karena itu, persaingan penetapan harga hasil panen ikan kerapu biasa terjadi antara tengkulak dengan tengkulak lain.
6.3 Perbandingan Pola Hubungan Patron-Klien pada Usaha Perikanan di
Pulau Panggang
Hubungan patron-klien yang terjadi pada usaha perikanan di Pulau Panggang memiliki pola yang berbeda berdasarkan jenis usaha yang dilakukan.
Ini disebabkan oleh perbedaan tingkat resiko dan kemudahan aktor-aktor didalamnya dalam memperoleh sumberdaya, baik yang diperlukan pada usaha
perikanan mereka maupun untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Perbedaan pola hubungan ini mengakibatkan pula perbedaan pada tingkat pengaruh
tengkulak pada nelayannya. Pengaruh tengkulak pada tiap jenis usaha perikanan memiliki perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan kebutuhan dan bentuk usaha
pada tiap usaha perikanan yang ada. Pada usaha perikanan tangkap menggunakan jaring muroami, tengkulak secara tidak langsung memiliki pengaruh yang tinggi
pada pemilihan alat tangkap yang digunakan. Tingginya harga alat tangkap berupa jaring muroami, kompresor dan kapal motor mengharuskan nelayan meminjam
alat tersebut pada nelayan pemilik yang berperan juga sebagai tengkulak Selain pengaruh pada alat tangkap, nelayan pemilik pada usaha perikanan
jaring muroami juga memiliki pengaruh pada penentuan harga ikan hasil tangkapan. Ini dikarenakan nelayan pemilik lebih mengetahui kondisi harga di
pasar ikan Jakarta. Pengaruh yang tinggi pada aspek tersebut menyebabkan keterikatan yang tinggi pula pada hubungan antara nelayan pemilik dan nelayan
pekerja. Keterikatan yang tinggi ini membuat nelayan menjadi lebih enggan untuk berpindah pada nelayan pemilik lainnya.
Sedangkan pada usaha perikanan tangkap bubu, tengkulak tidak memberikan pinjaman atau berperan dalam pemilihan alat tangkap karena alat
tangkap bubu dapat dengan mudah dimiliki oleh nelayan mengingat harganya yang tidak terlalu tinggi. Pinjaman yang diberikan pun biasanya berupa pinjaman
untuk biaya sehari-hari, dan umumnya nelayan tidak melakukan pinjaman karena jika terdapat pinjaman, nelayan tidak dapat melakukan penggantian tengkulak.
Tingkat pengaruh tengkulak tinggi dalam aspek penentuan harga ikan, karena
tengkulak dianggap lebih mengetahui kondisi harga di pasar. Hal ini juga berlaku pada usaha perikanan budidaya dimana tengkulak hanya memberikan pinjaman
harian. Pada usaha perikanan tangkap ikan hias, pemberian modal yang diberikan
oleh tengkulak pada nelayan berupa biaya pembelian BBM dan pinjaman harian. Pengaruh lainnya adalah pada penentuan jumlah ikan hias yang harus didapat oleh
nelayan. Tengkulak ikan hias biasanya memberikan batasan minimum ikan hias dan jenis ikan hias yang harus didapat berdasarkan permintaan pasar di Jakarta.
Secara ringkas, perbandingan pengaruh tengkulak pada jenis usaha perikanan yang berbeda dapat dilihat di Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Pengaruh Tengkulak pada Usaha Perikanan di Pulau Panggang
Ciri Jenis Usaha Perikanan
Muroami Bubu Ikan Hias Budidaya
Pemberian Modal atau
Pinjaman ‐ Pinjaman alat
tangkap kapal motor, jaring, dan
kompresor. ‐ Pemberian bekal
di laut ransum. ‐ Pinjaman untuk
keluarga jika menginap di laut
babang. Pinjaman
untuk biaya sehari-hari
nelayan. ‐ Pemberian biaya
pembelian BBM Rp 25.000,00 sampai Rp
50.000,00minggu. ‐ Pinjaman untuk biaya
sehari-hari Pinjaman
untuk biaya sehari-hari
nelayan.
Pemilihan Alat Tangkap
Sarana Budidaya
Ditentukan oleh nelayan pemilik.
Ditentukan sendiri oleh
nelayan. Ditentukan sendiri oleh
nelayan. Ditentukan
sendiri oleh nelayan.
Penentuan Harga Ikan
Ditentukan oleh nelayan pemilik.
Ditentukan oleh
tengkulak, namun
kadang terjadi
negosiasi harga oleh
nelayan. Ditentukan oleh
tengkulak, namun kadang terjadi negosiasi
harga oleh nelayan. Ditentukan
oleh tengkulak.
Penentuan Jumlah Hasil
TangkapanPa nen
Tidak ada batasan minimum jumlah
ikan yang harus ditangkap.
Tidak ada batasan
minimum jumlah ikan
yang harus ditangkap.
Terdapat batasan minimum jumlah ikan
yang harus ditangkap. Tidak ada
batasan minimum
jumlah ikan yang harus
dipanen.
Tingkat pengaruh tengkulak ini menentukan tingkat ketergantungan pada hubungan patron-klien yang terjadi di tiap jenis usaha perikanan. Semakin tinggi
tingkat pengaruh tengkulak, maka semakin tinggi pula tingkat ketergantungan pada hubungan patron-klien yang terjadi. Pada analisis menggunakan software
SPSS for Windows versi 16.0 menggunakan statistik deskriptif tabulasi silang
didapat sebanyak 30 persen responden memiliki ketergantungan yang tinggi pada patronnya di jenis usaha perikanan tangkap muroami. Sedangkan pada usaha
perikanan tangkap ikan hias sebanyak 20 persen responden memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap patronnya. Pada usaha perikanan tangkap
bubu dan budidaya, tidak terdapat responden yang memiliki ketergantungan tinggi dengan patronnya Gambar 18 .
Gambar 18. Perbandingan Tingkat Ketergantungan pada Ikatan Patron-Klien berdasarkan Jenis Usaha Perikanan
Berdasarkan persentase tingkat ketergantungan yang diperoleh melalui total skor pada tingkat pengaruh tengkulak pada nelayan, maka didapat tingkat
ketergantungan yang tertinggi terdapat pada usaha perikanan jaring muroami. Selanjutnya adalah pada usaha perikanan tangkap ikan hias, perikanan budidaya
dan perikanan tangkap bubu.
20 40
60 80
100
Muroami Bubu
Ikan Hias Budidaya
Persentase Responden
Jenis Usaha Perikanan
Tingkat Ketergantungan
Rendah Tingkat
Ketergantungan Sedang
Tingkat Ketergantungan
Tinggi
BAB VII IKATAN PATRON-KLIEN DAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR
7.1 Pengaruh Hubungan Patron-Klien terhadap Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Faktor manusia dan hubungan sosial yang terjadi antar manusia merupakan variabel penting yang menentukan status pemanfaatan dan potensi
sumberdaya pesisir. Sayangnya, faktor manusia dan hubungan yang terjadi didalamnya seringkali tidak diperhitungkan secara serius atau diremehkan dalam
hal pengelolaan sumberdaya pesisir. Pengelolaan sumberdaya pesisir pada hakekatnya adalah pengelolaan terhadap manusia yang memanfaatkan
sumberdaya tersebut Nikijuluw, 2002. Wilayah pesisir yang didiami oleh sekelompok masyarakat umumnya
memiliki kekhasan dalam kehidupan sosial dan ekonomi yang mereka jalankan. Salah satunya adalah terbentuknya sebuah hubungan patron-klien yang
merupakan upaya penjaminan kehidupan sosial dan ekonomi yang dijalankan oleh nelayan. Resiko yang tinggi pada kegiatan perikanan tangkap disertai pula dengan
ketidakstabilan kondisi alam, mengharuskan nelayan klien membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan para tengkulak patron.
Hubungan yang terbentuk antara patron dan klien tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir.
Sebagai contoh pada pola hubungan patron-klien yang terjadi pada usaha perikanan tangkap nelayan jaring muroami, pada kurun waktu 1980-an nelayan
setempat marak menggunakan potasium sebagai alat bantu kegiatan perikanan tangkap yang mereka jalankan. Penyediaan bahan potasium tersebut didapat
nelayan melalui tengkulak mereka masing-masing. Pada saat penggunaan potasium dilarang oleh pemerintah, tengkulak memiliki peranan penting dalam
kelancaran upaya penghentian penggunaan potasium tersebut. Tengkulak yang telah menaati peraturan akan menghentikan penyediaan
potasium bagi nelayan. Hal tersebut akan membuat nelayan tidak menggunakan