Asumsi Dasar METODE PENELITIAN

tingkat perubahan nilai NPV negatif, Net BC1, dan IRR i. Variabel parameter sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kenaikkan harga Dollar terhadap Rupiah dan penurunan volume produksi.

4.6. Asumsi Dasar

Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan breeding sapi potong pada PT LJP menggunakan beberapa asumsi, yaitu : 1. Biaya investasi yang digunakan berdasarkan harga tahun 2008, dimana biaya investasi kandang yang sudah ada sebelumnya pada perusahaan tidak diperhitungkan. 2. Modal yang digunakan adalah modal sendiri. Modal awal investasi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 5.000.000.000,00 sehingga perusahan tidak membayar bunga cicilan tertentu. 3. Suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun di Bank Rakyat Indonesia yaitu 5,75 persen tahun 2008. 4. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000, yaitu : a. Penghasilan ≤Rp50 juta akan dikenakan pajak sebesar lima persen. b. Penghasilan Rp 50−100 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen. c. Penghasilan ≥Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30 persen. 5. Umur proyek ditentukan sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama yaitu bangunan. PT Lembu Jantan Perkasa LJP mulai menjalankan usaha breeding sapi potong tahun 2005 dan perusahaan merencanakan mengembangkan usaha breeding ada tahun 2008. 6. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha breeding sapi potong terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan- peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. 7. Harga yang digunakan diasumsikan konstan. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan Mei 2008, baik harga input maupun harga output dari kegiatan usaha pada masing-masing skenario. 8. Koofisien teknis yang digunakan sama dengan koofisiien teknis pada perusahaan. Koofisien teknis usaha pembibitan pada skenario pertama dan skenario ketiga sama yaitu memiliki tingkat kelahiran anak jantan sebesar 48 persen, tingkat kelahiran anak betina 48 persen dan tingkat mortalitas empat persen pada skenario kedua. 9. Pada tahun pertama jumalah input bakalan yang digunakan sebagai breeding dalam pengembangan usaha sebesar 3500 ekor, hal ini berdasarkan kapasitas kandang yang akan dibangun perusahaan, sehingga pada tahun berikutnya jumlah pembelian input bakalan diasumsikan sama sebesar. 10. Input utama yang dijadikan bibit dalam usaha pembibitan sapi potong pada PT LJP merupakan bakalan sapi potong yang digunakan dalam usaha penggemukkan. Pemanfaatan bakalan eks impor tersebut terlebih dahulu diseleksi secara ketat alat reproduksinya, sehingga proporsi bakalan yang digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong pada PT LJP yaitu 45 persen. 11. Penjualan limbah kotoran sapi potong setiap tahunnya diasumsikan sama. 12. Tingkat keberhasilan IB PT LJP sebesar 80 persen dengan jumlah inseminasi per kebuntingan atau nilai SC Service Per Conception sebesar 1.6-1.7. Nilai tersebut menandakan bahwa tingkat kesuburan breeding PT LJP tinggi, artinya sapi berhasil di IB sebanyak dua kali IB.

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Perkembangan Sejarah Perusahaan

PT Lembu Jantan Perkasa didirikan pada tahun 1990 dan mengfokuskan usaha di bidang perdagangan, impor, dan penggemukkan sapi potong. Visi perusahaan ini adalah meningkatkan kualitas dan moderinisasi tataniaga sapi potong, yang bertujuan untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong dalam lingkup regional dan nasional. Pada tahun 1994 PT LJP membuka cabang di bidang usaha penggemukkan dan penjualan sapi potong dengan nama PT Lembu Satwa Prima PT LSP. Tahun 2005 pada bulan Oktober perusahaan ini mulai mencoba merintis usaha breeding dan menjadikan PT LSP sebagai breeding center. Tahun 2006 PT LSP yang bergerak di bidang usaha fattening dipindahkan lokasinya ke Rangkas Bitung sehingga sapi potong untuk program penggemukkan di mutasi ke daerah Rangkas Bitung dan nama PT LSP Serang diganti dengan nama PT LJP. Hal yang melatarbelakangi pendirian usaha breeding ini adalah untuk mengantisipasi penurunan populasi sapi potong dan adanya peningkatan konsumsi daging sapi potong. Jumlah populasi awal sapi breeding pada PT LJP pada tahun 2005 bulan Oktober yaitu 200 ekor sapi. Tahun 2007 jumlah produksi dan populasi sapi potong meningkat yakni untuk sapi bunting 2287 ekor dan untuk anak sapisapi weaner berjumlah 657 ekor. PT LJP adalah salah satu perusahaan peternakan swasta sapi potong yang merintis usaha peternakan di dua bidang