Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan secara
langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Setiap siswa memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi
pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang mengakibatkan siswa yang mulanya termotivasi untuk belajar pada
akhirnya menjadi terlihat bosan dalam pembelajaran 4
Afeksi Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-kecemasan,
kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan
belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong siswa untuk belajar keras. 5
Kompetensi Manusia pada dasarnya memilki keinginan untuk memperoleh kompetensi
dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Siswa secara
intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Apabila siswa mengetahui bahwa dia merasa
mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini dating dari kesadaran siswa bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang
telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri.
6 Penguatan
Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan dan meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku
seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Penggunaan penguatan yang lebih efektif, seperti penghargaan terhadap hasil
karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian dinyatakan sebagai variabel penting di dalam perancangan pembelajaran Anni, 2004.
2.4 Hakikat Pembelajaran Multiple Intelligences
Pemahaman mengenai kecerdasan di masyarakat kita masih terlalu sempit. Sebagian besar orang mengatakan bahwa anak dikatakan cerdas atau pandai apabila
nilai matematika atau bahasanya 8-10 skala 1-10 atau anak yang memiliki nilai tes IQ yang tinggi. Hal ini ditentang oleh seorang psikolog Harvard, Howard Gardner,
dia mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar dan membahas kemungkinan adanya kecerdasan yang kesembilan. Delapan kecerdasan
itu dikenal dengan Multiple Intelligences MI meliputi 1 kecerdasan linguistik, 2 kecerdasan matematis-logis, 3 kecerdasan spasial, 4 kecerdasan kinestetis-jasmani,
5 kecerdasan musikal, 6 kecerdasan interpersonal, 7 kecerdasan intrapersonal dan
8 kecerdasan naturalis Amstrong, 2004:2.
Adapun penjelasan kedelapan jenis kecerdasan di atas adalah sebagai
berikut:
1 Kecerdasan linguistik: kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik
atau makna bahasa, dan dimensi pragmatis atau kegunaan praktis dari bahasa. 2
Kecerdasan logis-matematis: kemampuan menggunakan angka secara efektif. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan-hubungan
yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi, dan abstraksi terkait lainnya. 3
Kecerdasan visual-spasial: kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur ini. Hal ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, mewakili ide-ide visual
atau spasial secara grafis, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam sebuah matriks spasial.
4 Kecerdasan kinestetik-tubuh: keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan kelincahan dalam menggunakan tangan seseorang untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.
Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan.
5 Kecerdasan musikal: kemampuan untuk merasakan, membedakan, menggubah,
dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada atau melodi, dan timbre atau warna nada dalam sepotong
musik.
6 Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami dan membuat
perbedaan-perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah,
suara, dan gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat interpersonal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat
tersebut dalam beberapa cara pragmatis. 7
Kecerdasan intrapersonal: pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki
gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan untuk
mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri. 8
Kecerdasan naturalis: keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan berbagai spesies flora dan fauna. Hal ini mencakup kepekaan terhadap fenomena
alam lainnya, dan dalam kasus yang tumbuh di lingkungan perkotaan, kemampuan untuk membedakan benda-benda mati seperti mobil, sepatu, dan
sampul CD. Armstrong, 2013 Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences MI pada praktiknya adalah
memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang telah ditentukan oleh
sekolah atau lembaga. Dengan demikian, dalam praktik pembelajaran di sekolah sudah selayaknya seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan Multiple
Intelligences yang dimiliki oleh setiap siswa.