PROTEIN BIOAKTIF TINJAUAN PUSTAKA

nukleotida. Dengan demikian kodon berikutnya menduduki posisi yang dapat dibaca oleh aminoasil-tRNA baru. Translokasi memerlukan faktor elongasi kedua, yaitu EF2 translokase. GTP yang terikat oleh EF2 dihidrolisa pada saat translokasi. Hidrolisis GTP menyebabkan EF2 dikeluarkan dari ribosom, karenanya GTP juga berfungsi sebagai katalitik. Setelah translokasi, situs A menjadi kosong, dan segera mengikat aminoasil-tRNA baru untuk memulai elongasi berikutnya Terminasi terjadi bila ribosom menemukan salah satu kodon akhir UAA, UAG atau UGA. Pada kondisi tersebut tidak ada aminoasil-tRNA yang dapat menempel pada situs A, karena tidak ada tRNA dengan antikodon yang komplementer dengan tanda stop stop signal. Tetapi tanda stop ini dikenali oleh protein faktor pembebas RF = release factor. Kemudian RF berikatan dengan kodon akhir pada situs A, mengubah aktivitas peptidil transferase. Ensim tersebut tidak mereaksikan polipeptida dengan aminoasil-tRNA melainkan dengan H2O, akibatnya terjadi proses hidrolisis. Peptidil tRNA pada situs P dan rantai polipeptida terlepas dari tRNA, selanjutnya GTP terhidrolisis menjadi GDP dan P, disosiasi antara ribosom, tRNA dan mRNA, dan terurainya ribosom menjadi Subunit besar dan Subunit kecil.

D. PROTEIN BIOAKTIF

Protein bioaktif adalah protein yang mempunyai aktivitas biologis diluar aktivitas dari fungsi protein tersebut. Protein bioaktif yang sudah dikenal luas antara lain protein anti-jamur, protein anti-bakteri, protein anti-virus, dan protein penginaktivasi ribosom. Protein bioaktif pada tanaman penghasilnya diduga sebagai senyawa yang berfungsi dalam sistem pertahanan. Protein anti jamur protein PR-5 dari daun labu ditemukan Cheong et al. 1997 dan protein PR-5d dari tembakau oleh Koiwa et al. 1997. Kedua protein ini mempunyai mekanisme kerja dengan meningkatkan permiabilitas plasma membran, sehingga menyebabkan kebocoran membran dan keluarnya material intraseluler pada jamur. Protein antivirus dari akar Bougainvillea spectabilis BAP 1 menunjukkan aktivitas penghambatan sintesis protein secara in vitro. Balasaraswati et al. 1998 Protein anti virus MAP 30 dari biji Momordica charanthia dan GAP 31 dari Gelonium multiflorum . Kedua protein tersebut mampu menghambat infeksi virus HIV-1 dan menghambat replikasi virus pada sel yang sudah terinfeksi, dengan menghambat HIV-integrase dan menginaktivasi topologi HIV-LTR Huang et al. 1999. Segura et al. 1999 menemukan peptida antimikroba Snakin-1 SN1 dari umbi kentang. Protein ini menunjukkan aktivitasnya pada konsentrasi kurang dari 10 µM terhadap bakteri dan jamur patogen pada kentang dan spesies tanaman lainnya. Snakin-1 diketahui menyebabkan agregasi bakteri gram negatif maupun gram positif. Protein yang menonaktifkan ribosom, menghambat sintesis protein pada organisme lain, dikenal sebagai ribosom inactivating protein RIPs. Protein ini merupakan toksin tanaman dengan aktivitas N-glikosidase yang memotong N-glikosida pada Sub unit besar ribosom mamalia, jamur, dan bakteri. RIPs memotong N-glikosida rRNA pada situs spesifik, yaitu pada A 4324 dari 28S rRNA liver tikus, A 3024 pada 26S rRNA yeast dan A 2660 dari 23S rRNA E. coli. Dengan terjadinya pemotongan N-glikosida pada Sub unit besar, ribosom tidak dapat berinteraksi dengan faktor elongation 2 EF2 pada eukariot atau EFG pada prokariot sehingga menghambat elongasi rantai polipeptida Girbes et al. 1993; Jensen et al. 1999. RIPs dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu a Tipe 1, merupakan rantai polipeptida dengan aktivitas ensim yang unik. RIPs tipe 1 relatif banyak, lebih dari 30 jenis telah berhasil diisolasi. b Tipe 2, terdiri dari satu atau dua dimer dari dua rantai polipeptida yang berlainan yang digabungkan dengan jembatan disulfida. Salah satu rantai polipeptida bersifat ensimatik rantai A, sedangkan rantai lainnya adalah lektin rantai B yang dapat berikatan dengan gula membran, terutama residu galaktosa. RIPs tipe 2 bekerja dengan mengikatkan toksin dari rantai B ke reseptor pada permukaan sel, kemudian rantai A masuk ke sitoplasma dan menonaktifkan sub unit besar ribosom 60 S. RIPs tipe 2 sangat jarang baru 5 jenis yang berhasil dideteksi dan diisolasi. RIPs tipe 1 mempunyai banyak kemiripan struktur, termasuk berat molekul 26-32 kD, dan sebagian besar merupakan glikoprotein. Umumnya cukup stabil terhadap degradasi denaturan maupun proteolitik Jensen et al. 1999. Pada umumnya protein bioaktif disintesa dalam bentuk tidak aktif, selanjutnya ditransport ketempat dimana protein tersebut disimpan, dan pada tempat protein tersebut disimpan mengalami proses pengaktifan. Kloning cDNA pada ricin menunjukkan bahwa molekul disintesa dalam bentuk prepro sebagai polipeptida tunggal, kemudian 12 asam amino yang menghubungkan antara dua rantai dipotong untuk menghasilkan protein aktif. Hal serupa dijumpai pada toksin diphteria dimana disintesa sebagai polipeptida tunggal, kemudian mengalami proses proteolitik membentuk dua rantai. Endopeptidase yang dapat memotong sekuen intervening 12 asam amino pada preporicin telah diisolasi dari protein pada biji jarak Ricinus communis L, dimana toksin disimpan. Proricin tanpa sekuen signal, tetapi dengan sekuen intervening dapat mengikat galaktosa, bentuk ini bersifat inaktif dalam uji rantai ensim. Oleh karena itu sel jarak diduga memproteksi perangkat sintesis proteinnya dari pengaruh inaktivasi oleh ricin dengan mengekspresikan molekul ricin yang tidak aktif proricin, kemudian menjadi aktif ricin setelah diekspor ke biji Jensen et al. 1999. Park et al. 2003 mengisolasi dan mengkarakterisasi RIPs tipe I dari akar rambut Phytolaca americana yang disebut PAP-H. Protein tersebut disekresikan secara konstitutif kedalam medium sebagai eksudat akar. Selain mempunyai aktivitas menghambat sintesis protein dengan menonaktifkan ribosom PAP-H juga mempunyai aktivitas anti-jamur.

E. UJI KEMATIAN LARVA UDANG

Dokumen yang terkait

Protein Bioaktif Asal Kultur Akar Transgenik Blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) dan Aktivitasnya dalam Menghambat Proliferasi Sel Tumor secara IN VITRO

1 49 312

Kultur akar transgenik dari Trichosanthes cucumerina L.: beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biornassa dan hasil protein total, serta aktivitas anticendawan dari protein asal akar transgenik

0 25 218

Aktivitas Protein Umbi Sebagai Antiproliferasi Sel Kanker Mcf 7 Dan Karakterisasi Lektin Umbi Dari Keladi Tikus (Typhonium Flagelliforme

0 11 68

Protein Bioaktif Asal Kultur Akar Transgenik Blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) dan Aktivitasnya dalam Menghambat Proliferasi Sel Tumor secara IN VITRO

1 16 151

Protein bioaktif dari bagian tanaman dan akar transgenik Cucurbita ceae serta aktivitas antiproliferasi galur sel kanker in vitro

0 12 110

Eksplorasi Protein Antimikroba dari Akar Trichosanthes Sp. melalui Sistem Kultur Akar Normal dan Akar Transgenik (Hairy Root) In Vitro

0 12 1

Eksplorasi Protein Antimikroba dari Trichosanthes sp. Melalui Sistem Kultur Akar Normal dan Akar Transgenik In Vitro

0 6 20

Eksplorasi Protein Antimikroba dari Akar Trichosanthes sp. Melalui Sistem Kultur Akar Normal dan Akar Transgenik (Hairy Root) In Vitro

0 12 6

Karakterisasi Kimiawi, Aktivitas Antiproliferasi Sel Lestari Tumor dan Aktivitas Fagositosis secara In Vitro dari Fraksi Bioaktif Rimpang Temu putih Curcuma zedoaria (Christm) Roscoe]

2 32 106

Kultur akar transgenik dari Trichosanthes cucumerina L beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biornassa dan hasil protein total, serta aktivitas anticendawan dari protein asal akar transgenik

0 12 104