Pola Hubungan Patron-Klien pada Nelayan Bubu

Gambar 8. Arus Hubungan Patron-Klien pada Nelayan Jaring Muroami Hubungan nelayan pemilik dan nelayan pekerja jaring muroami ini biasanya didasari atas hubungan kekerabatan. Hal ini mengingat keterikatan masyarakat yang cukup tinggi satu sama lain. Aturan yang terdapat pada hubungan patron-klien di usaha perikanan tangkap menggunakan jaring muroami antara lain: 1 Nelayan tidak dapat melakukan perpindahan kerjasama dengan nelayan pemilik lain jika masih terdapat hutang nelayan yang belum dilunasi. 2 Kewajiban untuk menjual hasil tangkapan langsung kepada nelayan pemilik yang meminjamkan alat tangkap, bukan kepada nelayan pemilik lain. Aturan-aturan tersebut biasanya dipatuhi oleh para nelayan pekerja jaring muroami. Jika terdapat nelayan yang melanggar aturan tersebut, nelayan pemilik akan menegurnya. Hal ini dikarenakan hubungan kekerabatan antara masyarakat yang masih tinggi membuat masyarakat merasa tidak pantas jika harus menyelesaikan masalah tersebut dengan bertengkar. Jika setelah ditegur nelayan pekerja masih melanggar aturan tersebut, maka nelayan pemilik akan memutuskan kerjasama dalam usaha perikanan yang mereka jalankan.

6.1.2 Pola Hubungan Patron-Klien pada Nelayan Bubu

Alat penangkapan ikan berupa bubu merupakan salah satu alat yang sudah cukup lama digunakan masyarakat setempat. Bubu 17 adalah alat tangkap ikan yang umumnya terbuat dari bambu saat ini telah dikenalkan inovasi bubu yang 17 Bentuk bubu sangatlah bervariasi ada yang seperti sangkar, silinder, gendang, segitiga memanjang, dan lain-lain. Secara garis besar bubu terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian badan body, mulut funnel atau ijeb dan pintu Subani dan Barus, 1989. NELAYAN PEMILIK NELAYAN PEKERJA Pinjaman untuk keperluan harian Pemberian bekal bagi nelayan di laut Pinjaman kapal, jaring, kompresor Hasil tangkapan ikan terbuat dari kawat dan dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk perangkap yang dapat menahan ikan yang telah masuk dan ikan tidak dapat keluar dari bubu tersebut. Bubu biasanya ditempatkan di dekat terumbu karang tempat bernaungnya ikan-ikan. Sehingga kemudian ikan akan masuk kedalam bubu dan terjebak di dalamnya. Nelayan yang menggunakan bubu pada usaha perikanan tangkap biasanya berhubungan dengan tengkulak ikan tangkap maupun tengkulak ikan hias tergantung dari jenis ikan yang masuk ke dalam bubu yang mereka pasang. Jika jenis ikan konsumsi yang masuk ke dalam bubu, maka hasil tangkapan tersebut akan akan dijual kepada tengkulak ikan tangkap. Sedangkan jika ikan hias yang masuk ke dalam bubu maka hasil tangkapan tersebut akan dijual kepada tengkulak ikan hias Gambar 9. Gambar 9. Diagram Alir Pertukaran Ekonomi pada Usaha Perikanan Tangkap Bubu : Arus Hasil Tangkapan : Arus Uang Keterangan: PASAR IKAN TENGKULAK IKAN KONSUMSI TENGKULAK IKAN HIAS NELAYAN BUBU Hasil tangkap ikan konsumsi Hasil tangkap ikan hias Pinjaman Pinjaman Uang hasil tangkapan Rp 11.000,00kg Uang hasil tangkapan Rp 500,00 sampai Rp 1000,00ekor Harga jual Rp 14.000,00kg Harga jual Rp 1500,00 sampai Rp 2000,00ekor Tidak ada hubungan yang cukup mengikat antara nelayan bubu dengan tengkulaknya. Tingkat keterikatan akan menjadi lebih tinggi jika nelayan yang bersangkutan mempunyai hutang dengan tengkulaknya. Namun, pada nelayan bubu, peminjaman hutang tidak dilakukan sesering nelayan muroami. Hal ini dikarenakan, usaha penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan bubu tidak mengharuskan nelayan untuk terlalu lama menginap di laut, dan tentunya tidak membutuhkan bekal pada kegiatan penangkapannya. Nelayan hanya harus membenamkan dan mengangkat bubu pada waktu yang telah mereka tentukan. Arus hubungan antara tengkulak dan nelayan bubu ini dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Arus Hubungan Patron-Klien pada Nelayan Bubu Dilihat dari segi pemberian modal dan pinjaman, penentuan alat tangkap, dan penentuan harga ikan tengkulak memiliki pengaruh yang rendah, dibuktikan dari sepuluh orang responden keseluruhannya memberikan skor 1 pada ketiga aspek pengaruh tersebut. Sedangkan jika ikan hias yang didapat oleh nelayan, maka bisa terjadi proses negosiasi dalam penetapan harga ikan. Karena umumnya, ikan hias memiliki harga yang berbeda-beda dan harganya relatif berubah di pasaran. Ini dapat dilihat dari sepuluh responden, sebanyak lima orang memberikan skor 2 dan lima orang lainnya memberikan skor 3 pada aspek penentuan harga ikan Gambar 11. Pola hubungan yang terjadi antara tengkulak dan nelayan bubu juga sudah tidak banyak kita temui di Pulau Panggang. Hal ini dikarenakan menurunnya jumlah nelayan yang masih mengandalkan bubu sebagai sarana perikanan tangkap yang mereka lakukan. Aturan yang terdapat pada hubungan patron-klien di usaha perikanan tangkap bubu adalah nelayan tidak dapat berpindah kerjasama dengan tengkulak lain jika masih terdapat hutang dengan tengkulak tersebut. TENGKULAK BUBU NELAYAN BUBU Pinjaman untuk keperluan harian Hasil tangkapan ikan Gambar 11. Tingkat Pengaruh Tengkulak pada Usaha Perikanan Tangkap Bubu

6.1.3 Pola Hubungan Patron-Klien pada Nelayan Ikan Hias