63
9 Tusuk susun daun straight stich leaf
Gambar 10. Tusuk susun daun Zulkarnaen, 2008:9 10
Tusuk tulang daun leaf stitch
Gambar 11. Tusuk tulang daun Zulkarnaen, 2006:19 Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa macam-
macam tusuk sulam pita cukup banyak. Menurut Ir Savitri 2008:11 hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat sulam pita adalah saat
menarik pita pada tiap tusuk sulaman. Pita ditarik secara perlahan dengan memperhatikan posisi pita agar tidak melintir. Apabila
menggunakan jenis pita organdi, pastikan kita sudah menguasai jenis tusukan yang akan digunakan karena pita organdi sangat mudah rusak.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan diantaranya sebagai berikut:
64
1. Nofia Dendy Restiansari 2012 “Meningkatkan Kompetensi Menjahit
Busana Tailoring Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Di Smk N 2 Nganjuk”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran melalui model kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu siswa memahami materi serta adanya peningkatan kompetensi menjahit
busana tailoring yang dibuktikan dengan tidak adanya siswa yang mencapai nilai 70 dimana dalam peningkatan pencapaian kriteria
ketuntasan minimal KKM yang ditetapkan dengan empat kategori, yaitu pada kategori sangat baik:90-100, baik:80-89, cukup:70-79,
dan kurang:0-69.
2. Arianita 2009 “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Menyiapkan dan Mengolah Produk Cake di SMK IT AL Furqon Sanden Bantul Yogyakarta”. Hasil
penelitian menunjukkan 1 dilihat dari observasi pada kelas eksperimen sejumlah 72 siswa aktif dan 28 siswa pasif, sedangkan pada kelas
kontrol 16,7 siswa aktif dan 83,3 pasif; 2 Dilihat dari selisih rerata nilai post tes dengan pre tes diperoleh bahwa pada kelas eksperimen
mempuunyai selisih lebih besar yaitu sebesar 3,2 sedangkan pada kelas kontrol mempunyai selisih kecil yaitu 2,3; 3 Dilihat dari kategori skor
dapat diketahui bahwa nilai pre tes kelas eksperimen berkategori sedang dan pada nilai post tes berkategori baik, sedangkan pada metode ceramah
hasil pre tes sedang sedangkan nilai post tes berkategori sedang dan baik.
65
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw lebih efektif ddari pada metode ceramah.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran yamg menarik sangat diperlukan dalam proses belajar
mengajar, serta penggunaan model pembelajaran yang sesuai memiliki pengaruh yang baik terhadap pencapaian hasil belajarnya. Walaupun sudah
didapatkan hasil penelitian tersebut, namun penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam membuat hiasan busana dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum dikemukakan. Oleh sebab itu pada penelitian ini akan mengangkat judul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Dalam Membuat Hiasan Busana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
”. C.
Kerangka Berfikir
Sekolah menengah kejuruan SMK, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari proses kegiatan belajar mengajar yang mengisyaratkan tercapainya tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar
mengajar meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh
kecakapan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Sesuai kurikulum KTSP untuk sekolah menengah kejuruan program
keahlian tata busana, salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa adalah kompetensi membuat hiasan busana. Membuat hiasan busana terdiri dari dua
66
kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi hiasan busana dan membuat hiasan pada kain busana. Dalam pencapaian kompetensi membuat hiasan busana
dibutuhkan motivasi yang tinggi, karena pembuatan hiasan busana berkualitas diperlukan sikap belajar yang penuh perhatian, memiliki minat, tekun, teliti,
sabar, konsentrasi belajar tinggi, ulet menghadapi kesulitan, dan bertanggung jawab.
Motivasi merupakan sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Tanpa
motivasi, siswa tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang tinggi, siswa akan tertarik dan
terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan dengan berbagai strategi
positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu guru harus dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada siswa.
Dalam kenyataannya dilapangan, ditemukan bahwa pada pembelajaran membuat hiasan busana khususnya menghias busana dengan tangan, siswa
kurang aktif ketika pelajaran membuat hiasan busana, sikap siswa yang terkesan malas-malasan dalam mengerjakan tugas membuat hiasan busana,
siswa terlihat ramai, siswa berbicara dengan temannya ketika pelajaran membuat hiasan busana berlangsung, siswa malu untuk bertanya kepada guru
jika mengalami kesulitan, kurang terlihat adanya diskusi sehingga tidak ada kerja sama ketika pembelajaran membuat hiasan busana berlangsung serta
tugas tidak segera diselesaikan. Keadaan ini mengakibatkan kurang efektifnya
67
kegiatan pembelajaran. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat siswa lebih aktif dan tidak membosankan
yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran
kooperatif jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diyakini dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa kelas
XI Busana 2 di SMK Negeri 6 Yogyakarta yaitu rendahnya motivasi belajar siswa dalam membuat hiasan busana, karena model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab mengajarkan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.
Dengan adanya tanggung jawab mengajarkan materi kepada siswa lain, maka mendorong siswa untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan dorongan dan
kebutuhan belajar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi
pelajaran. Selain itu, motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif dikelas untuk meningkatkan baik pembelajaran kognitif, afektif, psikomotorik
dan prestasi belajarnya. Pada akhirnya melalui model pembelajaran
68
kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam membuat hiasan busana dan berdampak positif terhadap
keberhasilan belajarnya.
D. Hipotesis Tindakan