13
2.5. Pengendalian Hama Terpadu PHT.
Pengendalian Hama Terpadu PHT atau Integreted Pest Management IPM merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan atau
tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan organisme pengganggu tanaman OPT dan men gurangi bahaya yang ditimbulkannya
terhadap manusia, tanaman dan lingkungan.Novizan, 2002. Menurut Oka 2005 tujuan PHT meliputi :
1. Mementapkan hasil dalam taraf yang telah dicapai oleh teknologi
pertanian maju. 2.
Mempertahankan kelestarian lingkungan. 3.
Melindungi kesehatan produsen dan konsumen 4.
Meningkatkan efisiensi masukan dalam berproduksi. 5.
Meningkatkan kesejahteraanpendapatan petani. Dalam rangka untuk pengembangan sumber daya manusia pada tingkat petugas
lapangan dan tingkat petani sendiri mala dilakukan pelatihan -pelatihan mengenai PHT. Pelatihan ini dilakukan untuk menghindari pencemaran
lingkungan oleh pestisida, termasuk menjaga kesehatan petani dan masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida.
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT merupakan pelatihan PHT yang diikuti oleh petani. Metodologi pelatihan ini adalah suatu
proses belajar mengajar secara partisipatif, mencari dan menemukan sendiri apa yang terdapat di lapangan terbuka yaitu sawah, bereksperimen,
mendiskusikan dan memutuskan Oka, 2005. Dengan SLPHT ini petani mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan menggunakantidak
menggunakan pestisida dan apa dasarnya, serta menerapkan konsep PHT. Petani yang sudah mengikuti SLPHT pad a umumnya sudah dapat
membedakan jenis hama sasaran, dampak negatif yang ditimbulkannya, peraturan penggunaan pestisida,jenis pestisida dan bahan aktifnya, dan
sebagainya. Petani dapat mengaplikasikan pestisida berdasarkan hama sasarannya saja. Dengan demikian pencemaran lingkungan seperti tanah, air,
dan udara dapat ditekan sekecil-kecilnya.
14
2.6. Dampak Pestisida
2.6 .1. Dampak Pestisida Terhadap Lingkungan
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh organisme pengganggu tanaman. Penggunaan
pestisida selain bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian juga menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan dan kesehatan. Dalam
penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran . Kurang lebih hanya 20 pestisida yang mengenai sasaran,
sedangkan 80 lainnnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai
makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS Chemical Acquired Deficiency Syndrom dan
sebagainya. Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur,
dioles dan lain-lain. Pemakaian pestisida yang cenderung berlebihan dan tidak memperhatikan aturan yang ada, selain memboroskan biaya produksi juga
menimbulkan dampak sampingan yang merugikan terhadap lingkungan, yaitu : -
Pencemaran air, tanah dan udara, yang akhirnya merugikan manusia dan mahluk hidup lainnya.
- Matinya musuh alami. Jika musuh alami musnah akan terjadi
peningkatan populasi yang menyebabkan organisme tersebut menjadi hama dengan tingkat serangan lebih besar dari sebelumnya.
- Kematian organisme bukan sasaran , dimana organisme ini merupakan
predator serangan OPT jenis lain. -
Kematian organisme yang menguntungkan. -
Timbulnya kekebalan organisme pengganggu tanaman OPT terhadap pestisida.
Pencemaran air oleh pestisida terjadi melalui aliran air dari tempat- tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam meningkatkan
produksi pertanian. Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada dalam tanah akan terbawa air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air
15 penerima, yaitu sungai, waduk dan sumur serta menimbulkan kematian
organisme air. Produktivitas tanaman bawang merah terhambat dengan rusaknya tanah
yang banyak terkena pupuk dan pestisida . Tanah menjadi jenuh karena kebanyakan bahan kimia, kandungan zat reniknya semakin berkurang. Di
Kabupaten Brebes sekitar 44.000 hektar lahan yang digunakan untuk menanam bawang merah telah rusak. Luas seluruh lahan bawang merah adalah
60.000 hektar Suara Merdeka, 2002. Pestisida berada di udara setelah disemprotkan dalam bentuk partikel
air droplet atau partikel yang terformulasi jatuh pada tu juannya.. Kebanyakan penggunaan pestisida dilarutkan dalam air. Di samping itu partikelaerosol
pestisida tersebut dapat juga jatuh pada tanaman, air dan tanah. Soemirat, 2003. Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan
mengancam kesehatan manusia adalah pestisid a sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan organoklorin lebih tinggi
dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.
Pestisida organoklorin adalah salah satu golongan pestisida yang presisten . Suatu studi mengemukakan bahwa dengan hanya sekali saja aplikasi
pestisida aldrin pada tanah, setelah 5 tahun kemudian masih ditemukan lebih dari 34 residunya. Sisanya sebanyak 66 berada dalam air, udara dan tanah
Infokes, 2004. .
2.6.2. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan
Pestisida merupakan bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatip terhadap
manusia. Manusia berada paling dekat dengan pestisida, pestisida membahayakan pada manusia karena sifat racunnya, yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan. Penggunaan pestisida terbanyak di daerah pertanian, ini dapat
menimbulkan masalah kesehatan pekerja di pertanian atau petani termasuk juga pencampur pestisida. Perhatian petani umumnya tertuju pada hama dan
16 penyakit yang menyerang tanaman saja, tanpa memperhatikan keselamatan dan
pencemaran lingkungan. Kebanyakan petani yang tidak peduli bahaya pestisida , seperti merokok pada saat menyemprot, mencuci tangki semprot di
sungai, membuang wadah bekas pestisida sembarangan, dan tidak menggunakan alat pelindung diri.
Petani tidak menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaannya, petani beranggapan penggunaan alat pelindung diri tidak praktis
dan merepotkan, akibatnya dapat terpapar pestisida melalui kulit dan saluran napas. Masyarakat yang tinggal di sekitar pertanian dapat terpapar oleh
pestisida. Eksposure pestisida dapat juga terjadi pada pekerja di industripabrik pestisida.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO menunjukan 500.000 hingga 1.000.000 orang per tahun di seluruh dunia telah mengalami
keracunan pestisida. Sekitar 5000 -10.000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal, seperti kanker, cacat, kemandulan dan
liver Novizan, 2003. Pestisida yang disemprotkan pada tanaman akan meninggalkan residu pada batang, daun, buah dan akar. Walaupun sudah dicuci
residu ini masih terdapat pada bahan makanan, jika dimakan oleh manusia akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan hasil tes darah pada petani tanaman bawang merah di Kabupaten Brebes sangat memprihatinkan. Dari 80 petani di Desa Kemurang
Wetan dan Sarireja Kecamatan Tanjung diantaranya 36-37 petani menderita keracunan di tubuhnya Suara Merdeka, 2002. Efek yang paling
buruk akibat pestisida adalah keracunan akut akibat kecelakaan. Beberapa peristiwa keracunan masal oleh senyawa metil merkuri dan etil merkuri,
heksaklorobenzen sebagai fungisida, serta paration sebagai insektisida organofosfat, telah terjadi berbagai belahan dunia, dan mengakibatkan
kematian Frank, 1995. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas dan
absorpsi kulit, tetapi sejumlah kecil dapat memasuki saluran gastrointestinal GI karena menggunakan tangan atau peralatan yang tercemar. Pestisida
dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernapasan,
17 sedangkan pestisida dalam bentuk cairan berbahaya bagi kulit karena dapat
masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Keracunan pestisida dapat dibedakan berdasarkan jumlah pestisida
yang masuk ke dalam tubuh. Bila pestisida masuk kedalam tubuh sekaligus dalam dosis tertentu disebut keracunan akut, yang dapat mengakibatkan
kematian. Jika pestisida masuk kedalam tubuh secara ber angsur-angsur dalam jumlah yang sangat kecil disebut keracunan kronis. Penderita k eracunan kronis
biasanya akan mengalami perubahan histologis dan genetis Wudianto, 1990. Dampak buruk dari penggunaan pestisida terhadap manusia dan
lingkungan baru dirasakan dalam jangka panjang. Berbagai penyakit dari yang sederhana seperti penyakit kulit, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan,
gangguan penglihatan hingga penyakit kanker yang dapat mengakibatkan kematian.
2.7. Cara Masuk Pestisida ke dalam Tubuh Manusia
1. Kulit
Pestisida cair masuk ke dalam tubuh manusia yang paling banyak terjadi melalui kulit absorpsi. Pemaparan yang terjadi melalui kulit
ini karena petani tidak menggunakan pakaian pelindung, dengan alasan tidak praktis dan merepotkan. Banyak petani yan g hanya menggunakan
kaos lengan pendek dalam bekerja. Lengan atau tangan merupakan bagian yang paling sering terpapar pestisida pada waktu melakukan
pencampuran dan penyemprotan pestisida. Jenis pestisida organo fosfat masuk dengan cepat melalui kulit dan menimbulkan iritasi.
2. Pernapasan
Jenis pestisida cair yang berbentuk partikel “mist” mudah masuk melalui saluran pernapasan. Untuk menghindarinya maka pekerja tau
petani harus menggunakan alat pelindung pernapasan seperti masker atau respirator.
3. Mulut
Pestisida b isa masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut. Biasanya terjadi setelah menangani pestisida tidak mencuci tangan ketika hendak
18 makan, minum dan merokok. Selain itu juga terjadi pada saat
melakukan penyemprotan sambil merokok .
2.8. Faktor yang Mempengaruhi Masuknya Pestisida ke dalam Tubuh