klasikal atau ketuntasan belajar kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu mencapai KKM dengan proporsi tiga perempat dari jumlah seluruh peserta didik yang
ada di kelas tersebut. Proporsi ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan rumus berikut:
Proporsi ketuntasan belajar klasikal=
Keterangan: ∑sb : jumlah siswa yang tuntas belajar
∑k : jumlah siswa keseluruhan
d Pengukuran motivasi belajar siswa
Penilaian motivasi belajar siswa menggunakan lembar angket yang terdiri dari 33 butir, skor minimumnya adalah 33 dan skor maksimumnya adalah 132. Data hasil
pengukuran motivasi belajar siswa dianalisis dengan statistik deskriptif proporsi yang dikategorikan sebagai berikut:
motivasi sangat tinggi : proporsi 112132 - 132132
motivasi tinggi : proporsi 93132 - 111132
motivasi sedang : proporsi 73132 - 92132
motivasi rendah : proporsi 54132 - 72132
motivasi sangat rendah : proporsi 33132 - 53132 Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan hasil
analisis angket motivasi awal sebelum pembelajaran dan angket motivasi akhir setelah pembelajaran, apabila motivasi belajar siswa setelah pembelajaran lebih besar
dibandingkan dengan sebelum pembelajaran maka diasumsikan penerapan pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dapat meningkatkan motivasi
siswa.
e Pengujian terhadap peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa
Untuk mengetahui taraf signifikansi peningkatan hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor, dan motivasi belajar siswa digunakan rumus:
g = Hake, 1999
Keterangan: g
: besar faktor g Sf
: skor rata-rata siklus akhir final Si
: skor rata-rata siklus awal initial Adapun besar faktor g dikategorikan sebagai berikut:
g0,7 : peningkatan tinggi
0,3≤g≤0,7 : peningkatan sedang
g 0,3 : peningkatan rendah
f Penghitungan angket tanggapan siswa
Angket tanggapan siswa terdiri dari 10 butir yang diberikan kepada 36 responden siswa kelas X.1, skor minimumnya adalah 36 dan skor maksimumnya adalah 108.
Data hasil tanggapan siswa mengenai pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan proporsi dilambangkan N adalah
sebagai berikut:
N =
Dengan kriteria: Sangat Setuju
: proporsi 94108 – 108108
Setuju : proporsi 80108
– 93108
Relatif Setuju : proporsi 65108
– 79108 Tidak Setuju
: proporsi 51108 – 64108
Sangat Tidak Setuju : proporsi 36108 – 50108
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 01 April – 20 Mei 2014 di SMA
Teuku Umar Semarang. Penelitian ini terbagi menjadi 3 siklus, siklus pertama mencakup materi awal mengenai hidrokarbon, yakni pengertian senyawa
hidrokarbon, kekhasan atom karbon, identifikasi atom C dan H pada senyawa karbon, dan jenis-jenis atom karbon berdasarkan letak ikatannya. Selanjutnya siklus kedua
mencakup materi jenis senyawa hidrokarbon berdasarkan jenis ikatannya, alkana, alkena, dan alkuna, serta isomer struktur dan isomer geometri. Adapun materi pada
siklus ketiga meliputi hubungan titik didih senyawa hidrokarbon dengan massa relatif dan strukturnya, sifat fisik alkana, alkena, dan alkuna, penggunaan senyawa
hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari, dan reaksi sederhana pada senyawa alkana, alkena, dan alkuna.
Hasil penelitian ini meliputi hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor, dan pengukuran motivasi siswa pada pembelajaran Multiple
Intelligences bervisi SETS pokok materi Hidrokarbon.
4.1.1 Hasil Analisis Keadaan Awal
Kondisi awal subjek penelitian diperoleh melalui observasi terhadap pembelajaran kimia di kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang selama 3 bulan. Selain
itu dilakukan juga wawancara dan penyebaran angket kepada siswa dan guru bidang
studi kimia. Berdasarkan hasil observasi lapangan diperoleh data bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia cukup rendah, adapun aktivitas yang
dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran adalah bermain ponsel, mendengarkan musik dengan menggunakan headset, tidur, dan berbicara dengan
teman sebangku yang tidak ada hubungannya dengan materi pembelajaran. Aktivitas tersebut dilakukan oleh 24 dari 36 siswa di kelas X.1. Metode yang dipakai guru
dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah berulang dengan menggunakan media papan tulis, sedangkan bahan ajar yang dipakai bersumber dari LKS yang
dimiliki oleh siswa. Hasil wawancara dengan guru kimia kelas X.1 SMA Teuku Umar Semarang
menyatakan bahwa guru kimia mengalami kesulitan dalam menghadapi kelas X.1. Siswa sering tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak disiplin dalam mengerjakan
dan mengumpulkan tugas, motivasi belajar dan aktivitas siswa yang rendah, serta banyaknya siswa yang sering mengganggu teman yang lainnya. Adapun upaya yang
telah dilakukan oleh guru dalam menghadapi siswa yang bersangkutan adalah menegur, memberi nasihat, memberikan sanksi, sampai mengeluarkan siswa yang
bersangutan dari kelas agar tidak mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Adapun hasil belajar kognitif siswa pada ulangan harian terpadu mata pelajaran kimia kelas X.1 tahun ajaran 20132014 pada pokok materi struktur atom
menunjukkan siswa kelas X.1 tidak memenuhi ketuntasan klasikal, yaitu sebanyak 33
dari 36 siswa tidak memenuhi ketuntasan minimal yang dibebankan oleh sekolah. Adapun ketuntasan minimal yang dibebankan oleh sekolah yaitu 70.
Hasil angket yang diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa siswa kesulitan memahami materi kimia dikarenakan materinya sulit, susah dipahami,
banyak rumus dan hafalan, tidak hafal Tabel periodik unsur, serta masih bingung mengenai tata nama. Hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar materi
Hidrokarbon, karena tata nama dan hafalan akan banyak dijumpai pada materi hidrokarbon.
Berdasarkan analisis motivasi belajar siswa sebelum pembelajaran Multiple Intelligences bervisi SETS, diperoleh rata-rata proporsi skor 86132 dengan kategori
sedang. Selanjutnya dilakukan diagnosis Multiple Intelligences siswa melalui pengisisan lembar tes Multiple Intelligences. Lembar tes yang dipakai mengacu pada
model Thomas Armstrong dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Multipel di dalam Kelas yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Diagnosis ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kecerdasan dominan yang dimiliki oleh siswa kelas X.1 sebagai bahan pertimbangan untuk merancang pembelajaran. Berdasarkan diagnosis
Multiple Intelligences yang telah dilakukan, kecerdasan menonjol yang dimiliki oleh siswa kelas X.1 diantaranya kecerdasan linguistik dimiliki oleh 24 siswa, kecerdasan
logis-matematis dimiliki oleh 29 siswa, kecerdasan visual-spasial dimiliki oleh 19 siswa, kecerdasan kinestetik-tubuh dimiliki oleh 31 siswa, kecerdasan musikal
dimiliki oleh 29 siswa, kecerdasan interpersonal dimiliki oleh 28 siswa, kecerdasan intrapersonal dimiliki oleh 28 siswa, dan kecerdasan naturalis dimiliki oleh 18 siswa.