Gambar 2. Larva Artemia salina Leach minyak Hostettman, 1991. Oberlies et al. 1998 menggunakan uji BSL pada
skrining sitotoksisitas buah muda alpokat Persea americana. Hasil penelitiannya menunjukkan buah muda yang diekstraksi dengan ethanol 95 pada uji BSL
memperoleh LC
50
pada konsentrasi 31 µgml. Jaki et al. 1999 menguji 86 ekstrak lipofilik dan hidrofilik dari 43 sampel cyanobacteria untuk penapisan
bioaktivitasnya dengan uji BSL. Hasil penelitiannya menunjukkan 8,1 dari ekstrak mengakibatkan kematian ≥ 60 A. salina Leach pada konsentrasi
500 ppm. Lieberman 1999 memantau toksisitas limbah kimia rumah tangga dengan uji BSL menggunakan Artemia franciscana.
F. UJI MENGGUNAKAN GALUR SEL KANKER IN VITRO
Pada pertumbuhan normal terjadi pengaturan laju proliferasi sel dari suatu organ, meningkat atau menurunnya proliferasi sel setara dengan laju kerusakan sel
sehingga ukuran organ tetap terjaga. Sebaliknya sel kanker tidak mengikuti aturan tersebut, tetapi terjadi proliferasi yang tidak terkendali, sehingga terbentuk tumor
Hood et al. 1997. Tumor yang disebabkan oleh proliferasi sel disebut neoplasma atau
pertumbuhan baru. Berdasarkan kemampuan menyebar neoplasma dibedakan antara neoplasma maligna dan neoplasma benigna. Neoplasma maligna atau
kanker adalah neoplasma yang menyerang jaringan sekelilingnya, kemudian menyebar keseluruh tubuh metastasis. Neoplasma yang membentuk tumor yang
tidak menyebar disebut neoplasma benigna. Berdasarkan asalnya antara lain terdapat dua jenis tumor yaitu tumor yang berasal dari sel epitel disebut
karsinoma, sedangkan yang berasal dari sel stroma atau mesenkhim disebut sarkoma Van de Velde et al. 1999.
Pengobatan penyakit kanker umumnya dilakukan melalui biopsi, radioterapi dan khemoterapi yang memerlukan biaya sangat mahal. Oleh karena itu berbagai
penelitian dilakukan untuk mencari obat alternatif yang berasal dari alam antara lain tumbuh-tumbuhan. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan flora terbesar
kedua di dunia kaya akan berbagai tanaman berkhasiat obat, termasuk obat anti kanker Maat, 2000.
Untuk mengidentifikasi senyawa anti kanker dilakukan evaluasi praklinik yang ekstensif dari berbagai senyawa untuk mendeteksi aktivitas neoplastik.
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian in vivo menggunakan hewan model, dan pengujian in vitro menggunakan kultur sel. Pada kultur sel dapat diamati
secara langsung sitotoksisitas suatu senyawa terhadap viabilitas sel Wilson, 1992.
Berdasarkan asalnya Freshney 1992 membagi kultur sel menjadi beberapa jenis, yaitu : 1 Sel primer adalah kultur sel yang belum disubkultur, berasal dari
jaringan yang diisolasi dan dikulturkan. Sel ini dapat mewakili atau mempunyai kemiripan dengan jaringan asal, tetapi pemeliharaannya sulit.. 2 Finite Cell Line,
kultur sel yang mempunyai masa hidup terbatas, umumnya merupakan kultur jaringan sel normal atau sel-sel yang tidak berubah selama masa pengkulturan. Sel
masih mempunyai kemiripan atau dapat mewakili jaringan asal, pemeliharaannya sulit dan waktu penggandaan sel 24-96 jam 3 Continuous cell line, adalah galur
sel yang mempunyai masa hidup tidak terbatas immortal, bisa berasal dari tumor atau sel yang mengalami perubahan selama pengkulturan. Umumnya sel kurang
terdeferensiasi, pemeliharaannya mudah, dan memerlukan waktu penggandaan 12-24 jam.
Griffiths 1992 membedakan kultur sel berdasarkan sifat pertumbuhannya, sebagai berikut : a sel suspensi adalah sel yang tumbuh membentuk suspensi
dalam medium kultur, dapat hidup dan berkembang tanpa menempel pada cawan kultur. Sel yang berasal dari darah, limpa atau sumsum tulang, khususnya sel yang
belum dewasa cenderung tumbuh dalam bentuk suspensi. Sel suspensi berbentuk seperti bola-bola kecil, dan mudah dipanen. Keuntungan lain dari sel suspensi
adalah dapat menghasilkan sel dalam jumlah besar. b Sel yang menempel, adalah sel yang tumbuh membentuk satu lapisan monolayer, menempel pada
permukaan cawan kultur. Sel yang berasal dari lapisan embrionik ektodermal atau endodermal cenderung tumbuh secara menempel, antara lain sel fibroblas dan sel
epithel. Sel yang tumbuh secara menempel mempunyai beragam bentuk, tetapi umumnya pipih. Kelebihan dari pertumbuhan yang menempel adalah kemampuan
dari sel untuk menempel dan menyebar pada permukaan, memudahkan dalam
pengujian mikroskop, hibridisasi dan pengujian fungsional lainnya. Contoh galur sel kanker yang mempunyai masa hidup tidak terbatas adalah
sel HeLa yang diisolasi dari epitheloid carcinoma pada servic seorang wanita negro berusia 31 tahun. Sel Hela merupakan sel monolayer, dan bersifat
aneuploid. Sel lainnya adalah sel K-562 ATCC CCL 243 diisolasi pertamakali oleh Lozzio 1972 dari efusi pleural wanita berumur 53 tahun yang menderita
leukemia myleogenous kronik pada akhir masa blast. Sel K-562 merupakan galur erythroleukemia, multipotensial dan sel malignant haematopoeitic. Galur sel
K-562 ini merupakan tipe sel yang dibiakkan dalam bentuk suspensi ATCC, 1992.
Pada setiap kultur diperlukan pengamatan berkala secara makroskopis atau mikroskopis, karena bila sel tidak sehat percobaan tidak reprodusible.
Pengamatan kultur menurut Hay 1992 meliputi : a warna medium, umumnya media mempunyai indikator pH, bila berubah menjadi kuning menunjukkan
bersifat asam atau keunguan menunjukkan basa. Medium yang terlalu asam atau basa menunjukkan terjadinya kontaminasi, pertumbuhan yang berlebihan,
kematian kultur, atau kurangnya aliran CO2. b ada selaput yang menyelimuti medium, menunjukkan kontaminasi atau pertumbuhan kultur yang berlebihan.
c terbentuk gumpalan sel pada kultur suspensi atau terjadi pengelupasan pada kultur yang menempel.
III. PENAPISAN PROTEIN BIOAKTIF DARI BAGIAN TANAMAN BEBERAPA SPESIES CUCURBITACEAE
A. PENDAHULUAN
Tanaman hortikultura famili Cucurbitaceae dikenal sebagai kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan, selain itu beberapa spesies dari famili ini juga
digunakan sebagai obat. Misalnya buah bligo Benincasa hispida sebagai diuretik, laksatik, tonik, dan karena bersifat mendinginkan sering pula untuk
pengobatan nervous disorder Rifai dan Reyes, 1994. Buah paria ular Trichosanthes cucumerina sebagai pencahar purgative dan vermifuge
Gildemacher et al. 1994. Buah kemarongan Coccinia grandis sebagai tapal poultice, antipiretik, dan pengobatan diabetes Boonkerd et al. 1994. Biji segar
Cucurbita pepo sebagai vermifuge, sedangkan biji olahan untuk diuretik dan
penurun demam di Toppi et al. 1996. Pada famili Cucurbitaceae selain menghasilkan berbagai metabolit
berkhasiat obat, juga ditemukan beberapa protein bioaktif. Dari beberapa spesies Cucurbitaceae yang dilaporkan menghasilkan protein bioaktif antara lain
Cucurbita sp . menghasilkan protein anti jamur protein PR-5 Cheong et al. 1997;
Koiwa, et al. 1997. Pada Momordica charanthia ditemukan protein anti virus MAP 30 Huang et al. 1999. Dari Trichosanthes sp. dihasilkan protein
penginaktivasi ribosom karasurin A, trichosanthin, dan β-kirilowin Dong, et al. 1994; Kitagawa et al. 1994 Sedangkan Luffa cylindrica menghasilkan protein
luffin dan RIPs lainnya Watanabe et al. 1990; di Toppi et. al. 1996. Tumilisar 2001 melaporkan protein bioaktif dari Luffa cylindrica yang menghambat
proliferasi sel cervic carcinoma HeLa, melanoma B16, dan erythroleukemia K-562 in vitro.
Protein bioaktif pada tanaman diekspresikan pada berbagai organ dan jaringan. Peptida Snakin-1 diekspresikan pada umbi, batang, tunas aksilar, tangkai
bunga, kelopak, mahkota dan benangsari Segura et al. 1999. Protein PR-5d dari tembakau ditemukan pada daun yang terinfeksi TMV, kultur sel, protoplas, dan
akar Koiwa, et al. 1997. RIPs terdapat pada endosperm, buah, akar, daun, kulit kayu dan getah tanaman Jensen et al. 1999.
Protein bioaktif dari bagian tanaman yang berbeda mempunyai perbedaan