Lokasi Breeding Sapi Potong Bentuk Bangunan, Peralatan, dan Teknologi pada PT LJP

VI. ANALISISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, ASPEK MANAJEMEN, PASAR, LINGKUNGAN

DAN SOSIAL

6.1. Aspek Teknis

Aspek teknis menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dan teknologi. Penilain aspek teknis meliputi penentuan lokasi proyek, besar skala operasi dan luas produksi, penentuan bangunan proyek, pemilihan mesin, peralatan lainnya, teknologi yang diterapkan, dan lay out.

6.1.1. Lokasi Breeding Sapi Potong

Menurut perusahaan pengembangan usaha pembibitan sapi potong perlu mempertimbangkan lokasi yang tepat. Usaha pembibitan dapat dilakukan di daerah yang mempunyai fasilitas transportasi cukup baik agar pengangkutan pedet dari lokasi pembibitan ke lokasi penggemukan bisa lebih cepat dan murah. Pada umumnya lokasi penggemukan, berada di pinggiran kota tujuannya untuk mendekati daerah konsumen seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. PT LJP terletak 250 m dari jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh sarana transportasi dan 500 m dari pemukiman penduduk. Letak PT LJP berada 5 Km dari ibu kota Kabupaten, dan 12 Km dari ibu kota propinsi. Lokasi pembibitan saat ini perlu dipusatkan di pulau Jawa. Di samping fasilitas transportasi yang baik, ketersediaan pakan berupa hijauan dan limbah pertanian juga relatif banyak karena pulau Jawa merupakan daerah sentra produksi tanaman pangan dan sayuran. Demikian pula bahan-bahan untuk pakan konsentrat cukup tersedia seperti dedakbekatul, ampas tahu, ampas ubi kayu, dan ubi kayu, dengan demikian, pemanfaatan pakan menjadi lebih optimal, penyusutan bobot badan sapi potong selama transportasi menuju pusat konsumen dapat diperkecil, dan biaya pengangkutan relatif murah

6.1.2. Bentuk Bangunan, Peralatan, dan Teknologi pada PT LJP

Kandang merupakan bagian terpenting dalam budidaya pembibitan sapi potong maupun penggemukkan sapi potong. PT LJP merupakan perusahaan dengan sistem pemeliharaan intensif karena sapi dipelihara dalam kandang dan bukan dilepaskan dalam suatu lahan seperti sistem ekstensif. Pembibitan sistem ekstensif pakannya mengandalkan padang penggembalaan. Kandang yang bersih akan mendukung program breeding sapi potong karena sanitasi yang bersih akan mempertahankan keadaan yang sehat bagi ternak dalam kandang. PT LJP memiliki luas lahan 31.474 m 2 dimana lahan tersebut telah dipakai untuk bangunan kantor, kandang dan lahan hijauan. Lampiran 2 menjelaskan luas lahan yang telah dipakai oleh perusahaan. Jumlah kandang yang ada pada PT LJP yaitu 11 kandang. Kandang yang digunakan dalam pembibitan di PT LJP adalah tipe kandang koloni terbuka kecuali untuk G merupakan kandang koloni tertutup karena kandang tersebut digunakan untuk sapi bunting yang akan melahirkan. Kandang A, B, C merupakan kandang untuk bakalan atau calon bibit. Kandang D, F dan E adalah kandang untuk sapi IB bunting. Sapi yang sedang bunting tua lebih dari tujuh bulan di tempatkan pada kandang G, kandang ini merupakan kandang untuk melahirkan dan untuk menyusui laktasi. Kandang H digunakan untuk sapi bunting sedangkan sapi pedet yang disapih dipisahkan antara induk dan anak dipisahkan dalam kandang weaner. Selain kandang utama, PT LJP mempunyai kandang hospital pen HP untuk sapi yang sakit, dan kandang foster mother untuk sapi weaner yang tidak bisa menyusui dari induknya. Tabel 6 menjelaskan kapasitas kandang pada PT LJP dan jumlah ternak pada PT LJP. Tabel 6. Kapasitas Kandang dan Jumlah Ternak pada PT LJP Ukuran penm 2 Alokasi Kandang Jumlah pen P L m 2 Breeding Kappen Total A 10 10 15 150 Cabit 40 400 B 14 10 15 150 Cabit 110 560 C 12 10 15 150 Cabit 35 480 D 8 10 15 150 IB bunting 35 280 E 10 10 15 150 IB bunting 70 350 F 10 10 15 150 IB bunting 70 350 G 10 10 15 150 Yearling , laktasi , bunting 60 40 15 115 120 15 H 8 10 20 200 Bunting 20 160 I 12 10 15 150 Bunting 35 420 Weaner 24 4 6 24 Weaner 10 240 HP -calf Box -induk 24 3 1 1 1 6 24 15 Foster mother 1 Foster mother 7 7 Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008 Konstruksi kandang tersebut merupakan kandang permanen dengan atap asbes, kerangka kandang dibuat dari kayu, besi dan beton, lantai dibuat dengan paving blok dengan kemiringan 15 o . Bagian kandang yang diberi atap adalah gang way gang yang menghubungkan bagian pedok yang berhadapan. Lantai kandang sapi bunting dilapisi serbuk gergaji, hal ini bertujuan supaya lantai kandang tidak licin sehingga sapi bunting lebih leluasa bergerak, selain itu serbuk gergaji dapat menyerap bau yang dihasilkan dari kotoran. Lampiran 3 menjelaskan tentang lay out kandang sapi pada PT LJP. Terdapat beberapa peralatan yang digunakan untuk memperlancar proses pembersihan kandang. Peralatan yang diperlukan di kandang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Peralatan Kandang pada PT LJP No Peralatan Jumlah per kandang 1 Sodokan kandang 5 2 Ember 3 3 Sikat 3 4 Gancu 4 5 Sodokan limbah 1 6 Tali tambang 1 7 Sentong pengaduk pakan dalam bak pakan 3 8 Sapu lidi 2 9 Lori 1 Sumber : departemen Livestock PT LJP, 2008 PT LJP memiliki kandang penanganan ternak cattle yard dan kandang penanganan IB. Cattle yard berfungsi untuk menampung ternak yang akan diberlakukan secara khusus, misalnya untuk pemasangan ear tag, penimbangan, pemeriksaan alat reproduksi dan pemeriksaan alat kebuntingan, dll. Bangunan yang dimiliki oleh PT LJP untuk pelaksanaan dan kemudahan IB yaitu holding fasility yang merupakan area pengendalian ternak IB restraining area . Holding fasilitas berfungsi untuk menahan ternak saat di IB secara efisien sehingga stress yang berlebih pada saat ternak sedang handing penyampaian atau penyuntukan semen dapat diminimalkan sehingga keberhasilan IB dapat dicapai. Desain bangunan yang praktis, sederhana, tidak mahal, dan kuat dibuat untuk keamanan sapi potong dalam melaksanakan IB dan memudahkan ternak keluar masuk area pengendalian tanpa banyak belokan. Lokasi restraining area dekat dengan laboratorium IB. Laboratorium IB berfungsi untuk tempat pemeriksaan semen, penyimpanan alat-alat IB dan obat-obatan serta thawing semen proses pemanasan semen pada suhu tertentu sebelum disuntikan ke sapi calon bibit dan lain-lain. Teknologi yang digunakan oleh PT LJP relatif maju dimana teknologi yang digunakan menyangkut penggunaan obat-obatan dan suplement untuk memacu pertumbuhan sapi potong serta adanya penanganan pakan konsentrat oleh tenaga ahli dan penyediaan pakan secara kontinyu yang diproduksi sendiri oleh perusahaan. Perusahaan juga memanfaatkan jaringan komputer serta jaringan telephon untuk kelancaran proses produksi serta sistem pemeliharaan sapi potong yang ditangani oleh tenaga ahli yang berpengalaman. 6.1.3. Deskripsi Proses Produksi Breeding Sapi Potong Pada PT LJP a. Tahapan Pra-Breeding Sapi Potong Bakalan yang baru datang terlebih dahulu di karantina untuk pemeriksaan kesehatan hewan, pemeriksaan tersebut meliputi vaksinasi, pemeriksaan darah. Untuk bakalan yang baru datang penanganan awal yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sapi diistirahatkan selama tiga hari sebelum dilakukan penimbangan awal, pemasangan ear tag dan grading. Hal ini dilakukan untuk memulihkan kondisi sapi yang mengalami stres saat pengangkutan. Selama masa istirahat sapi diberi pakan jerami yang dicampur dengan molases , dan pemberian air minum yang dicampur dengan multivitamin. Pemberian pakan diberikan secara adlibitum. Setelah tiga hari, dilakukan penimbangan awal, dan pemasangan ear tag yang bertujuan untuk memudahkan penanganan sapi di kandang, memudahkan pencatatan bobot badan awal, dan memudahkan pada saat penjualan. Proses grading meliputi seleksi berdasarkan bobot badan jenis kelamin, dan kondisi kesehatan sapi. Berdasarkan bobot badan bakalan yang cocok di IB yaitu 270 Kg. Selama 15-30 hari bakalan tersebut masih dalam masa karantina yang diawasi oleh Dinas Peternakan setempat. Gambar 2 menjelaskan tahapan seleksi bakalan dan calon bibit di PT LJP. Gambar 2. Seleksi Bakalan Dan Calon Bibit Pada PT LJP Sumber : PT LJP, 2008 Setelah melalui pemeriksaan karantina yang ketat, bakalan sapi betina yang diimpor tersebut akan diseleksi performannya untuk menentukan keadaan dan potensi reproduksi sapi tersebut. Pemeriksaan performan meliputi Pemeriksaan Alat Reproduksi PAR oleh tenaga ahli dan Pemeriksaan Kebuntingan PKB. Setelah sapi datang minimal dalam tiga minggu maka dilakukan PAR, jika berat sapi yang telah digrading mencapai bobot 270 Kg maka dalam satu minggu sapi bakalan sudah dapat dilakukan PAR. Masa adaptasi dalam program breeding membutuhkan waktu satu sampai dua bulan dimana selama satu bulan disebut Bakalan ƒ Karantina : Vaksinasi, sampel darah ƒ Rekondisi : Anti stress, dan pakan yang sesuai kebutuhan ternak Seleksi Performance Pemeriksaan Alat Reproduksi PAR Pemeriksaan Alat Kebuntingan PKB Bunting Calon bibit Fattening ? masa recondition dan satu bulan untuk masa pengamatan adaptasi reproduksi sapi. Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi betina tersebut dimasukkan dalam suatu program pembudidayaan untuk dikembangkan lebih lanjut menggunakan teknologi IB. Ternak yang tidak produktif langsung disalurkan ke lokasi feedlot lain untuk dimasukkan dalam program penggemukkan.

b. Diteksi Birahi