muda dapat dipanen 1-2 minggu setelah berbunga, buah tua 14-23 MST dengan ukuran buah 20-60 cm x 10-25 cm Rifai dan Reyes, 1994.
Kemarongan berbunga sekitar 3BST, buah muda dipanen sekitar 3 MSA sedangkan buah tua 4-5 MSA. Buah berukuran 4-6 cm x 1.5-2.5 cm, berwarna
hijau dengan garis putih ketika muda dan berubah kemerahan setelah masak. Menurut Boonkerd et al. 1994, umumnya ukuran buah kemarongan dapat
mencapai 3-7 cm x 1-3.5 cm, buah muda berwarna hijau dengan garis putih setelah masak berubah merah.
Paria ular mulai berbunga 5-6 MST, buah muda dipanen ± 8 MST atau setelah mencapai panjang 40-60 cm, buah tua 13-16 MST. Pada umumnya
paria ular berbunga sekitar 5 MST, buah berukuran 30-180 cm x 2-10 cm. Buah muda dipanen sekitar 7 MST, buah tua 1- 2 bulan kemudian Gildemacher et al.
1994.
2. Ekstraksi Protein
Ekstraksi protein dilakukan pada tiga bagian tanaman yaitu akar, buah dan biji dari masing-masing spesies. Gambar 4 menyajikan bagian tanaman bligo,
meliputi : a buah umur ± 9 MSA, b biji dari buah umur ± 9 MSA, dan c akar tanaman yang sudah dipanen. Sedangkan gambar 5 menyajikan bagian tanaman
kemarongan, sebagai berikut : a buah muda umur ± 3 MSA, b buah tua umur ± 4 MSA, dan c akar dari tanaman yang telah berbuah. Pada gambar 6 tersaji
tanaman paria ular, terdiri dari : a buah muda umur ± 3 MSA, b biji dari buah umur ± 7 MSA, dan c akar tanaman yang sudah dipanen.
Hasil ekstraksi protein ditunjukkan dengan rendemen atau persentase dari protein yang diperoleh dibanding dengan berat tanaman yang diekstrak. Dari data
Gambar 4. Bagian tanaman bligo, terdiri dari : A Buah, B Biji , dan C Akar.
yang tersaji pada tabel 1 menunjukkan rendemen protein buah paling rendah pada ketiga spesies yang diteliti dibanding bagian tanaman lainnya, yaitu antara 0.04
- 0.05. Rendahnya rendemen protein ini karena kandungan air pada buah sangat tinggi, pada umumnya buah bligo mengandung air hingga 96 Rifai dan Reyes,
1994. Kandungan air pada buah kemarongan sekitar 94 Boonkerd et al. 1994, demikian pula pada buah paria ular mencapai 94 Gildemacher et al. 1994.
Pada bligo rendemen protein akar 1.22 , lebih tinggi dibanding rendemen protein biji 0.35, untuk itu dari tanaman bligo direkomendasikan akar untuk
aplikasinya. Rendemen protein dari buah muda kemarongan adalah 0.056, rendemen
ini paling tinggi dibanding buah bligo maupun paria ular. Selanjutnya rendemen menurun seiring dengan pemasakan buah, rendemen protein pada buah tua sebesar
0.046. Penurunan rendemen kemungkinan tidak terjadi penimbunan protein pada biji dari buah tua karena tanaman ini satu-satunya spesies Cucurbitaceae
yang dikembangbiakkan melalui stek Boonkerd et al. 1994. Rendemen protein tertinggi pada kemarongan 0.61 berasal dari akar, meskipun demikian akar
tidak merupakan pilihan untuk aplikasi. Hal ini disebabkan struktur akar sebagian besar berkayu sehingga menyulitkan proses ekstraksi. Selain itu apabila akar
A B
C
diambil tanaman mati, sedangkan untuk mendapatkan tanaman baru dibutuhkan waktu cukup lama.
Pada biji paria ular rendemen protein mencapai 3.62 lebih tinggi dibanding protein dari akar dengan rendemen 1.62 karena sebelum diekstraksi
biji dipisahkan dari kulitnya. Rendemen protein biji paria ular tersebut hampir sama dengan hasil penelitian Dong et al. 1994 pada isolasi â-kirilowin dari biji
T. Kirilowii , ekstrak biji yang diendapkan dengan aseton menghasilkan rendemen
3.3. Dari biji dan akar paria ular diperoleh rendemen protein paling tinggi
dibanding rendemen protein dari bagian tanaman dua spesies lainnya, sehingga kedua bagian tanaman ini dapat direkomendasikan untuk diaplikasikan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa dari akar dan biji Trichosanthes sp. ditemukan berbagai protein bioaktif. Akar Trichosanthes kirilowii Max, var.
japonicum Kitam menghasilkan karasurin A Kitagawa et al. 1994 Trichosanthes
anti HIV protein TAP 29 Dong et al. 1994.
Gambar 5. Bagian tanaman kemarongan, terdiri dari: A Buah muda B Buah tua C Akar.
A
B
C
Gambar 6. Bagian tanaman paria ular, terdiri dari : A Buah, B Biji dan C Akar.
Sedangkan dari biji Trichosanthes kirilowii dihasilkan B-kirilowin, protein penginaktif ribosom RIPs dan Trichokirin Dong et al., 1994.
Menurut Janson dan Ryden 1998 masalah utama dalam esktraksi protein adalah dapat mengeluarkan protein dari sel tanpa terdegradasi atau terdenaturasi
dan tidak terkontaminasi. Hal tersebut dapat diatasi antara lain dengan pemilihan medium ekstraksi yang tepat, waktu persiapan cepat dan pada kondisi temperatur
rendah, serta kebersihan peralatan yang digunakan. Dikatakan pula bahwa
Tabel. 1. Rendemen protein dari buah, biji dan akar dari 3 spesies Cucurbitaceae : bligo, kemarongan dan paria ular.
Spesies Organ
Rendemen
B. hispida Thunb. Cogn
bligo Buah
Biji Akar
0.05 0.35
1.22 C. grandis
L. Voigh kemarongan
Buah muda Buah tua
Akar 0.056
0.041 0.61
T. cucumerina L. var anguina
L. Haines paria ular
Buah Biji
Akar 0.054
3.62 1.68
medium ekstraksi yang tepat adalah dapat menjaga kestabilan protein, dapat
A A
C C
B B
mengeluarkan protein secara efisien dari seljaringan, serta menghasilkan kesesuaian antara perolehan dan kemurnian maksimum.
Ekstraksi protein dari buah pada 3 spesies yang diteliti menghasilkan rendemen relatif rendah antara 0.04 - 0.05, dibanding dengan rendemen
protein dari buah paria yang mencapai 0.09-0.21 Kurniawati 2002. Diduga molaritas bufer yang digunakan untuk mengeluarkan protein dari sel dalam
penelitian ini terlalu rendah yaitu 5 mM, sehingga tidak seluruh protein larut dalam bufer tersebut. Sedangkan pada ekstraksi protein dari buah paria digunakan
bufer fosfat 50mM Kurniawati 2002, karena menurut Janson and Ryden 1998 kelarutan protein paling baik pada bufer dengan kekuatan ion sedang antara
0.05 – 0.1 M. Penggunaan bufer fosfat 5mM dalam penelitian ini mengikuti metode di-
Toppi et al. 1996 yang melakukan ekstraksi protein yang berkhasiat antiproliferasi dari beberapa bagian tanaman yaitu daun muda, daun tua, akar,
akar rambut dan kalus Luffa cylindrica. Pertimbangan lain digunakannya bufer fosfat 5 mM adalah untuk mendapatkan ekstrak protein yang lebih murni,
sehingga pada uji aktivitas tidak berpengaruh negatif. Pada uji aktivitas protein buah paria terhadap proliferasi galur sel kanker in vitro, penggunaan bufer sodium
fosfat 50 mM meningkatkan proliferasi 17.64 terhadap galur sel L-929, dan 5.64 terhadap galur sel KR4 Kurniawati, 2002.
3 Fraksinasi Protein Fraksinasi protein dengan khromatografi filtrasi gel dapat memisahkan
protein berdasarkan ukuran molekulnya. Penggunaan Sephadex sebagai matriks berbentuk gel, terdiri dari granula yang membentuk struktur tiga dimensi atau
jaringan polimer yang membentuk struktur jala cross-linked. Akibat struktur jala ini terbentuk pori pada granul, dimana ukuran pori ditentukan oleh derajat
kerapatan jala, semakin besar derajat kerapatan jala pori semakin kecil. Sephadex-75 membentuk pori yang dapat dilewati protein dengan BM
3-80 kDa, dimana protein molekul besar akan terelusi lebih dulu diikuti protein dengan molekul lebih kecil Janson and Ryden, 1998.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8
1 5
9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 frak si p ro te in
a b
s o
r b
a n
s i 2
8
ak ar b u a h
b iji
Gambar 7. Pola pemisahan protein dari akar, buah dan biji bligo pada kromatografi filtrasi gel.
Pola pemisahan protein dari akar, buah dan biji bligo tersaji pada gambar 7, dan rendemen masing-masing fraksi protein pada tabel 2. Fraksinasi protein
buah terpisah menjadi 4 fraksi protein dengan total rendemen 0.03. Dari empat fraksi protein yang diperoleh, rendemen tertinggi dari BF3 0.02 dan fraksi
protein lainnya BF1, BF2 dan BF4 rendemennya sangat kecil dibawah 0.01. Fraksinasi protein dari biji menghasilkan 4 fraksi protein dengan total rendemen
0.13, dan rendemen tertinggi 0.05 dari BS1, kemudian BS2 0.03, BS4 0.03. Sedangkan rendemen terendah dari BS3 yaitu 0.02 . Fraksinasi protein
dari akar menghasilkan tiga fraksi protein dengan total rendemen 0.72, dan BR2 mempunyai rendemen tertinggi 0.54. Fraksi protein BR3 mempunyai rendemen
sekitar 0.12, sedangkan BR1 mempunyai rendemen paling rendah yaitu sekitar 0.07. Dengan demikian hasil fraksinasi protein dari bagian tanaman bligo
yang menghasilkan fraksi protein dengan rendemen paling tinggi berturut-turut adalah akar, kemudian biji dan buah.
Pola pemisahan protein dari buah muda, buah tua dan akar kemarongan disajikan dalam gambar 8, dan rendemen masing-masing fraksi protein pada
tabel 3. Pemisahan protein dari buah muda menghasilkan 3 fraksi protein dengan total rendemen 0.034, dan rendemen tertinggi adalah CYF3 0.02, diikuti
CYF1 0.01. Sedangkan CYF2 mempunyai rendemen sangat rendah dibawah 0.01. Fraksinasi protein dari buah tua menghasilkan tiga fraksi protein dengan
total rendemen sekitar 0.03. Rendemen tertinggi dari CMF3 lebih dari 0.01, selanjutnya diikuti CMF2 dengan rendemen 0.010 dan paling rendah CMF1
rendemennya dibawah 0.01. Fraksinasi protein dari akar menghasilkan 4 fraksi
Tabel 2. Rendemen fraksi protein dari buah, biji dan akar bligo, hasil fraksinasi kromatografi filtrasi gel.
Organ Tanaman
No. Fraksi Fraksi
Rendemen
Buah BF1
BF2 BF3
BF4 14
3 71
12 0.004
0.001 0.021
0.004
Biji BS1
BS2 BS3
BS4 39
26 14
21 0.051
0.034 0.018
0.027
Akar BR1
BR2 BR3
9 75
16 0.065
0.540 0.115
protein dengan total rendemen 0.21, dan rendemen tertinggi dari CR2 yaitu 0.11. Selanjutnya CR1 0.06, kemudian CR3 0.03, sedangkan rendemen
terendah 0.02 berasal dari CR4. Hasil fraksinasi protein dari bagian tanaman kemarongan menunjukkan bahwa bagian tanaman yang menghasilkan rendemen
fraksi protein paling tinggi adalah akar, selanjutnya buah muda dan buah tua. Fraksinasi protein dari buah, akar, dan biji paria ular menghasilkan pola
pemisahan yang disajikan pada gambar 9 dan rendemen protein masing-masing fraksi protein pada tabel 4. Fraksinasi protein dari buah, biji dan akar masing-
masing menghasilkan tiga fraksi protein dengan total rendemen paling tinggi 1.18 dari fraksi protein biji, kemudian 0.81 dari fraksi protein akar dan
paling rendah 0.03 dari fraksi protein buah. Fraksinasi protein dari buah meng-
0,5 1
1,5 2
2,5
1 5
9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61
fraksi p ro te in
a b
s o
r b
a n
s i
280 n
aka r b u ah m u d a
b u ah tu a
Gambar 8. Pola pemisahan protein dari akar, buah muda dan buah tua kemarongan pada khromatografi filtrasi gel.
Tabel 3. Rendemen fraksi protein dari buah, biji dan akar kemarongan hasil fraksinasi kromatografi filtrasi gel.
Organ Tanaman
No. Fraksi Fraksi
Rendemen Buah Muda
CYF1 CYF2
CYF3 28
5 67
0.010 0.002
0.023
Buah Tua CMF1
CMF2 CMF3
19 36
45 0.005
0.010 0.012
Akar CR1
CR2 CR3
CR4 26
52 14
8 0.055
0.109 0.029
0.017
hasilkan fraksi protein TF2 dengan rendemen paling tinggi lebih dari 0.01. Kedua fraksi protein lainnya yaitu TF1 dan TF3 keduanya mempunyai rendemen
sangat rendah kurang dari 0.01. Fraksinasi protein dari biji menghasilkan rendemen tertinggi 1.11 didapat dari TS3, diikuti oleh TS2 dengan rendemen
0.05, dan TS1 dengan rendemen 0.03. Fraksinasi protein dari akar juga menghasilkan tiga fraksi protein, dengan rendemen tertinggi 0.36 dari TR3,
selanjutnya TR2 0.30, dan TR1 terendah 0.15. Pola pemisahan protein pada kolom kromatografi dipengaruhi antara lain
oleh panjang dan diameter kolom, serta volume sampel yang dipisahkan. Untuk mendapatkan resolusi yang baik volume sampel disarankan tidak terlalu banyak,
0 ,5 1
1 ,5 2
2 ,5 3
1 4
7 1 0
1 3 1 6
1 9 2 2
2 5 2 8
3 1 fraksi p ro tein
a b
s o
r b
a n
s i 2
8 0 n
akar b u ah
b iji
Gambar 9. Pola pemisahan protein dari akar, buah dan biji paria ular pada kromatografi filtrasi gel.
dan konsentrasi protein tidak terlalu tinggi. Volume sampel sebaiknya tidak lebih dari 3 – 5 dari total volume kolom, dan kandungan protein antara 10 -20 mgml.
Wheelwright, 1991. Tetapi bila sampel hanya terdiri dari beberapa komponen saja dimungkinkan untuk memisahkan sampel dengan volume sekitar 10 dari
total volume kolom. Pada penelitian ini volume protein yang dipisahkan sekitar 2.5–5 ml atau 5–10 dari total volume kolom, tetapi konsentrasi protein tidak
diestimasi. Keberhasilan proses fraksinasi juga dapat dilihat dari hasil elektroforesis
SDS-PAGE, terbentuknya pita lebih dari satu menandakan protein belum terpisah dengan sempurna. Dari hasil elektroforesis gambar 10-12 beberapa protein
menunjukkan lebih dari satu pita, kemungkinan masih tercampur dengan protein lain yang berbeda BM. Pada pemurnian hyaluronidase dengan kromatografi
filtrasi gel menunjukkan adanya dua pita dengan BM 106 dan 102 kDa Putranto, 2004. Terdapatnya pita ganda pada elektroforesis tidak selalu menunjukkan
ketidakmurnian protein, tetapi protein tersebut memang merupakan gabungan dari dua rantai polipeptida. Misalnya pada Ebulin 1 kelompok RIPs tipe II, pada SDS-
PAGE menghasilkan dua pita pada 26 dan 30 kDa Girbes, 1993. Pada penelitian ini pemisahan protein hanya dilakukan dengan kromatografi
filtrasi gel. Untuk pemisahan protein idealnya diperlukan pemisahan bertingkat menggunakan beberapa kromatografi. Seperti pada isolasi â-kirilowin, pemisahan
awal dengan kromatografi pertukaran ion menggunakan matriks CM-Sepharosa CL-6B, selanjutnya secara kromatografi filtrasi gel dengan matrik Sephadex
Tabel 4. Rendemen fraksi protein hasil fraksinasi kromatografi filtrasi gel dari buah, biji dan akar paria ular.
Organ tanaman
No. Fraksi Fraksi
Rendemen Buah
TF1 TF2
TF3 23
49 28
0.006 0.014
0.008
Biji TS1
TS2 TS3
2 4
94 0.024
0.047 1.109
Akar TR1
TR2 TR3
19 37
44 0.154
0.300 0.356
G-100, kemudian dengan Fast Protein Liquid Chromatography FPLC dengan Kolom Mono-S Dong et al., 1994.
4. Uji Aktivitas Protein