Dampak Penggunaan Pestisida terhadap Petani

62 Kenyataan di lapangan menunjukan banyak petani melakukan kebiasaan buruk dalam menangani pestisida, seperti merokok pada saat menyemprot, mencuci tangki alat semprot di saluran air sawah, menggunakan pestisida tidak sesuai dosis , tidak memakai alat pelindung dan membuang bekas wadah pestisida sembarangan. Pada umumnya petani hanya memperhatikan masalah pengendalian OPT Organisme Pengganggu Tanaman yang menyerang tanaman saja, sehingga keselamatan kerja pada petani itu sendiri dan pencemaran lingkungan terabaikan.

5.10. Data Kesehatan

Pada umumnya petani responden atau sekitar 46,8 mengalami gangguan kesehatan setelah melakukan kegiatan penyemprotan pestisida, tetapi hanya 4 saja anggota keluarga lain yang mengalami gangguan serupa. Data gangguan kesehatan petani dan keluarganya secara rinci tertera pada Tabel 28. Tabel 28. Gangguan kesehatan petani dan anggota keluarga Gangguan kesehatan Petani responden Anggota keluarga ? ? ya 37 46,8 4 5,1 kadang-kadang 35 44,3 6 7,6 tidak 7 8,9 69 87,3 Gangguan kesehatan yang banyak diderita petani setelah melakukan kegiatan penyemprotan antara lain pusing, mual, mata perih, dan wajah terasa kaku, yang merupakan gejala-gejala keracunan pestisida. Pestisida merupakan racun yang berbahaya bagi manusia, walaupun dampak keracunan pestisida ini baru terlihat dalam jangka panjang.

5.10.1. Dampak Penggunaan Pestisida terhadap Petani

Penggunaan pestisida oleh petani secara langsung ataupun tidak langsung memberikan dampak terhadap kesehatan. Keracunan pestisid a organofosfat dan karbamat dapat menurunkan aktivitas enzim asetilkolinesterase AChE pada tingkat tertentu sesuai dengan tingkat keracunan nya. Tingkat keracunan pestisida pada petani di tiga desa secara rinci tertera pada Tabel 29. 63 Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengacam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Kerusakan akibat pestisida jenis ini lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini lebih peka tehadap sinar matahari dan tidak mudah terurai Sa’id, 1994. Pestisida organofosfat mempengaruhi fungsi normal sistem saraf dengan cara yang rumit dan pada akhirnya mempengaruhi sistem pernapasan dan sirkulas, menyebabkan kekejangan otot dan kelumpuhan. Beberapa organofosfat merangsang timbulnya efek neurotoksik yang menyerupai efek kecanduan alkohol, diabetes atau berbagai kecanduan obat-obatan Kusnoputranto, 1995. Tabel 29. Tingkat keracunan petani akibat penggunaan pestisida No. Nama Desa Jumlah Tingkat keracunan Normal petani ringan sedang berat ? ? ? ? 1. Sisalam 28 5 17,86 3 10,71 0 0 20 69,23 2. Jagalempeni 25 6 24,00 0 0 0 0 19 76,00 3. Kedunguter 26 5 19,23 0 0 0 0 21 80,77 Berdasarkan penelitian tingkat keracunan pestisida pada petani di tiga desa penggunaan pestisida tinggi, yaitu di Desa Sisalam petani yang menderita keracunan ringan KR sebanyak 5 orang 17,86 dan keracunan sedang KS sebanyak 3 orang 10,71 . Sedangkan Desa Jagalempeni sebanyak 6 orang 24,00 yan g menderita keracunan ringan, serta di Desa Kedung Uter sebanyak 5 orang 19,23 menderita keracuanan ringan. Menurut Departemen Kesehatan 1992 batasan untuk kriteria keracunan jika kadar kolinesterase kurang dari 25 dinyatakan keracunan berat , keracunan sedang 25 - 50 dari normal serta keracunan ringan 50 - 75 . Untuk kondisi normal jika kadar kolinesterase 75 - 100 dari normal. Dampak pestisida secara langsung yang tampak pada petani atau pekerja adalah terjadinya kekejangan otot sampai dengan pingsan di lapangan apabila paparan pestisida terlalu tinggi Sugihardjo, 1973. Tindakan yang harus diambil jika menderita keracunan ringan KR dengan mengistirahatkan petani selama 2 64 minggu, kemudian diulangi pemeriksaan kesehatan. Untuk keracunan sedang KS, petani tidak boleh bekerja dengan pestisida golongan apapun dan dirujuk ke dokter, sedangkan untuk keracunan berat KB tidak boleh bekerja sama sekali serta harus diperiksa dan dirawat dokter Supardi, 2003. Pestisida dapat meracuni manusia atau hewan melalui kulit, mulut, pernapasan dan melalui mata. Menurut Wudianto 1990 keracunan pestisida dapat dibedakan berdasarkan jumlah pestisida yang masuk ke dalam tubuh. Jika masuk ke dalam tubuh sekaligus dengan dosis tertentu diseb ut keracuanan akut. Jika masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil dan berangsur-angsur disebut keracunan kronis. Insektisida organofosfat umumnya tidak bersifat karsinogenik, kecuali senyawa yang mengandung halogen misalnya tetraklorvinfos Frank, 1995. Pestisida yang mempunyai efek teratogen adalah fungisida ditiokarbamat WHO, 1974. Selain itu kaptan, folpet, parakuat, benomil dan tiabendazol juga memiliki efek teratogen, tetapi penemuan ini membutuhkan penegasan Murphy, 1986. Dampak kesehatan pada petani dengan timbulnya keracunan akibat petani tidak mengikuti proseduraturan yang benar, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri, mengabaikan arah angin, menggunakan pestisida tidak sesuai dosis dan sebagainya.. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung, mata dan pori-pori kulit. Untuk itu petani seharusnya menggunakan baju pelindung, sarung tangan, sepatu boot dan masker pada saat penyemprotan. Namun selama ini kebiasaan petani masih buruk, petani beranggapan sudah terbiasa dan kebal, tanpa mengingat bahaya pestisida yang setiap saat mengacam keselamatannya dan lingkungan.

5.10.2. Dampak Penggunaan Pestisida terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Asetilkolinesterase AChE.