Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKN melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas 6 di SDN Gejayan Yogyakarta.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA
Agusta Patriana Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jijsaw. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengamatan, wawancara, dan tes objektif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 30 % menjadi 80% pada siklus 1, dan meningkat kembali menjadi 100% pada siklus 2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 41,94% dengan rata-rata kelas 67,4 menjadi 83,59% dengan rata-rata kelas 75,17 pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 92,87% dengan rata-rata kelas 79.5 pada siklus 2. Kata Kunci: keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, mata pelajaran PKn,jijsaw.
(2)
EDUCATION THROUGH COOPERATIVE TYPE JIGSAW FOR GRADE 6 STUDENTS OF GEJAYAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA
Ajusta Patriana Sanata Dharma University
2015
The purpose of this study was to determine the increase in activity and achievement in jrade Civics 6 Elementary school Gejayan school year 2014/2015 throujh the use of cooperative learninj models jijsaw type. Type of research is a class act. Subjects were students in elementary school classroom 6 Gejayan Yojyakarta year 2014/2015 which consisted of 30 students. The experiment was conducted in two cycles. Data collection techniques in this study usinj observation, interview, and objective test. Data analysis is to compare the result before and after the jiven action jiven the actions related to the activity and student achievement.
The results of research shows that the implementation of cooperative kind of class 6 primary Gejayan Yojyakarta the academic year 2014/2015. Liveliness students has increased in number from the initial conditions by up to 30 percent to 80% in the cycle of 1 and 88,94 into 100% in the cycle of 2. Student learninj achievements has risen from the initial conditions of 41,94% with an averaje in the class 75,17 cycle 1 and become inflated ajain 92,87% with an averaje in the class 79,5 cycle 2
(3)
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Agusta Patriana NIM : 111134025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN Dengan bangga karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang menjadi sumber doa, sumber kekuatan, dan sumber inspirasi bagiku serta selalu memberkati, melindungi, dan menolong di setiap gerak dan langkahku.
Kedua orangtua tersayang yang sudah memberikan semangat, inspirasi, dan doa yang tulus. Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material selama saya
menjalani studi.
Bapak Agus Mariyanto dan Bruder Kirjo yang berkenan memberikan bantuan financial tanpa pamrih.
Teman-teman sesama payung yang berkenan untuk memberikan masukan yang sangat berguna dalam meyusun skripsi ini.
Suster Chayetien Kustiyati A.K. yang berkenan membantu untuk mengobservasi pada saat penelitian.
Keluarga besar SDN Gejayan yang mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Teman-teman PGSD angkatan 2011, terutama kelas B atas persahabatan dan perjuangan kita selama ini.
Teman-teman satu kontrakan yang mendukung dan member semangat lewat doa.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku untuk menjadi calon pendidik yang berkualitas
(7)
v MOTTO
“DOA ADALAH SUMBER KEKUATAN”
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanMu” (Amsal 3: 5-6) “Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka
pintu akan dibukakan bagimu” (Matius7: 7)
“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4: 13) “Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia” (Kolose 3: 23)
Tuhan akan memberikan apa yang kita harapkan pada waktu yang tepat dan semuaNya akan indah pada waktunya
Bercita-citalah sampai setinggi langit, karena apabila engkau jatuh, paling tidak engkau akan jatuh ke bintang-bintang
Kerjakan apa yang harus kamu kerjakan
Kesalahan di masa lalu itu hanya dapat kamu gunakan sebagai pengalaman agar hal serupa takterulang kembali di hari ini.
Milikilah impian, apapun itu. Yakinlah semua tercapai karena tidak ada yang mustahil jika kita selalu bersama Tuhan.
(8)
(9)
vii
(10)
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS 6 DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA AgustaPatriana
UniversitasSanata Dharma 2014
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengamatan, wawancara, dan tes objektif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Keaktifan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 30 % menjadi 80% pada siklus 1, dan meningkat kembali menjadi 100% pada siklus 2. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 41,94% dengan rata-rata kelas 67,4 menjadi 83,59% dengan rata-rata kelas 75,17 pada siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 92,87% dengan rata-rata kelas 79.5 pada siklus 2.
Kata Kunci: keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, mata pelajaran PKn, jigsaw.
(11)
ix ABSTRACT
INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION THROUGH COOPERATIVE TYPE JIGSAW FOR GRADE 6
STUDENTS OF GEJAYAN ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA Agusta Patriana
Sanata Dharma University 2014
The purpose of this study was to determine the increase in activity and achievement in grade Civics 6 Elementary school Gejayan school year 2014/2015 through the use of cooperative learning models jigsaw type. Type of research is a class act. Subjects were students in elementary school classroom 6 Gejayan Yogyakarta year 2014/2015 which consisted of 30 students. The experiment was conducted in two cycles. Data collection techniques in this study using observation, interview, and objective test. Data analysis is to compare the result before and after the given action given the actions related to the activity and student achievement.
The results of research shows that the implementation of cooperative kind of class 6 primary Gejayan Yogyakarta the academic year 2014/2015. Liveliness students has increased in number from the initial conditions by up to 30 percent to 80% in the cycle of 1 and 88,94 into 100% in the cycle of 2. Student learning achievements has risen from the initial conditions of 41,94% with an average in the class 75,17 cycle 1 and become inflated again 92,87% with an average in the class 79,5 cycle 2 Keywords: active student learning, student achievement, civics subjects, jigsaw type
(12)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas 6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu menyertai peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. G. Ari Nugrahanta, S. J., S. S., BST., M. A. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.
5. Drs. Paulus Wahana, M. Hum selaku dosen pembimbing 1 yang memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan kritikan yang membangun.
6. Andri Anugrahana, S. Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang membantu dan memberikan masukan yang membangun.
(13)
xi
8. Bapak Bambang Purwaka, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN Gejayan Yogyakarta dan Ibu Wahyuni selaku guru kelas 6 yang mengijinkan dan membantu saya dalam penelitian.
9. Segenap guru dan karyawan SDN Gejayan Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penulis melakukan penelitian.
10.Siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
11.Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan terbaik, kasih dan sayang bagi penulis.
12.Kakak-kakakku tersayang yang senantiasa mendukung dan menjadi motivator. 13.Teman-teman PGSD angkatan 2011 khususnya kelas B yang selalu membantu
dan memberikan semangat.
14. Suster Chayetien yang membantu penulis dalam penelitian.
Penulis menyadaribahwamasihbanyakkekurangandalamskripsiini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi peningkatan dan perbaikan dalam skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 27 Januari 2015
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Pemecahan Masalah ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 8
1.7 Batasan Pengertian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
(15)
xiii
2.1.2 Belajar ... 12
2.1.3 Prestasi Belajar ... 15
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 27
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 29
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
2.3 Kerangka Berpikir ... 34
2.4 Hipotesis Tindakan... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Setting Penelitian ... 40
3.2.1 Tempat Penelitian ... 40
3.2.2 Subjek Penelitian ... 40
3.2.3 Obyek Penelitian ... 40
3.2.4 Waktu Penelitian ... 41
3.3 Rencana Tindakan ... 41
3.3.1 Persiapan... 41
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4.1 Observasi ... 52
3.4.2 Wawancara (Interviev) ... 52
3.4.3 Dokumen ... 53
3.4.4 Tes ... 53
3.5 Instrumen Penelitian... 54
(16)
xiv
3.5.3 Tes tertulis ... 57
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 59
3.5.1 Validitas ... 59
3.5.1.1 Validitas Keaktifan ... 61
3.5.1.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 63
3.5.1.3 Validitas Instrumen Soal ... 68
3.5.1.5 Tingkat Kesukaran... 73
3.5.2 Reliabilitas ... 77
3.6 Teknik Analisis Data ... 79
3.6.1 Kriteria Keberhasilan ... 80
3.6.2 Cara Mengukur Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 81
3.7 Jadwal Penelitian ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85
4.1 Hasil Penelitian ... 85
4.1.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa dan Prestasi Belajar Siswa ... 85
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 88
4.2 Pembahasan ... 107
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 115
5.1 Kesimpulan ... 115
5.2 Keterbatasan ... 116
5.3 Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
(17)
xv
Lampiran 1 Surat-Surat ... 123
Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 128
Lampiran 3 Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 131
Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus 1 ... 136
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Siklus 2 Sebelum Validasi ... 137
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Siklus 1 Sebelum Validasi ... 140
Lampiran 7 Kunci jawaban soal evaluasi siklus 2 ... 144
Lampiran 8 Silabus ... 145
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 148
Lampiran 9 Materi Siklus 1 ... 175
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2... 189
Lampiran 11 Materi Siklus 2 ... 216
Lampiran 12 Hasil Validasi Lembar Observasi Keaktifan ... 222
Lampiran 13 Hasil Validasi Lembar Observasi Perangkat Pembelajaran ... 226
Lampiran 14 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 239
Lampiran 15 Nilai PKn Semester Gasal SDN Gejayan Tahun 2013/2014 ... 242
Lampiran 16 Pedoman Wawancara Guru ... 244
Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 245
Lampiran 18 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 1 ... 247
Lampiran 19 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 248
Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 2 ... 251
Lampiran 21 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 1 ... 253
Lampiran 22 Hasil Pegamatan Keaktifan Siklus 2 ... 255
Lampiran 23 Tabulasi Data Sikklus 1... 258
Lampiran 24 Tabulasi Data Sikklus 2... 260
Lampiran 25 Tabel product... 263
Lampiran 26 Hasil Penelitian ... 265
(18)
xvi
Tabel 3.1 Peubah dan Instrumen Penelitian... 59
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keaktifan ... 60
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru ... 61
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I sebelum divalidasi... 62
Tabel.3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Sebelum Divalidasi ... 63
Tabel 3.6 Validitas Lembar Pengamatan Keaktifan ... 66
Tabel 3.7 Hasil Penilaian Validasi Silabus ... 67
Tabel 3.8 Hasil Penilaian Validasi RPP... 69
Tabel 3.9 Hasil Penilaian Validasi LKS ... 70
Tabel 3.10 Hasil Penilaian Validasi Bahan Ajar ... 71
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 1 ... 74
Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Setelah Validasi... 76
Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus 2 ... 76
Tabel 3.14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Setelah Validitas ... 78
Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Kesukaran Suatu Item ... 79
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Siklus 1 ... 79
Tabel 3.18 Koefisien Reliabilitas... 83
Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 1 ... 83
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 84
Tabel 3.21 Kriteria Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 86
Tabel 3.22 Kriteria Keaktifan ... 88
Tabel 4.1 Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 91
Tabel 4.2 Kondisi Awal Prestasi Belajar PKn Siswa tahun 2013/2014 ... 93
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 1 ... 99
Tabel 4.4 Nilai Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1... 101
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Keaktifan Akhir Siklus 2 ... 109
Tabel 4.6 Nilai Hasil Evaluasi Pada Siklus 2. ... 110
(19)
xvii
Gambar 2.1 Literatur Map Dalam Penelitian Yang Relevan ... 34
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Mc. Taggart ... 38
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 112
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Lulus KKM ... 113
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses kegiatan interaksi antara guru dengan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 5-7). Pendidikan mempunyai peran penting dalam pengembangan potensi diri pada setiap individu. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2013 Bab 1 pasal 1 yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (BSNP, 2006).
Proses pembelajaran di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Proses pembelajaran dikatakan baik jika kegiatannya dapat merangsang siswa dalam mengembangkan segala potensi dirinya untuk meraih prestasi. Kegiatan belajar tersebut dapat terwujud dengan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Utami (2010: 23) menjelaskan PAKEM adalah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dianggap efektif, karena dapat membentuk otonomi diri siswa. Proses pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara pendidik yang melaksanakan tugas pembelajaran siswa melaksanakan tugas belajar. Proses kegiatan belajar
(21)
mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran saja, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan saja tetapi juga dapat membentuk karakter siswa. Utami (2010: 66-68) mengemukakan tujuan pelajaran PKn adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya; dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Seorang siswa tidak hanya dibimbing untuk memiliki kualitas intelektual tetapi juga memiliki karakter-karakter masyarakat Indonesia yang demokratis dan dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya (Utami, 2010: 67).
Pelajaran PKn juga menuntut peran aktif siswa, karena pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan kuat. Hal ini ditunjukkan oleh kecenderungan heran dan kagum pada hal-hal yang baru dan menantang (Purnomo, 2006: 2). Keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn dapat diwujudkan dengan menerapkan pendekatan, model, atau metode belajar yang menarik dan inovatif dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan minat untuk belajar dalam diri siswa, yang
(22)
akan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Slameto (2010: 180), mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki minat yang tinggi dalam proses pembelajaran akan cenderung termotivasi dari dalam dirinya untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan antusias, sebaliknya apabila minat siswa dalam proses pembelajaran rendah akan ditunjukkan dengan perilaku yang mengarah pada hal-hal yang negatif, misalnya melamun, berbicara dengan teman, bercanda dengan teman, dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Keaktifan merupakan modal awal untuk mendorong siswa melakukan suatu kegiatan belajar.
Silberman (Widharyanto, 2002: 63) menjelaskan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered learning) adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan siswa banyak melakukan aktivitas, siswa menggunakan otaknya untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Ada beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa antara lain, model Group Investigation(GI), model jigsaw, dan model Cooperatif Integrated reading and Compostion (CIRC). Model Group Investigation(GI) merupakan model pembelajaran yang memerlukan norma dan struktur kelas yang yang mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar (Uno dan Mohamad, 2012: 109). Model jigsaw adalah model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar melalui kelompok, yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain dimana siswa tidak hanya mempelajari materi yang
(23)
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya, sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan(Uno dan Mohamad, 2012: 98).Model Cooperatif Integrated reading and Compostion (CIRC) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka, dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu tim dan saling membantu untuk tujuan bersama (Uno dan Mohamad, 2012: 115).
Masalah kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Hal tersebut menjadi dasar dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Solihatin (2007: 23) mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar dapat tercapai dengan baik.
Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 8 September 2014 dengan guru kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PKn. Guru dalam wawancara mengatakan adanya beberapa kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran PKn kelas 6. Guru kesulitan dalam mencari metode yang tepat, agar pembelajaran di kelas menjadi tidak membosankan dan siswa tidak cenderung menghafal saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru sebagai berikut: “Saya masih bingung untuk mencari metode yang tepat untuk mengajar materi-materi PKn. Anak-anak itu kalau
(24)
dijelaskan hanya diam, kalaupun aktif, bukan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Mereka malah ngomong sendiri.” (komunikasi pribadi, 8 September 2014).
Peneliti melakukan observasi di kelas 6 pada tanggal 27 Agustus 2014 adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan pada tanggal 19 Oktober 2014 untuk melihat kondisi awal keaktifan siswa. Hasil observasi pada tanggal 27 Agustus 2014 menunjukkan bahwa saat guru masuk kelas jam pelajaran PKn siswa banyak yang lari-lari dalam kelas atau teriak-teriak, ngobrol dengan temannya, dan saling lempar-lemparan kertas. Observasi juga menunjukkan bahwa siswa yang menjawab atau memberi tanggapan dari pertanyaan guru hanya siswa tertentu saja. Siswa juga tidak berinisiatif untuk mencatat materi, apabila guru tidak menyuruh. Hasil observasi pada tanggal 19 Oktober 2014 dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan lembar observasi presentasesiswa yang aktif adalah sebesar 30% dari 30 siswa.
Peneliti juga meminjam dokumen nilai PKn siswa pada semester gasal tahun 2013/2014 untuk melihat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh guru adalah 71. Dokumen nilai ulangan harian mata pelajaran PKn semester gasal tahun 2013/2014 yang diberikan oleh guru menunjukkan pada bahasan lembaga-lembaga negara dari 31 siswa yang dapat mencapai KKM hanya 13 siswa yang apabila dipresentasekan adalah 41, 94 %. Jadi, siswa yang masih di bawah KKM adalah 18 siswa atau 58,06 %.
(25)
Tindakan peneliti untuk mengatasi masalah keaktifan dan prestasi belajar PKn adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dan telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Utami (2010) dan Sari Astuti (2013).
Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa 6 SDN Gejayan Yogyakarta pada tahun ajaran 2014/2015. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dipilih karena di dalam pembelajaran dengan menggunakan tipe jigsaw, dapat meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya ingat, mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu), meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen, meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru, meningkatkan harga diri anak, meningkatkan penyesuaian sosial yang positif, dan meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong (Rusman, 2011: 219). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk menjawab masalah ini dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas 6 Di SDN Gejayan Yogyakarta.”
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas 6 mata pelajaran PKn pada KD 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai hasil amandemen UUD 1945 dan 2.3
(26)
Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawsebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.3.2 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat meningkatkan keaktifan belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.3.3 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mengetahui bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawuntuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.
1.4.2 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.
1.4.3 Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun 2014/2015.
(27)
1.5 Pemecahan Masalah
Rendahnya tingkat keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKN kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 akan diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
1.6.2 Bagi guru
Memperoleh wawasan baru bahwa melalui model pembelajaran koopertif tipe jigsaw dapat memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakan, sehingga mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan menantang.
1.6.3 Bagi siswa
Memperoleh pengalaman belajar pada materi lembaga-lembaga negara baik pusat maupun daerah dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
1.6.4 Bagi Pihak Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk menambah kualitas proses belajar mengajar.
(28)
1.6.5 Bagi Pihak Prodi
Menambah bahan bacaan terkait dengan pelakasanaan penelitian tindakan kelas terutama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas 6.
1.7 Batasan Pengertian
1.7.1 Keaktifan adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dengan ikut terlibat dalam pembelajaran, mau mengemukakan pendapat, dan juga bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
1.7.2 Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam bidang akademik yang bersifat kognitif, setelah melakukan kegiatan belajar dan hasilnya ditunjukan dalam bentuk nilai. 1.7.3 Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw adalah pembelajaran yang
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah dengan adanya pertukaran antar kelompok.
1.7.4 PKn adalah mata pelajaran yang yang diajarkan agar siswa berpartisipasi aktif dalam sekolah, masyarakat, dan keluarga, serta mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik, demokratis, menghargai perbedaan, dan kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
1.7.5 Siswa SD adalah siswa-siswi kelas 6 SDN Gejayan yang berjumlah 30 siswa yang terdiri atas 20 laki-laki dan 10 perempuan.
(29)
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II memaparkan mengenai kajian pustaka, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang dalam KBBI (2008: 31) mengandung arti giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan merupakan kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan siswa dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memahami materi pelajaran. Sardiman (2001: 98) mengungkapkan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Thorndike (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 45) mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”.
Keaktifan siswa akan terlihat bila metode pembelajaran yang digunakan berpusat pada siswa, pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran mendorong anak untuk dapat berpikir tingkat tinggi, pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi dengan sekitarnya, pembelajaran berpusat pada anak, pembelajaran menggunakan
(30)
media untuk membantu anak menjelaskan materi, dan pembelajaran mampu memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (Uno & Mohamad, 2011: 76).
Seorang guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang mengaktifkan siswa agar pembelajaran menjadi semakin bermakna. Pembelajaran dapat bermakna jika pengetahuan baru kita kaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi siswa agar dapat aktif berproses membangun pengetahuannya sendiri. Uraian pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa keaktifan merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yang bertujuan untuk menunjukan keingintahuannya terhadap sesuatu.
2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar
Uno dan Mohamad (2011: 33) menyebutkan ciri atau kadar dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu: 1) siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan, 2) adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa, 3) adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri, 4) adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 45) menjelaskan bahwa indikator keaktifan meliputi: 1) mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, 2) memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, 3) mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, 4) berdiskusi dalam kelompok, 5) melibatkan diri dalam proses tanya jawab, dan 6) terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran.
(31)
Rosdijati (2010: 9) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa yaitu: 1) memberikan motivasi dalam diri peserta didik, 2) siswa aktif dalam bertanya dan mempertanyakan, 3) siswa mengemukakan gagasan, 4) siswa berinteraksi dengan lingkungan, 5) keterlibatan guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Peneliti berdasarkan indikator-indikator yang telah dijelaskan oleh para ahli merumuskan indikator keaktifan dengan mempertimbangkan indikator yang dapat diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator-indikor di atas dapat dikategorikan menjadi 3 indikator pokok yaitu 1) mengemukakan pendapat, 2) keterlibatan dalam pembelajaran, 3) tanggung jawab terhadap tugas. Setiap masing-masing indikator memiliki penjelasan/penjabaran untuk memudahkan dalam proses pengamatan/observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan penelitian.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1Pengertian Belajar
Belajar adalah key term, “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (Syah, 2003: 59). Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dapat menimbulkan adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dihasilkan karena adanya respon yang diperkuat (Suparno, 2001: 2). Bloom (Suparno, 2001: 6) membagi belajar ke dalam tingkatan-tingkatan yang disebut sebagai ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembagian tingkatan-tingkatan dalam belajar tersebut sejalan dengan pengertian belajar menurut Dimyati (2009: 15) yaitu suatu
(32)
kegiatan individu yang menggunakan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Akibat belajar tersebut kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif semakin bertambah.
Slameto (2010: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam inetraksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut yaitu: terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan sementara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010: 2).
Belajar menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 14) merupakan proses kegiatan kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas, berasal dari stimulasi yang berasal dari lingkungannya dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa. Maka, belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kapasitas baru. Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa belajar merupakan suatu proses dimana pembelajar (siswa) harus mengalami, berbuat, mereaksi, dan melalui berbagai mata pelajaran yang berpusat pada tujuan tertentu yang bermakna dan dipengaruhi oleh pembawaan serta lingkungan, kemudian menghasilkan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, kecakapan, pemahaman, serta perubahan pada aspek-aspek yang
(33)
ada pada diri siswa. Perubahan tersebut terjadi secara sadar serta berkelanjutan yang bersifat aktif, positif, dan menetap.
2.1.2.2Pembelajaran
Pembelajaran menurut Jihad (20012: 18) adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukasi untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar, yang berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dan pendidik dalam rangka perubahan sikap. Komunikasi di sini didefinisikan sebagai proses dimana para siswa menciptakan dan saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai pertimbangan timbal balik. Pembelajaran yang efektif menurut Bloom (Suparno, 2001: 102) memiliki 4 komponen, yaitu adanya orientasi yang jelas dan menggugah, adanya keterlibatan siswa secara aktif, adanya proses penguatan, serta adanya umpan balik dan perbaikan.
2.1.2.3Cara Merancang Strategi Pembelajaran Aktif
Panduan DBE2 melalui program ALIS (Uno & Muhamad, 2012: 77) memuat beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru agar tercipta pembelajaran yang aktif meliputi (1) membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai, (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai
(34)
dengan konteks kehidupan nyata siswa, (3) secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajaran serta membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan, dan (4) menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal ini disebut penilaian otentik.
2.1.3 Prestasi Belajar
2.1.3.1Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Prestasi belajar menurut KBBI (2008: 895) memiliki dua makna yaitu: 1) penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru dan 2) kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu. Sudjana (2010: 34) merumuskan prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Djamarah (2011: 73) mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam mempelajari sebagian mata pelajaran. Hasil pencapaiannya berwujud anak didik yang secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan keterampilan teknologinya (Djamarah, 2011: 26). Berdasarkan berbagai uraian definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dalam penelitian
(35)
ini adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam suatu mata pelajaran secara mendalam, dan hasil pencapaiannya dapat berupa anak didik yang akan terbentuk watak dan kemampuan berpikirnya.
2.1.3.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mulyasa (2013: 190) menggolongkan faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.
Syah (2003: 132) mengemukakan secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a. Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar.
b. Kecerdasan, yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.
c. Minat, yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa senang.
d. Motivasi, yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.
2. Faktor eskternal
Faktor eksternal siswa yakni terdiri atas dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang paling
(36)
berpengaruh yaitu orangtua dan keluarga siswa sendiri, sedangkan faktor lingkungan non sosial antara lain gedung sekolah dan letaknya; rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya; alat-alat belajar; keadaan cuaca; dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal yang ada di luar diri siswa atau lingkungan sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar yang merupakan strategi dan metode belajar.
2.1.3.3Pengaruh Keaktifan Dalam Prestasi Belajar
Proses untuk mencapai suatu prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keaktifan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Solihatin (2007: 23) mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan baik. Siswa ketika hanya mendengar dan menerima pelajaran dari guru ada kecenderungan untuk melupakan pelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan lebih cepat lupa. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara dari seorang filosof Cina yang bernama Konfius yang mengatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham” (Zaini, 2008: XV). Jadi, aktivitas seperti mencatat, bertanya, berdiskusi, mengungkapkan
(37)
pendapat, mengerjakan tugas, dan mencari informasi sendiri dalam pembelajaran diperlukan agar materi yang dipelajari dapat mudah dipahami.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 240) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau sistem kecil, yaitu antara 4 sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sugiyanto (2010: 37) mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menurut Scott (Lie, 2007: 18) adalah suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dalam mengerjakan tugas.
Pembelajaran kooperatif menurut Solihatin (2007: 7) adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih anggota, dimana keberhasilan kerjasama dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri. Peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah.
(38)
2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2010: 206) menjelaskan karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1. Pembelajaran secara tim.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif.
` Manajemen yang telah kita pelajari mempunyai 3 fungsi, yaitu:
• Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
• Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
• Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.
3. Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan
(39)
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan bekerjasama.
Kemampuan kerjasama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim atau kelompok, dengan berdasarkan pada manajemen kooperatif, yaitu yang pertama dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, kedua menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, yang ketiga pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes, pembelajaran kooperatif berprinsip pada kebersamaan atau kerjasama, pembelajaran kooperatif menekankan keterampilan bekerjasama untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangkan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.1.4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif menurut Faridi & Harmianto (2011: 211), pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan
(40)
bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari.
2.1.4.4Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 247-248) yaitu:
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademi sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
(41)
6. Melalui Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil) 8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.1.5.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas pada tahun 1978 (Hamdayama, 2014: 87). Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zig zag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011: 217).
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya, sehingga
(42)
baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran tipe jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistik, karena teori belajar humanistik menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya (Hamdayama, 2014: 87).
Model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri atas beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang, sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri atas anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Di sini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe jigsaw adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya, para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan (Hamdayama, 2014: 88).
Model Jigsaw dipakai bila materi dikaji dalam bentuk narasi tertulis, misalnya pelajaran kajian-kajian sosial, sastra, dan beberapa bagian sains yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan bukan keterampilan (Uno &Mohamad, 2012: 110). Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
(43)
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model kooperatif tipe jigsaw membuat siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyamakan informasinya kepada kelompok lain (Hamdayama, 2014: 88).
2.1.5.2Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Hamdayama (2014: 88-89) menuliskan langkah-langkah pembelajaran jigsaw sebagai berikut.
a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.
b. Tiap orang dalam kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok. e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut. f. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.
(44)
h. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
Hal ini senada dengan pendapat Trianto (2009: 73) yang mengemukakan langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw, sebagai berikut.
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-6 orang). 2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang lain mempelajari tentang kulit, dan lainnya lagi mempelajari tentang hati.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar ke teman-temannya.
6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Jadi, dari langkah yang dikemukakan para ahli di atas, langkah-langkah yang akan dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan membentuk kelompok asal yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda; setiap anggota kelompok asal mempelajari sub materi yang berbeda
(45)
yang akan menjadi keahliannya, dan masing-masing mengerjakan tugasnya secara individual; masing-masing ahli sub materi yang sama dari kelompok yang berbeda bergabung untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli; anggota kelompok ahli mempelajari materi pelajaran yang menyangkut sub materi yang menjadi tanggung jawabnya; anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing dan menjelaskan kepada semua anggota kelompok asal serta menjawab pertanyaan-pertanyan serta yang mungkin muncul dari kelompok asal (hal ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal mendapat giliran); yang terakhir adalah pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
2.1.5.3Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Pengaruh positif tersebut menurut Rusman (2011: 219) adalah meningkatkan hasil belajar; meningkatkan daya ingat; dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen; meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru; meningkatkan harga diri anak; meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Model pembelajaran tipe jigsaw bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional menurut Hamdayama (2014: 89) memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
(46)
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
2.1.5.4Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran tipe jigsaw menurut Roy Killen (Hamdayama, 2014: 89-90) adalah sebagai berikut.
a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
b. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
c. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
d. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
e. Aplikasimodel ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa sangatlah sulit.
2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.1.5.1Pengertian PKn
Darmadi (2010: 7) mengemukakan bahwa kewarganegaraan dalam bahasa latin disebut “civis”, selanjutnya dari kata “civis” artinya mengenai warga negara atau kewarganegaraan. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang
(47)
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Indratno, 2009: Vii). Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.1.5.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Wahab dan Supriya (2011: 315) menyatakan sistem pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan PKn mengacu pada standar isi mata pelajaran PKn sebagaimana yang tercantum dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22/2006. Sunarso, dkk (2006: 5) mengemukakan tujuan mata pelajaran kewarganegaraan memberikan kompetensi sebagai berikut: berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(48)
2.1.5.3Ruang Lingkup PKn
Sunarso, dkk (2006: 7) mengemukakan ruang lingkup mata pelajaran PKn sebagai berikut: aspek sistem berbangsa dan bernegara yang dikelompokkan dalam sub aspek persatuan bangsa dan negara, nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum), hak asasi manusia, kebutuhan hidup warga negara, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, pancasila dan konstitusi negara, globalisasi.
2.1.5.4Kompetensi Dasar Yang Diteliti
Kompetensi dasar mata pelajaran PKn kelas 6 semester I pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP 2006), yaitu 1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari; 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada; 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah. Penelitian ini akan dibatasi dan fokus hanya pada KD 2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen; 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintahan pusat dan daerah.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Nasution (Djamarah, 2011: 123) mengungkapkan bahwa masa sekolah usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun
(49)
hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun, yang ditandai dengan siswa masuk ke sekolah dasar. Masa usia sekolah dianggap oleh Suyobroto (Djamarah, 2011: 124) sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah, yang dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu:
a. Masa kelas rendah sekolah dasar (kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun)
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:
• Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
• Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
• Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
• Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
• Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
• Pada masa usia ini (terutama umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (kira-kira umur 9 sampai 12 atau 13) Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut.
(50)
• Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membanding-bandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
• Amat realistis,ingin tahu, dan ingin belajar.
• Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
• Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya.
• Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama tanpa terikat dengan aturan tradisional tetapi dengan peraturannya sendiri.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Peneliti yang telah mengadakan penelitian meningkatkan prestasi belajar siswa antara lain adalah sebagai berikut.
Rahayu (2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa kelas IV SDN Pisang III Kabupaten Nganjuk. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV mata pelajaran PKn Kompetensi Dasar Globalisasi di SDN Pisang III Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK dengan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat
(51)
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pisang III Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk. Ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar secara kelompok pada siklus I ke siklus II naik 10%. Peningkatan hasil belajar siswa secara individu pada siklus I ke siklus II juga naik sebesar 60%.
Masriyah (2012) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA. Subjek penelitian ini yaitu 19 orang siswa kelas IV MI Ishlabul Anan Cakung Jakarta Timur tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada tiap siklus, siklus I hasil belajar siswa mencapai 6,42 (47,36%) siswa yang mencapai KKM dan meningkat pada siklus II menjadi 8,78 (94,73%) siswa yang mencapai KKM Mengalami peningkatan N-gain yaitu 0,33 yang berkategori sedang pada siklus I menjadi 0,73 yang berkategori tinggi pada siklus II.
Astuti (2013) dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Cooperative Learning Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan teknik deskriptif. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa melalui cooperative learning jigsaw dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar
(52)
siswa. Data awal menunjukkan jumlah presentase keaktifan belajar siswa sebelum diadakan penelitian adalah sebesar 60,00 %, jumlah tersebut dinilai belum memenuhi indikator keberhasilan. Pada siklus 1 presentase keaktifan siswa meningkat menjadi 73,125 %, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 93, 125 %. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, data yang diperoleh menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah 73,25 dengan ketuntasan belajar sebesar 59,375. Pada siklus 1 dan 2 mengalami peningkatan yakni pada siklus 1 rata-rata meningkat menjadi 76,56 dengan ketuntasan belajar sebesar 71,875 %, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 85,94 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,50 %.
Utami (2010) yang berjudul Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IV A Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2009/2010. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV A di SDN Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Setelah peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing siklus menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS secara keseluruhan sebesar 75 %, apabila dibandingkan kondisi awal sebesar 20,8 % terjadi peningkatan sebesar 54,2 %.
Keempat hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan tersebut memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini. Penelitian pertama dan kedua oleh Rahayu (2010) dan
(53)
Masriyah (2012) memiliki variabel yang sama yaitu tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ketiga dan keempat oleh Astuti (2013) dan Utami (2010) juga memiliki variabel yang sama yaitu tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keempat penelitian tersebut menjadi dasar penentuan tindakan dalam penelitian ini.Peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru yang berjudul Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI Di SDN Gejayan Yogyakarta. Kerangka berpikir penelitian yang relevan dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Literatur Map Dalam Penelitian Yang Relevan 2.3 Kerangka Berpikir
Belajar PKn bukan dilakukan dengan menghafal saja, tetapi dengan memahami pokok bahasan. Belajar PKn khususnya kompetensi dasar 2.2 mendeskripsikan lembaga-lembaga negara sesuai UUD 1945 hasil amandemen dan 2.3 mendiskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dengan
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS VI DI SDN GEJAYAN YOGYAKARTA
Utami (2010)
Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IV A
Dalam Pembelajaran IPS Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw Di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2009/2010 Astuti (2013)
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa
Melalui Cooperative Learning Jigsaw
Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen.
Rahayu (2010)
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa kelas IV SDN Pisang III Kabupaten Nganjuk.
Masriyah (2012)
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA
(54)
cara mengaktifkan siswa dengan menggunakan macam-macam model pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan dengan cara belajar bersama dengan teman-temannya atau belajar secara kelompok (cooperative learning).
Model pembelajaran secara berkelompok yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe jigsaw. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa yang akan disebut kelompok asal. Mereka harus saling bertukar informasi mengenai tema masing-masing, sehingga diharapkan para siswa dapat memahami materi ini secara utuh.
Tipe jigsaw ini diterapkan supaya siswa belajar untuk bertanggungjawab dengan materi yang diperoleh, percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya, dan dapat meningkatkan kemampuan sosialnya dalam berhubungan dengan kelompoknya atau antar kelompok. Belajar dalam kelompok dapat memunculkan rasa senang, perhatian pada materi yang dipelajari sehingga siswa akan cenderung aktif untuk mengikuti pembelajaran. Penerapan metode jigsaw diharapkan memberikan warna baru dalam proses belajar PKN di SDN Gejayan Yogyakarta. Penulis ingin menjelaskan dari gambaran di atas bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PKN. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa semakin siswa aktif mengeluarkan pemikiran, menganalisa masalah, dan menyimpulkan permasalahan, semakin baik prestasi belajarnya. Penerapan jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PKN siswa kelas 6 (enam) SDN Gejayan Yogyakarta.
(55)
2.4 Hipotesis Tindakan
2.4.5 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagaiupaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
2.4.6 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar PKn siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. 2.4.7 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III memaparkan mengenai jenis penelitian, setting penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal penelitian. 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dapat dimaknai sebagai sebagai suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut (Asmani, 2011: 33).
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan desain penelitian model Kemmis & Mc. Taggart. Kusumah dan Dwitagama (2010: 27) menyatakan bahwa model penelitian Kemmis & Mc. Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang pernah diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan karena merupakan tindakan yang tidak terpisah. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Tujuan menggunakan desain penelitian model ini adalah apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Skema
(57)
penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart (Kusumah dan Dwitagama, 2010:27) dapat lihat pada gambar 3.1
Siklus I Siklus 2
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & Mc. Taggart
Gambar 3.1 dapat dilihat ada empat tahap dalam setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahapan tindakan dan observasi menjadi satu tahapan karena kedua kegiatan itu dilakukan secara simultan. Maksudnya kedua kegiatan ini harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan, begitu pula pengamatan juga harus dilaksanakan (Pardjono dkk, 2007: 23). Adapun penjelasan dari langkah-langkah di atas adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Adapun uraian yang perlu dan harus dikemukakan adalah menyusun sebuah rancangan kegiatan, siswanya akan diapakan. Supaya perencanaan ini lengkap dan dipahami oleh semua siswa, guru membuat semacam panduan yang menggambarkan (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa
Refleksi
Pengamatan Perencanaan Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
(58)
lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana, ujudnya apa, (e) jika sudah selesai, apa tindak lanjutnya (Arikunto, 2010: 17). 2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat, dalam hal ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh peneliti. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa-siswi melaksanakan dengan penuh semangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu (Arikunto, 2010: 17).
3. Pengamatan
Pengamatan adalah kegiatan pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti melihat situasi penelitian (Kusumah dan Dwitagama, 2010: 66). Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat proses kegiatan pembelajaran dan menilai kemajuan belajar siswa dengan menggunakan format pengamatan. Format pengamatan merupakan hal yang sangat penting dan mutlak harus ada. Pengamat dalam PTK ada dua kemungkinan, yaitu (a) pengamat dilakukan oleh orang lainyang diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh guru, siswa, maupun peristiwanya, (b) pengamatan dilakukan oleh guru yang melaksanakan PTK.
(59)
4. Refleksi
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat di dalam observasi. Refleksi berguna untuk melihat kekurangan, hambatan, dan tercapai atau tidaknya target yang diinginkan. Refleksi juga digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran. Biasanya direalisasikan melalui diskusi sesama partisipan atau teman sejawat (Kusumah dan Dwitagama, 2010: 92).
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian adalah situasi, kondisi dan tempat dimana responden melakukan kegiatan secara alami yang dipandang sebagai analisis dalam penelitian (Pardjono dkk, 2007: 67). Setting penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.2.1 Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri Gejayan Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Anggajaya III Gejayan Desa Condongcatur Kecamatan Depok Kabupaten Sleman DIY.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 30 siswa kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri dari 10 siswa putri dan 20 siswa putra. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan karena beberapa hal, yaitu pertama berdasarkan hasil belajarnya terutama dalam pelajaran PKn, sehingga masih perlu ditingkatkan.
(60)
3.2.3 Obyek Penelitian
Obyek Penelitian ini adalah peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar dengan menggunakan teknik jigsaw pada mata pelajaran PKn materi lembaga-lembaga negara serta pemerintah pusat dan daerah di SDN Gejayan Yogyakarta.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015, yakni minggu ke empat bulan Oktober dan minggu pertama bulan November.
3.3 Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus 1 dan siklus 2. Peneliti melakukan beberapa langkah persiapan, rencana tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi sebelum melaksanakan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.
3.3.1 Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan permasalahan dan menentukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki permasalahan terkait pembelajaran siswa dalam kelas tersebut, dengan urutan sebagai berikut.
1. Peneliti meminta ijin terlebih dahulu dengan pihak sekolah untuk melakukan penelitian di kelas 6 SDN Gejayan Yogyakarta sebelum melakukan penelitian.
(61)
2. Peneliti melakukan observasi di kelas saat proses pembelajaran PKn berlangsung untuk mengamati karakteristik siswa saat belajar setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas tentang masalah yang ada dalam pembelajaran PKn dan meminta dokumen nilai PKn siswa dari 2 tahun yang lalu.
4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di kelas mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa.
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar PKn dalam materi lembaga-lembaga negara dan pemerintahan pusat dan daerah. Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan kelas sebagai berikut.
3.3.2.1Siklus 1
Siklus ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit.
a) Perencanaan
Peneliti mempersiapkan silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi, rubrik pengamatan keaktifan, menyiapkan kamera, mempersiapkan media pembelajaran dan membagi siswa dalam kelompok asal.
b) Pelaksanaan Pertemuan 1
(62)
Kegiatan Awal:
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, apersepsi, dan motivasi.
2. Guru menyampaikan SK dan KD, serta tujuan pembelajaran.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan Inti:
4. Menjelaskan garis besar lembaga-lembaga negara sebelum dan sesudah amandemen.
5. Membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa yang disebut kelompok asal.
6. Setiap kelompok mendapatkan sub materi lembaga-lembaga negara yang berbeda yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Kekuasaan Kehakiman, BPK.
7. Masing-masing anggota kelompok akan berpencar dengan siswa dari kelompok lain yang mempunyai materi yang sama untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
8. Siswa dalam kelompok ahli mencari dan memahami materi yang mereka dapat melalui diskusi. (eksplorasi)
9. Siswa mencatat poin-poin penting dari materi yang telah didiskusikan bersama dalam kelompok ahli. (Elaborasi).
(63)
11. Siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli. (Elaborasi)
12. Setiap kelompok mendapatkan bagan struktur lembaga-lembaga negara yang belum lengkap.
13. Siswa melengkapi bagan struktur lembaga-lembaga negara. (Elaborasi) 14. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi. (Konfirmasi)
15. Guru memberikan umpan balik positif terhadap hasil dari kelompok. (Konfirmasi)
Kegiatan penutup:
16. Siswa dan guru menarik kesimpulan dari materi pembelajaran yang sudah dibahas.
17. Evaluasi: siswa mengerjakan 5 soal uraian.
18. Salah satu siswa diminta untuk menceritakan proses pembelajaran yang sudah berlangsung.
19. Guru memberikan tindak lanjut agar siswa mempelajari tugas dan wewenang lembaga-lembaga negara untuk pertemuan berikutnya.
20. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa. 21. Siswa dan guru saling mengucapkan salam penutup. Pertemuan Kedua
Kegiatan awal:
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, apersepsi, dan motivasi.
(64)
2. Guru menyampaikan SK dan KD, serta tujuan pembelajaran.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan Inti:
4. Kelompok dibagi sama dengan yang sebelumnya.
5. Setiap kelompok mendapatkan sub materi lembaga-lembaga negara yang berbeda yaitu tugas dan wewenang MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Kekuasaan Kehakiman, dan BPK.
6. Siswa dari masing-masing kelompok akan berpencar dengan siswa dari kelompok lain yang mempunyai materi yang sama untuk membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
7. Siswa dalam kelompok ahli mencari dan memahami materi yang mereka dapat melalui diskusi. (eksplorasi)
8. Siswa mencatat poin-poin penting dari materi yang telah didiskusikan bersama dalam kelompok ahli. (Elaborasi).
9. Di dalam kelompok kelompok ahli siswa mengerjakan LKS. (Elaborasi). 10.Siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi
yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli. (Elaborasi)
11.Di dalam kelompok asal, siswa membuat sebuah ringkasan tentang tugas dan wewenang lembaga-lembaga negara. (Elaborasi)
12.Salah satu siswa dari masing-masing kelompok membacakan ringkasannya di depan kelas. (Konfirmasi)
(65)
13.Guru memberikan umpan balik positif terhadap hasil dari kelompok. (Konfirmasi)
Kegiatan penutup
14.Siswa dan guru menarik kesimpulan dari materi pembelajaran yang sudah dibahas.
15.Evaluasi: siswa mengerjakan 20 soal pilihan ganda.
16.Salah satu siswa diminta untuk menceritakan proses pembelajaran yang sudah berlangsung.
17.Guru menginformasikan kepada siswa agar mempelajari materi selanjutnya yaitu lembaga pemerintah pusat.
18.Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa. 19.Siswa dan guru saling mengucapkan salam penutup. c) Observasi
1. Mengobservasi keaktifan siswa dengan lembar pengamatan yang telah tersedia pada siklus 1.
2. Melaksanakan evaluasi atau tes untuk mengukur keberhasilan pada siklus 1. d) Refleksi
1. Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus 1, tentang apa yang berhasil, kendala, dan hambatan yang dihadapi siswa.
2. Membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
(1)
260 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
261 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
262 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
263 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
264 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
265
Lampiran 28 Foto-foto
Diskusi Kelompok Asal Nomor dada
Contoh Mind Map Diskusi Kelompok Ahli
Presentasi Mind Map
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI