Hasil Belajar Siswa Pembahasan
kemandirian belajar, rasa percaya diri dan kecerdasan logis matematis siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa Suhendri, 2012.
Hasil berbeda terlihat pada hasil belajar afektif dan psikomotor. Hasil belajar afektif siswa menunjukkan adanya peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua,
dan dari siklus kedua ke siklus ketiga dengan besarnya peningkatan masing-masing sebesar 0,3 dan 0,53 dengan kategori sedang. Adapun rata-rata hasil belajar afektif
pada siklus pertama memberikan hasil 71 dengan proporsi ketuntasan kelas dua puluh satu per tiga puluh enam. Siklus kedua memberikan rata-rata 75 dengan proporsi
ketuntasan kelas tiga puluh dua per tiga puluh enam. Sedangkan siklus ketiga memberikan rata-rata 79 dengan proporsi ketuntasan kelas tiga puluh enam per tiga
puluh enam. Dengan demikian pada akhir siklus ketiga hasil belajar afektif sudah melampaui target yang ditetapkan, yakni ketuntasan klasikal dengan proporsi tiga
perempat. Adapun rata-rata hasil belajar psikomotor pada siklus pertama memberikan
rata-rata 52 dengan proporsi ketuntasan dua belas per tiga puluh enam. Pada siklus kedua memberikan rata-rata 76 dengan proporsi ketuntasan tiga puluh lima per tiga
puluh enam. Sedangkan pada siklus ketiga memberikan rata-rata 78 dengan proporsi ketuntasan tiga puluh empat per tiga puluh enam. Dengan demikian pada akhir siklus
ketiga hasil belajar psikomotor sudah melampaui target yang ditetapkan, yakni ketuntasan klasikal dengan proporsi tiga perempat. Merujuk pada gambar 4.1
mengenai kecenderungan Multiple Intelligences siswa kelas X.1 terlihat bahwa sebanyak 31 siswa mempunyai kecerdasan kinestetik-tubuh menonjol, sehingga
penggunaan strategi praktikum sangat tepat untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.
Pada pelaksanaan praktikum siswa dikelompokkan sesuai dengan kecerdasan yang menonjol yang dimiliki masing-masing siswa, hal ini dimaksudkan untuk
melatih kerjasama yang baik dalam satu kelompok sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Hartono 2013 mengenai
penggunaan strategi praktikum pada pembelajaran Multiple Intelligences memberikan kesimpulan bahwa peningkatan keterampilan proses sains siswa kelompok
eksperimen dengan pendekatan Multiple Intelligences dalam metode praktikum lebih tinggi dari kelompok kontrol yang menggunakan praktikum dengan pembagian
kelompok secara acak. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis Multiple
Intelligences dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, memberikan respon positif terhadap pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa Wulandari, 2012.
Selain itu, pembelajaran Multiple Intelligences berpengaruh terhadap sikap dan hasil belajar kimia siswa dengan korelasi positif sebesar 0,522 dengan kategori korelasi
sedang Safitri, 2013. Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda dan memiliki gaya belajar
yang berbeda dalam memproses informasi dalam rangka memperoleh hasil belajar yang optimal. Kemampuan untuk dapat memproses informasi tersebut membutuhkan
kemampuan konsentrasi pada siswa tersebut. Dengan mengoptimalkan penggunaan modalitas belajar siswa melalui metode belajar dan pembelajaran yang bervariasi
diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi siswa. Dilain pihak, siswa juga dapat memperoleh pengalaman belajar yang menarik sehingga dapat meningkatkan peran,
motivasi, dan hasil belajarnya Susanto, 2006. Berdasarkan analisis ini dapat dikatakan bahwa penyamaan tes kognitif yang
diberlakukan kepada siswa untuk mengukur kemampuan kognitif tidak dapat mewakili kemampuan siswa yang sesungguhnya dikarenakan kemajemukan
kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil tugas-tugas yang diberikan oleh siswa berdasarkan kelompok kecerdasan yang
menonjol, misalnya pada kelompok kecerdasan musikal, guru memberikan tugas untuk membuat lagu gubahan hidrokarbon seperti yang pernah dicontohkan pada
pertemuan di siklus kedua. Kemudian merekamnya dan membuat video klip, hasil
yang diperoleh cukup baik.
Sedangkan kelompok siswa dengan kecerdasan visual-spasial yang menonjol ditugaskan untuk membuat lukisan mengenai hidrokarbon dan peta reaksi yang
pernah dibuat pada pertemuan siklus ketiga. Kelompok siswa dengan kecerdasan kinestetik ditugaskan untuk melakukan praktik pembuatan lilin hias untuk nantinya
dipasarkan kepada masyarakat, baik langsung maupun melalui media online. Kelompok siswa dengan kecerdasan linguistik ditugaskan untuk membuat naskah
drama yang menceritakan mengenai senyawa hidrokarbon yang nantinya akan dipentaskan oleh siswa dengan kelompok kecerdasan kinestetik. Hasil-hasil pekerjaan
siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 30.
Beberapa siswa kelas X.1 dengan kecerdasan musikal menonjol ikut bergabung dengan grup band sekolah, mengikuti kontes dangdut yang
diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi, dan menjadi penyanyi panggilan di acara-acara tertentu, selanjutnya untuk kelompok siswa dengan kecerdaan kinestetik
yang menonjol mengikuti klub futsal dan sering mengikuti kejuaraan futsal, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paskibra, voli, dan basket. Sedangkan untuk
kelompok siswa dengan kecerdasan visual spasial yang menonjol mengikuti ekstrakurikuler seni lukis.
Pengembangan kompetensi siswa dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang relevan dengan Multiple Intelligences menonjol yang dimiliki oleh siswa.
Keragaman kegiatan non-intrakurikuler berdampak positif terhadap prestasi belajar jika suatu kegiatan relevan dengan mata pelajaran tertentu Siskandar, 2008.