Pengaruh Hubungan Patron-Klien terhadap Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

BAB VII IKATAN PATRON-KLIEN DAN

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR

7.1 Pengaruh Hubungan Patron-Klien terhadap Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Faktor manusia dan hubungan sosial yang terjadi antar manusia merupakan variabel penting yang menentukan status pemanfaatan dan potensi sumberdaya pesisir. Sayangnya, faktor manusia dan hubungan yang terjadi didalamnya seringkali tidak diperhitungkan secara serius atau diremehkan dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir. Pengelolaan sumberdaya pesisir pada hakekatnya adalah pengelolaan terhadap manusia yang memanfaatkan sumberdaya tersebut Nikijuluw, 2002. Wilayah pesisir yang didiami oleh sekelompok masyarakat umumnya memiliki kekhasan dalam kehidupan sosial dan ekonomi yang mereka jalankan. Salah satunya adalah terbentuknya sebuah hubungan patron-klien yang merupakan upaya penjaminan kehidupan sosial dan ekonomi yang dijalankan oleh nelayan. Resiko yang tinggi pada kegiatan perikanan tangkap disertai pula dengan ketidakstabilan kondisi alam, mengharuskan nelayan klien membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan para tengkulak patron. Hubungan yang terbentuk antara patron dan klien tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir. Sebagai contoh pada pola hubungan patron-klien yang terjadi pada usaha perikanan tangkap nelayan jaring muroami, pada kurun waktu 1980-an nelayan setempat marak menggunakan potasium sebagai alat bantu kegiatan perikanan tangkap yang mereka jalankan. Penyediaan bahan potasium tersebut didapat nelayan melalui tengkulak mereka masing-masing. Pada saat penggunaan potasium dilarang oleh pemerintah, tengkulak memiliki peranan penting dalam kelancaran upaya penghentian penggunaan potasium tersebut. Tengkulak yang telah menaati peraturan akan menghentikan penyediaan potasium bagi nelayan. Hal tersebut akan membuat nelayan tidak menggunakan potasium pada kegiatan perikanan yang mereka lakukan. Seperti yang diungkapkan oleh TF 53 seorang nelayan jaring muroami, “Jaman sekarang tengkulak kita gak ada yang berani ngasih portas. Kalo ada, mungkin masih ada juga beberapa nelayan yang berani make ”. Selain alasan tersebut, pada saat potasium sedang marak digunakan di wilayah perairan Pulau Panggang, polisi air dan laut yang mendapati nelayan sedang menggunakan potasium juga akan memberikan sanksi tegas pada tengkulaknya. Inilah yang kemudian membuat para tengkulak menghentikan penyediaan potasium untuk nelayan. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan AD 57 tahun seorang tengkulak jaring muroami, “Dulu kita yang nyediain portas buat nelayan, sekarang udah susah. Kalo nelayan ketangkep polisi, kita juga ikutan ditangkep ”. Adanya peranan tengkulak pada penghentian penyediaan potasium bagi nelayan tersebut, memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kelangsungan sumberdaya pesisir dan laut. Dengan dihentikannya penggunaan potasium, kerusakan terumbu karang dan kelangkaan beberapa jenis ikan tertentu dapat dikurangi. Selain pengaruh tengkulak terhadap penggunaan potasium pada nelayan jaring muroami, terdapat pula bentuk hubungan lain yang berpengaruh positif terhadap pengelolaan sumberdaya pesisir, yaitu bentuk hubungan pada tengkulak dan nelayan ikan hias. Tengkulak mengharuskan nelayan untuk melaporkan lokasi dan waktu penangkapan ikan hias yang mereka lakukan. Tengkulak mewajibkan hal tersebut bagi nelayannya dikarenakan adanya sertifikasi ramah lingkungan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu. Dengan adanya kewajiban tersebut, nelayan secara tidak langsung harus menaati aturan zonasi yang telah diberlakukan oleh pihak taman nasional. Pelaporan nelayan mengenai lokasi dan waktu penangkapan tersebut berdampak baik bagi pengelolaan sumberdaya pesisir. Dengan adanya pelaporan tersebut tengkulak dapat memantau kepatuhan nelayan dalam menaati zona penangkapan ikan yang telah ditetapkan. Kepatuhan nelayan dalam menaati zona secara langsung akan berdampak baik bagi keberlangsungan ekologi laut karena penetapan zonasi yang ada di Kepulauan Seribu ditujukan bagi perlindungan ekologi laut. Pengaruh positif hubungan patron-klien terhadap pengelolaan sumberdaya pesisir yang terdapat di wilayah pesisir Pulau Panggang dapat ditingkatkan jika faktor hubungan tengkulak dan nelayan yang terjadi tersebut diperhitungkan dalam implementasi pengelolaan sumberdaya yang ada, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Secara ringkas, pengaruh hubungan patron-klien terhadap pengelolaan sumberdaya pesisir ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengaruh Hubungan Patron-Klien terhadap Pengelolaan Sumberdaya Pesisir berdasarkan Jenis Usaha Perikanan Aspek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Jenis Usaha Perikanan Muroami Bubu Ikan Hias Budidaya Penggunaan Alat TangkapSarana Budidaya Larangan penggunaan potasium oleh nelayan pemilik, dengan cara tidak menyediakan potasium tersebut untuk nelayan. Larangan penggunaan potasium oleh tengkulak, dengan cara tidak menyediakan potasium tersebut untuk nelayan. Larangan penggunaan potasium oleh tengkulak, karena adanya sertifikasi ramah lingkungan. Tengkulak membebaskan nelayan untuk memilih sarana budidaya. Kepatuhan terhadap Zonasi Nelayan pemilik membebaskan nelayan untuk memilih lokasi penangkapan ikan. Tengkulak membebaskan nelayan untuk memilih lokasi penangkapan ikan. Kewajiban nelayan untuk melaporkan waktu dan lokasi penangkapan ikan. Tengkulak membebaskan nelayan untuk memilih lokasi pembuatan keramba

7.2 Faktor yang Berpengaruh terhadap Hubungan Patron Klien dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir