pada bulan puasa, sehingga panen pun akan dilakukan pada bulan puasa berikutnya dimana hasil panen yang cukup besar tersebut akan digunakan sebagai
‘modal lebaran’. Belum berkalanya panen yang dilakukan oleh nelayan budidaya kerapu
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pengetahuan nelayan mengenai teknik budidaya dan kurangnya modal serta ketersediaan bibit ikan
kerapu. Telah banyak program pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk membantu nelayan dalam upaya mengembangkan budidaya kerapu tersebut,
namun rendahnya keberlanjutan dalam keberlangsungan program menjadi permasalahan utama dalam upaya tersebut. Sebagian masyarakat beranggapan,
program yang telah ada diberikan tanpa mengupayakan sisi pengembangan masyarakat di Pulau Panggang. Maka yang terjadi kemudian adalah berhentinya
program pengembangan usaha budidaya setelah pihak pemberi bantuan tidak lagi memberikan bantuan baik berupa sarana prasarana maupun pendampingan.
4.5.2 Pendapatan Penduduk
Nelayan memiliki karakteristik pendapatan yang sangat fluktuatif. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh oleh nelayan sangat bergantung pada
kondisi alam. Masyarakat Pulau Panggang mengenal dua musim dalam melaut, yaitu musim Barat dan musim Timur. Musim Barat biasanya berlangsung pada
bulan Januari hingga bulan Mei, sedangkan Musim Timur berlangsung pada bulan Juni hingga Desember Tabel 6. Namun penentuan musim berdasarkan hitungan
bulan tersebut saat ini sulit untuk diprediksi. Memburuknya kondisi alam saat ini juga berpengaruh pada arah angin laut yang menjadi dasar penentuan musim
tersebut. Saat ini arah angin ke Barat ataupun ke Timur dapat berubah-ubah hanya dalam hitungan hari. Hal ini membuat nelayan kesulitan dalam memprediksi
kondisi laut. Pada nelayan tangkap bubu dan jaring muroami, ikan yang didapat diharga per kilogramnya dengan harga 11.000,00 rupiah. Sedangkan pada nelayan
tangkap ikan hias ikan dihargai per ekornya dengan harga 500,00 rupiah sampai 1.000,00 rupiah tergantung dari jenis ikan hias yang didapat.
Tabel 6. Tabel Musim Melaut dan Jenis Ikan
Musim Jenis Ikan
Bulan 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
Barat Bandeng
√ √
√ √
√ Timur Tongkol,
Tenggiri, Teri
√ √
√ √
√ √
√
Pada nelayan perikanan budidaya, keterampilan dan pengetahuan nelayan mengenai teknik budidaya sangat berpengaruh pada pendapatan yang mereka
dapatkan di setiap panen yang mereka lakukan. Mayoritas nelayan perikanan budidaya kerapu hanya dapat melakukan panen setahun sekali dengan hasil panen
sebesar 5.000.000,00 rupiah sampai 10.000.000,00 rupiah. Besarnya hasil panen tersebut sangat bergantung pada jumlah bibit ikan yang disebar oleh nelayan di
keramba yang mereka miliki. Umumnya nelayan di Pulau Panggang menyebar bibit sebanyak 150 sampai 300 ekor per kotak keramba. Bibit yang telah disebar
tersebut biasanya tidak seluruhnya dapat dipanen, karena yang biasanya terjadi adalah terdapat beberapa ikan yang kemudian mati ataupun cacat. Tentunya
tingkat keberhasilan pengembangan bibit ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan keterampilan nelayan mengenai budidaya, khususnya budidaya
kerapu. Tidak hanya pada nelayan perikanan tangkap, kondisi alam pun sangat
mempengaruhi keberhasilan budidaya yang dilakukan oleh nelayan Pulau Panggang. Kualitas air laut yang saat ini semakin memburuk seiring
bertambahnya pencemaran di Pulau Panggang membuat ketahanan hidup ikan kerapu semakin menurun. Hal tersebut berdampak pada menurunnya hasil panen
nelayan budidaya. Berdasarkan pengamatan dan informasi yang didapat dari berbagai
informan, masyarakat Pulau Panggang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari perilaku konsumsi masyarakat setempat.
Masyarakat di daerah tersebut umumnya lebih menyenangi membeli makanan di warung terdekat dibandingkan dengan memasak sendiri karena membeli makanan
jadi dianggap lebih praktis.
Kondisi perumahan di Pulau Panggang juga menjadi indikator tingginya perilaku konsumsi masyarakat. Berdasarkan pengamatan, tidak terdapat
perumahan warga yang berada dalam kondisi yang buruk seperti yang biasa kita jumpai pada daerah pesisir. Kondisi perumahan warga dapat terbilang cukup baik.
Walaupun di beberapa rumah tidak ditemui adanya jamban, namun hal tersebut mereka lakukan bukan karena ketidakmampuan secara ekonomi namun lebih
kepada kebiasaan mereka untuk menggunakan beberapa jamban umum yang tersedia di beberapa titik di pinggir laut.
4.6 Kependudukan