minat dan kebutuhan siswa, 3 seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa dapat bertahan lebih lama, 4 pembelajaran
terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan anak, 5 pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan bersifat pragmatis bermanfaat sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui oleh siswa, 6 pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke arah belajar yang dinamis, optimal dan
tepat guna. 7 pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi komunikasi, dan respek terhadap
gagasan orang lain, 8 membangkitkan motivasi belajar siswa serta memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar.
Kelebihan model CIRC juga dikemukakan oleh Slavin 2010:202-204 antara lain: 1 Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC amat tepat untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran, 2 dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, 3 siswa termotivasi pada hasil secara teliti,
karena bekerja dalam kelompok, 4 para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaan, 5 embantu siswa yang lemah dalam memahami tugas
yang diberikan, dan 6 meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.
2.2.3.9 Kelemahan Model Cooperative Integreted Reading and Composition
CIRC
Model Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC juga memiliki kekurangan, antara lain:
1 Membutuhkan banyak waktu.
2 Persiapan yang perlu dilakukan guru yang akan menggunakan model
pembelajaran kooperatif cukup rumit. 3
Pengelolaan kelas dan pengorganisasian siswa lebih sulit.
2.2.3.10 Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC dalam Pendekatan Saintifik
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Isjoni 2009:73 adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran
ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Keduanya mengemukakan 4 empat kelompok model pembelajaran, yaitu: 1 model interaksi sosial; 2 model
pengolahan informasi; 3 model personal-humanistik; dan 4 model modifikasi tingkah laku. Mengutip pendapat Bruce Joyce dan Marsha Weil model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Menurut Sanjaya 2008:127 pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Sedangkan menurut Killen dan Roy dalam Rusman, 2012:381 dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa student centered approach dan 2
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru teacher centered approach.
Pendekatan ilmiah scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa student centered approach. Di dalam
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah scientific, siswa mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat
dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat
konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, siswa telah, sedang, danatau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah scientific. Proses pembelajaran
saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah scientific
dilakukan dengan lima langkah pembelajaran yaitu tahap mengamati, bertanya, mencoba, melakukan asosiasi, dan mengkomunikasikan. Kelima tahapan ini
dipandang mampu menyampaikan siswa mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan melakukan.
Menurut Arends dalam Suprijono: 2009, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Begitu pula dengan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compotition CIRC yang mengacu pada
pendekatan ilmiah scientific dan digunakan dalam penelitian ini. Model pembelajaran CIRC merupakan salah satu pembelajaran membaca kooperatif
terpadu yang mengacu pada pemahaman bacaan siswa. Relevansi model CIRC dengan pendekatan ilmiah scientific yakni, model pembelajaran ini berpusat
pada siswa. Tahap-tahap yang dilakukan dalam model CIRC yang mengacu pada pendekatan ilmiah scientific dikolaborasikan untuk memaksimalkan tujuan
pembelajaran. Hal ini dilakukan karena ada beberapa tahapan yang ada pada model CIRC tidak terdapat dalam pendekatan ilmiah scientific, sehingga
diharapkan kolaborasi antara model CIRC dengan pendekatan ilmiah scientific dapat mencapai tujuan pembelajaran secara baik dan maksimal. Selain tahapan,
kolaborasi dilakukan dari segi lingkungan pembelajaran. Lingkungan pembelajaran dirancang berdasarkan tujuan pembelajaran CIRC yang mengacu
pada pendekatanilmiah scientific, yaitu menghasilkan lingkungan pembelajaran yang aktif dimana siswa benar-benar dapat mengkonstruksikan pengetahuan bagi
dirinya yang bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas,
dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Selanjutnya adalah kolaborasi dari segi pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas diatur berdasarkan urutan atau tahapan
kegiatan pada pengaturan suatu kelompok dan pengaturan kegiatan siswa sebagai anggota suatu kelompok.
2.2.3.11 Implementasi Model