139
hiasan pada busana. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif serta memberikan motivasi dengan intensitas yang lebih
tinggi kepada siswa sehingga siswa merasa nyaman dalam pembelajaran. Guru lebih melakukan interaksi dengan siswa, memberikan perhatian dan
bimbingan langsung kepada siswa sehingga siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan kepada guru.
Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompok tujuannya agar siswa lebih meningkatkan kerjasama dalam kelompok sehingga membuat siswa meningkatkan kerjasama dalam
kelompoknya. Guru juga bersikap lebih tegas kepada siswa sehingga siswa tidak seenaknya dalam pembelajaran.
3. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Membuat Hiasan Busana
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar membuat hiasan pada busana. Peningkatan motivasi belajar siswa
membuat hiasan pada busana dapat dilihat melalui hasil penelitian mulai pra siklus, siklus I dan siklus II. Motivasi belajar siswa membuat hiasan
pada busana meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena pembelajaran yang terpusat pada siswa ini
menyebabkan siswa merasa memiliki kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa diikutsertakan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Selain itu pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,
140
siswa dituntut untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain, sehingga ada tanggung jawab bagi setiap siswa untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa
lain. Adanya tanggung jawab kepada masing-masing siswa untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain telah meningkatkan dorongan
kebutuhan siswa untuk belajar. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Setiap siswa harus mengajarkan sesuatu sebaik
mungkin kepada siswa lain agar masing-masing siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang diajarkan, sehingga dapat
mengerjakan tugas yang diberikan. Adanya tuntutan tersebut telah meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw melibatkan siswa berperan aktif dan dapat mengatasi kebosanan siswa terhadap metode pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru, sehingga timbul kesenangan dari diri siswa pada saat kegiatanpembelajaran.
Pendapat tersebut sesuai dengan Mel Silberman 2007: 168 yang menyatakan bahwa jigsaw learning merupakan sebuah pembelajaran yang
dipakai secara luas yang memiliki perbedaan penting dengan pembelajaran yang lain yaitu setiap siswa mengajarkan sesuatu. Pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar sekaligus mengajarkan kepada siswa lain, sehingga siswa
akan termotivasi untuk belajar.
141
Berdasarkan hasil penelitian terhadap motivasi belajar siswa dengan 16 butir pernyataan, skor maksimal ideal 68 dan skor minimal ideal 16,
diperoleh peningkatan motivasi belajar siswa dalam membuat hiasan busana dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata motivasi belajar
siswa dalam membuat hiasan busana pada siklus I melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan sebesar
18,16 dari nilai rata-rata pada pra siklus 35,43 meningkat menjadi 41,5. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,35 dari
nilai rata-rata pada siklus I 41,5 meningkat menjadi 49,3. Distribusi frekuensi kategorisasi motivasi belajar siswa dalam membuat hiasan
busana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kategori Motivasi Belajar Siswa dalam
Membuat Hiasan Busana
Rentang Skor
Kategori Pra Siklus
Siklus I Siklus II
Frek Frek
Frek ≥ 48
Sangat tinggi -
5 16,7
19 63,3
40– 47 Tinggi
9 30
16 53,3
11 36,7
32 – 39 Rendah
13 43,3
9 30
- 32
Sangat Rendah 8
26,7 -
- Total
30 100
30 100
30 100
Dari hasil penelitian yang semula pada pra siklus terdapat 9 siswa 6,7 tergolong tinggi, 13 siswa 43,3 tergolong rendah dan 8 siswa
26,7 tergolong sangat rendah, meningkat menjadi 5 siswa 16,7 tergolong sangat tinggi, 16 siswa 53,3 tergolong tinggi dan 9 siswa
30 tergolong rendah pada tindakan siklus I. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa 63,3 tergolong sangat tinggi dan 11 siswa
36,7 tergol belajar membu
dapat digamba
Gambar16. Gr
Berdasar disimpulkan b
dapat meningk
4. Pendapat Si