ini kemudian
menjadi tekanan dan unggulan dari pembangunan
pedesaan. Dengan
demikian pendekatan yang di konsepkan bukannya pendekatan central planning
melainkan lebih bersifat community development .
5 Sustainable Development Menurut Friedmann ide dasar dari
konsep sustainable development bermula dari the Club of Reme pada tahun
1972, yakni sekelompok orang yang terdiri dari: para manager, para ahli ilmu
teknik, dan ilmuwan se Eropa, yang berhasil menyusun suatu dokumen
penting mengenai keprihatinan terhadap lingkungan yang disebutnya sebagai The
Limits to Growth
. Adapun pesan penting dari dukumen tersebut diantaranya
adalah : bahwa sumberdaya alam telah berada pada suatu tingkat ketersediaan
yang memprihatinkan dalam menunjang keberlanjutan sustainubility pertumbuh-
an penduduk dan ekonomi.
6 Empowerment Konsep empowerment pember-
dayaan, yang dibidani oleh Friedmann 1992, muncul karena adanya dua premis
mayor , yakni kegagalan dan harapan. Kegagalan yang dimaksud , adalah
kegagalan model-model
dari pem-
bangunan ekonomi dalam menanggula- ngi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan. Sedang harapan , muncul
karena adanya
alternatif- alternatif
pembangunan yang
me- masukkan nilai-nilai demokrasi, per-
samaan gender,
persamaan antar
generasi, dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Kegagalan dan harapan,
menurut Friedmann 1992 bukanlah merupakan alat ukur dari hasil kerja
ilmu-ilmu sosial, melainkan merupakan cermin dari nilai-nilai normatif dan
moral. Kegagalan dan harapan akan terasa sangat nyata pada tingkat individu
dan masyarakat. Pada tingkat yang lebih luas, yang dirasakan adalah hanya gejala
dari kegagalan dan harapan. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat ,
pada hakekatnya adalah nilai kolektif dari pemberdayaan individual.