.2. Faktor Tidak Spesifik Asetilkolinesterase

18 makan, minum dan merokok. Selain itu juga terjadi pada saat melakukan penyemprotan sambil merokok .

2.8. Faktor yang Mempengaruhi Masuknya Pestisida ke dalam Tubuh

2.8.1. Faktor Spesifik

Tingkat keracunan pekerja atau petani yang menggunakan organofosfat tergantung beberapa faktor seperti absorbsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi Gan, 1981. 1. Absorbsi Sifat abso rbsi sangat penting dan menentukan efek dari insketisida. Sifat ini dipengaruhi oleh sifat fisik, kimiawi, bentuk dan dosis insektisida yang digunakan, juga luas permukaan kontak dan tempat absorbsi. 2. Distribusi Insektisida setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan. Molekul insektisida mudah melintasi membrane sel akan mencapai seluruh cairan tubuh. 3. Biotranformasi Pada umumnya biotransformasi insektisida terjadi oleh enzim hati. Reaksi biokimia yang terjadi pada proses biotransformasi dapat dibagi dalam reaksi sintetik dan non sintetik. 4. Ekskresi Insektisida dapat dikeluarkan dari badan dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau bentuk asalnya. Ekskresi umumnya terjadi melalui urin dan tinja.

2.8 .2. Faktor Tidak Spesifik

Faktor tidak spesifik atau tidak langsung yang mempengaruhi kandungan kolinesterase adalah lingkungan, jumlah pemaparan, alat pelindung dan kepekaan tubuh. 1. Lingkungan a. Tempat bekerja 19 Jika melakukan penyemprotan di dalam gedung indoor spraying kemungkinkan kulit terpapar paling banyak , dan penyemprotan di luar gedung outdoor spraying, pada saat angin kencang penyemprotan harus dihentikan atau penyemprotan dikerjakan menurut arah angin, sehingga kabut semprot tidak ke arah badan. b. Cuaca - Suhu Jika melakukan penyemprotan dalam gedung sebaiknya yang mempunyai ventilasi dan suhu yang sama. Suhu yang diharapkan optimum berkisar antara 24 o C-30 o C WHO, 1974. - Kelembaban Dalam gedungruangan kelembaban diharapkan antara 50 -70 . Jika udara lembab insektisida relatif mudah melekat pada kulit. - Arah angin Penyemprotan yang dilakukan di luar gedung out door spraying, seperti daerah pertanian dan perkebunan sesuai dengan arah angin. Arah angin potensial mengembalikan titik cairan ke tubuh penyemprot, terutama insektisida berbentuk aerosol. 2. Jumlah Pemaparan Dalam menentukan jumlah pemaparan terdapat dua unsur penting yaitu waktu dan konsentrasi. Penyemprot terpapar maksimum 8 jamhari dan bekerja setiap minggu melebihi 5 hariminggu. Konsentr asi insektisida yang digunakan dalam gram per liter. 3. Alat Pelindung Untuk mengurangi pemaparan insektisida perlu menggunakan alat pelindung saat melakukan penyemprotan seperti baju lengan panjang, sarung tangan, masker, sepatu, tutup muka, dan kaca mata. 20 4. Kepekaan Tubuh Daya tahan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, keadaan kesehatan, keturunan dan alat penyemprot yang digunakan.

2.9. Asetilkolinesterase

. Kolinesterase adalah enzim, suatu bentuk dari katalis biologik , yang di dalam jaringan tubuh berperan menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan sel-sel saraf bekerja secara terorganisir dan harmonis DepKes, 1992. Enzim kolinesterase merupakan suatu enzim yang mengkatalisis hidrolisis kolinester Bhabayan, 1974 ; Champbell and Smith, 1988. Enzim kolinesterase ini melakukan peniadaan keaktifan asetilkolin setelah berakhir dalam menghantarkan rangsangan, akibatnya akan terjadi penimbunan asetilkolin pada sambungan saraf efektor sehingga kehilangan sama sekali koordinasi otot yang menyebabkan kematian melalui proses berhentinya napas. Menurut Jacob et al 1990 dua tipe kolinesterase yang dijumpai dalam darah yaitu : - “true” cholinesteraseacethylcholinesterase dalam sel darah merah. - “pseudocholinesterase” acythylcholine acylhydrolase pada serumplasma. Asetilkolinesterase dalam butirsel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan pseudokolinesterase. Keduanya merupakan indikator, plasma dipakai sedikit penurunannya bila kontak dengan organo fosfat meskipun dalam jumlah sedikit WHO, 1986. Kadar kolinesterase untuk laki- laki dewasa berbeda dengan kadar kolinesterase perempuan dewasa. Dalam keadaan normal kadar kolinesterase laki-laki dewasa 2,3 – 7,4 µml 25 o C, sedangkan perempuan dewasa 2,0 – 6, 7 µml 25 o C Merk, 1977 dalam Wiyono, 1981. Hambatan pada kolinesterase akan menyebabkan terjadinya penumpukan asetilko lin sehingga dapat menimbulkan efek muskarinik, nikotinik maupun menurunnya fungsi saraf pusat dan berakibat fatal. Kadar kolinesterase merupakan petanda biologis biomarker terjadinya keracunan senyawa golongan organofosfat dan karbamat. 21

2.9 .1. Metabolisme Asetilkolin